Di balik gemerlap gaun malam dan sorotan kamera, ada Gisella Karina Emaputri—perempuan yang tak hanya tahu cara melangkah anggun di panggung, tapi juga cara mengatur ritme hidupnya dengan presisi seorang insinyur. Ia bukan hanya beauty queen. Ia adalah mahasiswi Teknik Industri di Sampoerna University, yang kini juga berjuang untuk kelulusannya.
Banyak orang berpikir dunia pageant hanya soal penampilan. Tapi Gisella tahu, tampil memukau tak cukup tanpa manajemen waktu yang disiplin dan strategi hidup yang efisien. Ilmu teknik industri mengajarkannya bahwa segala sesuatu, bahkan mimpi, perlu dirancang dengan sistem yang kuat. Maka ia membagi harinya untuk kuliah, latihan menari, sesi modeling, dan kompetisi pageant—semuanya berjalan dalam satu sistem yang ia bangun sendiri.
Dan hasilnya tak main-main: 1st Runner Up Miss Grand Tourism 2024, Miss Intelegensia Miss Grand Tourism, Best Evening Gown Miss Celebrity International, hingga masuk Top 15 di ajang internasional. Bukan keberuntungan yang membawanya ke sana, melainkan dedikasi, strategi, dan keberanian untuk terus belajar dan tumbuh. Gisella bukan sekadar perempuan di atas panggung. Ia adalah arsitek dari hidupnya sendiri.
Sistem Support yang Menguatkan Langkah Gisella
Gisella membuatku sadar: kerja keras saja tidak cukup. Ketika kita berjalan di banyak jalur—kuliah, modeling, menari, dan dunia pageant—maka bukan hanya tenaga yang dibutuhkan, tapi juga strategi. Manajemen waktu dan keseimbangan jadi fondasi yang tak boleh goyah. Dan dari Gisella, aku belajar bahwa keberhasilan bukan hanya soal ambisi, tapi juga bagaimana seseorang mampu menyelaraskan hidupnya yang kompleks.
Di tengah jadwal yang nyaris tak punya celah, Gisella menemukan pelindung tak kasatmata: lingkungan yang suportif. Kampus bukan sekadar ruang belajar, tapi rumah kedua yang mengerti dinamika mahasiswa aktif. Para dosennya bukan hanya mengejar presensi atau tugas, tapi juga memberi ruang untuk tumbuh. Saat ujian bersinggungan dengan jadwal karantina, mereka tak hanya memberi keringanan, tapi juga kepedulian.
Begitu pula teman-temannya—mereka bukan hanya rekan bermain, tapi juga alarm berjalan, tim penyelamat deadline, bahkan penenang kala lelah menggerogoti semangat. Barangkali inilah alasan Gisella bisa tetap bertahan. Karena dalam hidup, sistem pendukung yang tulus adalah kekuatan tersembunyi yang membuat langkah tetap kuat, bahkan saat beban terasa berat.
Langkah yang Penuh Cahaya di Dunia Pageant
Di balik sorot lampu dan tepuk tangan penonton, dunia pageant sejatinya adalah ruang kontemplasi—tempat seseorang diuji bukan hanya oleh lawan, tapi oleh dirinya sendiri. Gisella Karina Emaputri memahami itu. Ia tahu, menjadi juara bukan sekadar tentang gaun gemerlap atau teknik berjalan di atas panggung. Pageant adalah seni hadir dengan pesan, berdiri teguh dengan makna.
Gisella menjadikan setiap langkah di runway sebagai pernyataan: bahwa keanggunan tidak selalu berarti diam dan tersenyum, dan pengaruh tidak harus datang dengan suara keras. Di dunia yang serba cepat, ia belajar perlahan. Belajar kapan harus berbicara dan kapan justru hadir dalam diam. Ia melatih ketahanan mentalnya, membaca ritme ruangan, dan membawa ketulusan dalam setiap gestur tubuhnya. Dan mungkin, di situlah daya tariknya memancar.
Tentu, ada hari-hari ketika pundaknya terasa berat. Tapi dari Gisella, aku belajar bahwa kemenangan adalah hasil dari pilihan kecil yang terus-menerus diperjuangkan: untuk tetap konsisten, tetap belajar, dan tetap menyadari bahwa setiap langkah punya tujuan. Mungkin ini juga pesan bagi siapa pun yang sedang berproses: selalu ingat alasan awalmu melangkah. Karena suara kecil di dalam dirimu—yang setia mengingatkan, bahkan saat tak ada yang melihat—itulah cahaya sejati yang akan membimbing ke panggung kemenanganmu sendiri.
Jalan yang Mungkin Akan Ditempuh Gisella
Ada masa di mana seseorang menyadari, panggung bukan satu-satunya ruang untuk bersinar. Gisella perlahan mulai menata langkah menuju dunia yang berbeda, tapi tetap satu frekuensi dengan dirinya: dunia komunikasi, industri kreatif, dan public relations—ruang yang memungkinkan ia berbicara bukan hanya dengan suara, tapi juga dengan ide dan strategi.
Saat berbincang dengannya, aku seolah menangkap petunjuk dari semesta. Seperti bisikan lembut yang datang dari masa depan. Gisella punya ketenangan yang tak dibuat-buat, sekaligus insting yang bekerja lebih cepat dari kata-kata. Ia adalah pribadi yang tahu kapan harus merangkul, dan kapan harus melangkah tegas. Di tangannya, komunikasi bukan sekadar teknik, tapi intuisi.
Aku membayangkan suatu hari ia jadi seseorang yang membantu banyak orang menemukan suara mereka—entah lewat dunia konsultan komunikasi, brand strategist, atau bahkan sebagai mentor kreatif. Ia akan memilih jalur yang terasa benar untuk jiwanya, bukan sekadar yang terlihat paling berkilau. Karena Gisella, dari awal, tak pernah mengejar sorotan. Ia mengejar dampak. Dan jalan yang ia pilih nantinya, entah seperti apa bentuknya, akan selalu punya jejak yang dalam—karena dipijak dengan hati yang utuh.
Saat yang Tepat untuk Bangkit Kembali
Bagi siapa pun yang ingin mengikuti jejaknya, Gisella punya satu pesan: jangan pernah meremehkan kesempatan kedua. Power of second chance itu nyata. Mimpi tak mati hanya karena gagal satu kali. Dan seberapa jauh kamu melangkah bukan soal siapa yang lebih dulu, tapi siapa yang paling tahan untuk terus berjalan.
Dalam setiap ruang, Gisella selalu membawa senyuman yang tidak berlebihan, langkah yang tidak tergesa-gesa, dan pesan yang tidak teriak-teriak. Tapi justru karena itulah, ia hadir dan menetap. Meninggalkan kesan. Seperti secarik catatan kecil yang tiba-tiba kita temukan di antara buku lama—diam-diam membekas. (Kredit foto: Instagram Gisella Karina Emaputri)
Comments