Skip to main content

Sastrawan Indonesia? Itu Dulu Mimpiku!

Berbekal baca-baca buku sastra dan puisi karya penyair Indonesia yang udah besar akhirnya pengen juga jadi sastrawan Indonesia. Sungguhan. Kupikir dengan jadi sastrawan sastrawan karena suka membaca puisi, semua orang bakalan kagum dan bangga gitu.
Sastrawan Indonesia Uwan Urwan


Jadi sastrawan Indonesia gak semudah itu

Suka puisi sejak kelas 2 SMP. Pas aku masih imut-imut. Kebetulan aku emang sediain satu buku khusus buat puisi. Satu buku tulis isinya 64 halaman, anggap aja ada 50 puisi dalam satu buku. Nah tiap bukunya abis aku ganti buku baru. Ada puisi-puisi yang kuedit-edit lagi. Nah, sampek kuliah, aku seharusnya udah punya setumpuk buku kumpulan puisi, tapi sayang pada ilang karena lupa naroh di mana. Itu belum puisi yang kutulis di buku lain. Hehe..

Saat itu aku udah ngerasa bangga sekali bisa nulis 10 puisi dalam sehari. Saking bangganya, aku ikutin lomba nulis puisi di mana-mana. Hem, tahu apa hasilnya? GAK ADA SATU PUN YANG MENANG! Paling sedih tuh pas kelas XII SMA, ikut kompetisi nulis puisi nasional. Yang lolos malah temenku, padahal aku yang ngajak ikut kompetisi itu. Dia yang diundang ke Surabaya buat nerima penghargaan dan dapet banyak pujian dari guru-guru (Aslinya aku sedih karena gak dipuji toh? Wkwkwk). Sedih sih, tapi pas sekarang aku nyadar kalo waktu itu aku terlalu ambisius tapi gak mau belajar dengan keras.

Apa puisiku jelek? Enggak juga sih. Buat nilai bagus ato enggaknya karya itu emang serba subjektif. Dan kalo udah urusan penilaian kayak gitu, juri-juri di berbagai wilayah bakalan punya penilaian masing-masing.
Sastrawan Indonesia Uwan Urwan

Aku baru berhasil menang lomba puisi pas ikut kompetisi menulis puisi di kampus. Juara satu dong. Bahagianya. Eh tapi, tapi, tapi ya cuma itu doang. Gak pernah menang lagi. Eh, pernah ding. Lomba puisi kecil-kecil yang diadain komunitas pernah menang juga. Hehe...

Kenapa gak menang? Aku nyadar sih kalo puisiku dulunya bukan tulisan yang bisa langsung dicerna oleh orang-orang. Temen-temen sampek pernah bilang kalo puisiku abstrak dan dijuluki “Presiden Abstrak”. Cukup mbeling karena emang pengen beda sih. Jadinya pas mau berusaha mati-matian biar puisiku disukai banyak orang, justru akunya yang stres.


Sastrawan Indonesia Uwan Urwan

Jalannya cukup terjal juga kalo pengen jadi sastrawan hebat setara Afrizal Malna, Taufik Ismail, Sapardi Djoko Darmono, dan lain-lain. Minimal sehebat mereka dan aku belum sampek. kayaknya udah megap-megap. Udah nerbitin dua buku kumpulan puisi tunggal sih, dan beberapa buku kumpulan puisi bersama, ya tapi itu belum cukup. Apalagi aku nerbitinnya di penerbit indie. hehe...

Turun derajat jadi pembaca puisi

Mimpiku jadi sastrawan atau penyair Indonesia terlalu muluk-muluk memang. Sampai sekarang ternyata aku sadar kalo gak sanggup membawa tanggung jawab sebesar itu. Siapa itu Uwan? Penyair Indonesia? Sastrawan Indonesia? Kalo udah dilabeli begitu pasti orang-orang menganggap aku harus bisa menjawab semua hal yang berhubungan dengan sastra, puisi, karya sastra, dan lain-lain.

Soalnya pernah ditanya-tanya soal sastra waktu peluncuran buku kumpulan puisiku “Sayangnya Aku Monyet” dan aku gak bisa jawab. Malu-maluin kan. Ngakunya suka puisi dan sastra, begitu ditanya-tanya gak bisa jawab.

Sastrawan Indonesia Uwan Urwan

Yang jadi masalah adalah aku akhir-akhir ini males baca buku kumpulan puisi. Teknologi sih yang bikin aku males baca kumpulan puisi. Kalo baca ya masih, tapi membaca tulisan-tulisan pendek yang sekali habis begitu tarik napas beberapa kali. Sampek sekarang juga masih suka kok membaca puisi orang di media sosial, kalo nulis puisi gak perlu ditanyai lagi ya. Liat aja IGku, isinya sebagian besar puisi.

Ternyata aku merasa lebih siap jadi pembaca puisi dan entahlah, seperti cukup ambisius dengan ini. aku sampek nulis di daftar keinginanku buat punya minimal 40 video puisi tahun 2020. Apakah terwujud, ya aminin aja. Sekarang masih tercatat punya 8 video puisi.

Jadi pembaca puisi menurutku termasuk paket lengkap dan lebih condong ke sesuatu yang lebih bisa kulakuin. Artinya aku bisa pertanggungjawabin apa yang udah aku bikin. Menurutku gak seberat label sastrawan indonesia atau penyair Indonesia kan? Berasa harus pro banget gitu.

Sastrawan Indonesia Uwan Urwan

Kalo pembaca puisi, gak perlu jadi pro dan senior gitu. Bahkan yang baru mengenal puisi, yang suka nulis puisi, dan membaca puisi bisa membaca puisi tanpa harus bertanggungjawab menjelaskan tentang sastra, sejarahnya, dan pemikiran sasrawan lain yang bisa jadi cukup berat. Wkwk. Eh, ini pendapatku ya. Aku gak tahu apakah pendapatku sama dengan kamu atau malah bertentangan.

Jadi, mimpiku jadi sastrawan Indonesia atau penyair Indonesia sudah didowngrade jadi pembaca puisi. Setidaknya bebannya turun satu derajat dan bisa lebih ngepop kan?


Comments

Ella Fitria said…
Jujur Pangeran, aku suka bgt sm video2mu yg puisi2 itu. Dalem bgt, beneran. Nggak ap2 dijuluki presiden abstrak toh karyanya kereewn2.. Nggak papa jd orang yg baca puisi toh nggak semua orang bisa. Mangats terus yaaa

Paling banyak dibaca

Golda Coffee dan Kopi ABC Botol, Kopi Kekinian, Kopi Murah Cuma 3000an

Kamu suka kopi hitam pekat, kopi susu, kopi kekinian, atau yang penting kopi enak di kedai kopi? Mungkin kita sering sekali nongkrong bersama teman di kedai kopi mencoba berbagai aneka ragam kopi, mahal pun tak masalah, tapi yang jadi persoalan jika sedang miskin, apakah akan tetap nongkrong? Pilihannya ya minuman murah, misalnya kopi murah dan kopi enak yang cuma 3000an ini.   Aku, Uwan Urwan, memang bukan penikmat kopi banget, tapi suka minum kopi, kadang sengaja mampir ke kedai kopi punya teman, paling sering membeli kopi Golda Coffee dan/atau Kopi ABC Botol, yang harganya hanya 3000an. Aku akan mencoba mereview empat rasa dari dua merek yang kusebut sebelumnya. Golda Coffee kutemukan di minimarket punya dua rasa, yaitu Golda Coffee Dolce Latte dan Golda Coffee Cappucino. Sementara Kopi ABC botol juga kutemukan dua rasa, chocho malt coffee dan kopi susu.   Keempat rasa kopi kekinian kemasan itu aku pikir sama karena biasanya hanya membeli, disimpan di kulkas, dan langsung ku

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr

Bagaimana menu isi piringku yang benar?

Sering mendengar frase Isi Piringku? Hem, sebagian orang pasti tahu karena kampanye yang dimulai dari Kementerian Kesehatan ini sudah digaungkan di mana-mana, mulai dari media sosial, workshop-workshop kesehatan di daerah-daerah, dan sosialisasi ke ibu-ibu begitu ke Posyandu.  Slogan Isi Piringku menggantikan 4 Sehat 5 Sempurna Isi Piringku adalah acuan sajian sekali makan. Kampanye ini sudah diramaikan sejak tahun 2019 menggantikan kampanye 4 sehat 5 sempurna. Empat sehat lima sempurna terngiang-ngiang sekali sejak kecil. Terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu adalah kombinasi sehat yang gizinya dibutuhkan tubuh, sebab mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, susu adalah penyempurnanya. Kenapa harus berganti slogan?  Slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang aku tangkap maknanya, dalam setiap makan harus ada empat komposisi dan susu. Mengenai jumlahnya, aku bisa ambil nasi lebih banyak dengan sedikit sayur atau sebaliknya, atau sebebas-bebasnya kita saja.