Tak perlu jauh-jauh melakukan 1000 pohon di daerah tandus kalau tidak didukung oleh orang sekitar, pengetahuan, dan tidak dirawat. Selain butuh banyak biaya, tenaga, dan waktu, keberlangsungan hidup tanaman reboisasi juga masih jadi tanda tanya. Pasti ada yang mati tapi akan jadi sedih sekali kalau semua tanamannya mati, seperti yang pernah dilakukan beberapa komunitas, menanam bakau di pantai. Asal mengadakan kegiatan tapi tidak didukung dengan pengatahuan, semua tanaman bakau yang mereka tanam hilang terbawa arus. Artinya gagal. Padahal selamatkan bumi dari krisis iklim dari perubahan iklim yang kian brutal akibat global warming bisa dilakukan di rumah setiap hari, ya lewat makanan yang kita makan, mengetahui prosesnya dari awal sampai akhir. Tidak perlu juga melakukan usaha berlebihan, semampunya saja, yang penting konsisten. Mungkin apa yang aku lakukan bisa jadi inspirasi kamu. Lebih pilih beli produk dan makanan lokal untuk mengurangi dampak krisis iklim Aku rutin beli produk dan
Persoalan tanah selalu jadi topik hangat baik di skala keluarga sampai ke nasional. Di dalam keluarga biasanya tersebab warisan leluhur, kemudian jadi permasalahan yang berkepanjangan karena suatu hal. Begitu juga di ranah nasional, berita-berita mengenai perebutan wilayah termasuk pembebasan lahan untuk kepentingan ekonomi pun ada. Seperti yang dialami masyarakat di Desa Nusantara, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatera Selatan yang nyaris saja jadi perkebunan sawit. Berawal dari transmigrasi ke Desa Nusantara Desa Nusantara adalah pemukiman transmigrasi program pemerintah tahun 1982. Nama Desa Nusantara ini pun tercetus karena perusahaan yang dapat tender pembukaan lahan dan pembangunan kawasan transmigrasi tersebut bernama PT Nusantara. Meski masyarakat yang menempati semula adalah warga transpigran dari Pandegrang dan Subang, Jawa Barat, mayoritas penduduknya berasal dari Kediri, Madiun, Tulung Agung, Nganjuk, dan Mojokerto. Total luas wilayah D