Skip to main content

Posts

Showing posts with the label kisah

Lastarè dan Dua Film Lainnya Membuat Situbondo Tak Lagi Sama

Foto bersama usai screening film Lastarè, Tabir, dan Wrapped di Dua Belas Space, Situbondo (fotografer: Rio Tajul Amin) Aku masih ingat malam itu, 17 Mei 2025. Langit Situbondo sedang moody , seperti menahan air mata di pelupuk. Tapi di halaman Dua Belas Space, ada harapan kecil yang sedang kami jaga agar tak larut dalam gerimis. Malam itu, aku, Uwan Urwan, bersama teman-teman dari Pintu Project, kembali membawa film pendek Lastarè berjalan-jalan. Setelah premiere di Hotel Rosali menjelang Ramadan lalu, kali ini kami ingin mengenalkan karya ini lebih luas, tak hanya sebagai tontonan, tapi juga sebagai cerminan: bahwa komunitas film Situbondo juga punya suara, punya cerita, dan punya harapan. Pintu Project Gandeng Jawara Film dan Ganesha Creative di Malam Screening Film Situbondo Screening film Lastarè, Tabir, dan Wrapped (Fotografer : Rio Tajul Amin) Dua Belas Space, kafe sekaligus ruang kerja kreatif pertama di Situbondo, menjadi titik kedua dari perjalanan film pendek Lastarè. Sebua...

Tak Lagi Mengejar Sorot, Gisella Mencari Suara

Di balik gemerlap gaun malam dan sorotan kamera, ada Gisella Karina Emaputri—perempuan yang tak hanya tahu cara melangkah anggun di panggung, tapi juga cara mengatur ritme hidupnya dengan presisi seorang insinyur. Ia bukan hanya beauty queen. Ia adalah mahasiswi Teknik Industri di Sampoerna University, yang kini juga berjuang untuk kelulusannya. Banyak orang berpikir dunia pageant hanya soal penampilan. Tapi Gisella tahu, tampil memukau tak cukup tanpa manajemen waktu yang disiplin dan strategi hidup yang efisien. Ilmu teknik industri mengajarkannya bahwa segala sesuatu, bahkan mimpi, perlu dirancang dengan sistem yang kuat. Maka ia membagi harinya untuk kuliah, latihan menari, sesi modeling, dan kompetisi pageant—semuanya berjalan dalam satu sistem yang ia bangun sendiri. Dan hasilnya tak main-main: 1st Runner Up Miss Grand Tourism 2024, Miss Intelegensia Miss Grand Tourism, Best Evening Gown Miss Celebrity International, hingga masuk Top 15 di ajang internasional. Bukan keberuntungan...

Belajar Jadi Perempuan Tangguh ala Gisella Karina Emaputri

Namanya Gisella Karina Emaputri. Hari itu, di bawah lampu-lampu sorot yang memantulkan gemerlap panggung, nama Gisella diumumkan sebagai 1st Runner-Up Miss Grand Tourism Indonesia 2024. Suara gemuruh penonton tak bisa menutupi getar pelan dari napasnya yang tercekat. Tangannya refleks menggenggam ujung gaun, bibirnya bergetar antara terkejut dan syukur. Dan hal pertama yang ia lakukan adalah memeluk mama. "Tanpa Mama, aku nggak akan di sini," ungkapnya. Bagiku, ada yang istimewa dari pelukan itu. Ada rasa lega yang tumpah, bahagia yang mengalir pelan, juga bangga, pada diri sendiri, pada setiap latihan yang Gisella lalui, dan pada keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru. Langkah Awal dari Dunia Baru Miss Grand Tourism Indonesia 2024 adalah pageant pertama yang diikuti Gisella. Meski baru pertama kali, langkahnya tidak ragu dan sorot matanya penuh keyakinan. Dunia ini memang asing baginya—panggung yang dipenuhi sorak, gaun panjang yang berkilau, serta aturan-aturan tak tert...

Anak Muda Situbondo Ini Buktikan Kalau Mimpi Tak Perlu Izin Siapa-Siapa

Kredit: Instagram @annisapch Tak banyak yang tahu bahwa di balik panggung megah Kakang Embhug Situbondo dan Raka Raki Jawa Timur, ada kisah perjuangan yang luar biasa dari seorang pemudi Situbondo bernama Annisa Putri Chesillia Haq. Ia bukan hanya seorang remaja Situbondo yang cerdas dan berbakat, tapi juga sosok inspiratif yang tekun mengejar mimpi—bahkan ketika jalannya dipenuhi tantangan, ia tak mundur. Pertemuan yang Membuka Mata, Sosok Annisa di Balik Panggung Foto bersama  Annisa Putri Chesillia Haq, Gustaf Navi Isbat, dan Dinda Septi W.H. usai premiere film pendek Lastarè (fotografer: Syah Arif Fammada) Aku pertama kali bertemu Annisa saat dia menjadi pembawa acara di malam premiere film pendek Lastarè bersama Pintu Project. Saat itu, Annisa tampil elegan berdampingan dengan Gustav Nafi Isbat, yang juga menjadi pemenang Kakang Embhug Situbondo dan yang menjadi pasangannya dalam Raka Raki Jawa Timur 2024. Sikapnya tenang, pembawaannya santun, dan setiap kata yang ia ucapkan t...

Aril 'Ayeng', Pemuda Situbondo yang Melukis dengan Hati

Kredit:  Aril "Ayeng" Aku ingat pertama kali melihat karya Aril "Ayeng" pada poster film Lastarè yang ia buat, ada sesuatu yang khas—goresannya terasa hidup, seakan punya cerita sendiri. Poster itu menangkap esensi film dengan begitu kuat: kesedihan, kehilangan, dan perjalanan batin seseorang. Sosok yang berdiri di atas makam dengan kaki telanjang, dikelilingi serpihan kenangan yang berserakan, memberikan nuansa mendalam yang bikin aku langsung jatuh cinta dengan karyanya. Aku dan teman-teman Pintu Project minta tolong dia buat poster ini, dan hasilnya jauh di atas ekspektasi—detailnya, pemilihan warnanya, semuanya terasa pas. Namun yang lebih mengejutkan, ternyata Aril berasal dari Situbondo, sama seperti aku. Aku baru tahu setelah poster ini jadi, dan rasanya seperti menemukan saudara sejiwa dalam seni. Bayangkan, di antara begitu banyak orang, ternyata ada seseorang dari kota kecil yang punya bakat besar dan visi yang sama. Itu membuatku semakin yakin bahwa kreat...

Imron, Penggerak Literasi dari Desa Trebungan, Situbondo

Moh. Imron adalah bukti nyata bahwa semangat, kerja keras, dan cinta pada ilmu bisa membawa perubahan nyata bagi komunitas. (Kredit foto: Moh. Imron) Di sebuah sudut kecil Situbondo, ada seorang pria yang menjalani hidupnya dengan kesederhanaan, namun penuh mimpi besar. Namanya Moh. Imron, sosok yang kini dikenal sebagai direktur takanta, sebuah komunitas literasi yang menjadi rumah bagi banyak penulis terutama di Situbondo. Meski begitu, Imron bukanlah seseorang yang langsung dilahirkan sebagai penggerak. Masa kecil hingga remajanya lebih sering diwarnai rasa minder daripada percaya diri. Dari Anak Pemalu Menjadi Sosok Berani Ilustrasi dibuat menggunakan Canva Dulu, Imron adalah remaja yang merasa tertinggal. Saat teman-temannya sibuk dengan ponsel dan berbagai aktivitas, ia bahkan tidak memiliki telepon genggam. Pelajaran TIK di sekolah menjadi momok karena ia tak pernah menyentuh komputer sebelumnya. Tapi rasa minder itu justru menjadi titik awal perjalanan perubahan. Imron memutusk...