Skip to main content

Menolong Ikhlas vs. Menolong Modal Pinjaman

Jangan menolong dengan niat ‘nabung budi’, nanti kecewanya dobel!


Pernahkah kamu merasa kecewa setelah menolong seseorang? Atau mungkin kamu pernah ditolong, lalu tiba-tiba orang yang menolongmu meminta bantuan balik dengan cara yang membuatmu merasa ‘ditodong’? Fenomena ini tidak asing lagi. Banyak orang menganggap bahwa mereka yang pernah ditolong sering kali tidak bisa membalas budi, bahkan ada yang justru berbalik menyakiti. Banyaaak sekali bahkan mungkinkah kita sendiri yang seperti itu.

Tapi mari kita renungkan sejenak: apakah konsep menolong memang harus selalu dibalas oleh orang yang kita tolong? Jika kita menolong seseorang dan kemudian suatu hari meminta pertolongan balik, bukankah itu artinya kita tidak sepenuhnya ikhlas? Karena jika kita benar-benar ikhlas, kita bahkan tidak akan mengingat bahwa kita pernah menolongnya.

Mengapa Kita Kecewa?

Pertolongan tak selalu kembali dari orang yang kamu bantu, tapi semesta punya cara sendiri membalas kebaikanmu

Rasa kecewa sering muncul karena ekspektasi. Kita merasa telah berbuat baik, dan dalam hati kecil kita berharap suatu saat kebaikan itu akan kembali, terutama dari orang yang pernah kita bantu. Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai keinginan. Orang yang pernah kita tolong mungkin sedang dalam kondisi sulit, mungkin juga mereka tidak memiliki kapasitas untuk membantu, atau sekadar memiliki prioritas lain yang lebih mendesak dalam hidup mereka.

Banyak orang berpikir bahwa mereka yang pernah ditolong haruslah membalas budi. Tapi apakah membalas budi itu sebuah kewajiban? Jika seseorang menolong dengan harapan akan mendapat balasan di kemudian hari, maka pertanyaannya: apakah itu benar-benar sebuah pertolongan atau sekadar investasi sosial?

Pengalaman Pribadi: Ditolong dan Menolong

Kecewa setelah menolong? Mungkin karena kamu berharap terlalu banyak.

Aku pernah berada di kedua posisi—menolong dan ditolong. Ketika aku ditolong oleh seseorang, aku merasa bersyukur. Namun, saat orang tersebut datang kepadaku dan meminta bantuan di saat aku sendiri sedang dalam kondisi sulit, aku merasa tertekan. Aku ingin membantu, tapi bagaimana jika aku sendiri belum pulih secara finansial? Bagaimana jika aku sendiri masih berjuang untuk bertahan hidup?

Aku yakin, tanpa diminta pun aku akan membalas kebaikan orang tersebut jika aku dalam kondisi mampu. Tapi kenyataannya, hidup tidak selalu memberikan kesempatan itu. Dan aku sadar, tidak bisa menolong bukan berarti tidak mau menolong.

Sebaliknya, ketika aku berada di posisi orang yang menolong, aku pun pernah merasa kecewa ketika orang yang aku bantu ternyata tidak bisa menolongku saat aku membutuhkannya. Tapi setelah aku pikir-pikir, apakah aku benar-benar menolong dengan tulus? Jika aku menolong dengan hati yang ikhlas, seharusnya aku tidak merasa kecewa.

Menolong Itu Seperti…

Menolong itu seperti buang air besar—keluarkan, lupakan, jangan diungkit lagi

Menolong itu ibarat buang air besar. Iya, kedengarannya mungkin aneh, tapi coba pikirkan. Saat kita mengeluarkan kotoran dari tubuh, kita tidak pernah mengungkit-ungkitnya lagi. Kita tidak kembali ke toilet keesokan harinya hanya untuk mengingat-ingat kotoran yang sudah kita buang.



Sama halnya dengan menolong. Jika kita benar-benar ikhlas, seharusnya kita tidak mengungkit-ungkitnya lagi. Pertolongan adalah sesuatu yang kita lepaskan, bukan sesuatu yang kita simpan sebagai ‘tagihan’ kepada orang lain.

Pertolongan Tidak Selalu Datang dari Orang yang Kita Tolong

Banyak orang kecewa karena berharap akan ditolong oleh orang yang pernah mereka bantu. Padahal, pertolongan sering kali datang dari arah yang tidak kita duga. Hidup itu seperti rantai kebaikan. Apa yang kita berikan kepada orang lain bisa jadi akan kembali kepada kita, tapi tidak harus dari orang yang sama.

Keikhlasan itu tidak pakai invoice. Sudah membantu? Lupakan!

Mungkin kita pernah membantu seseorang, dan di kemudian hari, kita malah ditolong oleh orang lain yang tidak ada hubungannya dengan orang yang pernah kita bantu. Itulah bagaimana semesta bekerja—kebaikan yang kita tabur akan kembali kepada kita dalam berbagai bentuk, meskipun bukan dari orang yang kita harapkan.

Jangan Biarkan Keikhlasan Ternoda oleh Pamrih

Menolong seharusnya menjadi sebuah tindakan yang tulus, bukan sesuatu yang penuh dengan ekspektasi. Jika kita berharap balasan, lalu kecewa ketika tidak mendapatkannya, maka kebaikan kita menjadi sia-sia.

Sebaliknya, jika kita bisa menolong dan melupakannya, kita tidak akan pernah merasa kecewa. Kita akan lebih bahagia karena tidak membawa beban emosional dari pertolongan yang pernah kita berikan.

Menolong itu ibarat kasih pulsa ke teman—jangan berharap dibayar balik, anggap aja sedekah!

Jadi, lain kali jika kita menolong seseorang, lakukanlah dengan tulus. Lupakan saja setelahnya. Jika suatu hari kita butuh pertolongan, jangan berharap dari orang yang pernah kita tolong. Siapa tahu, pertolongan akan datang dari arah yang tidak terduga.

Ikhlas itu memang sulit, tapi itulah kunci agar kita tidak kecewa. Menolong dan ditolong itu bagian dari kehidupan, tapi jangan biarkan keikhlasan kita ternoda oleh pamrih.

Comments

Paling banyak dibaca

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr...

Blogger Situbondo dan Peranannya dalam Mempromosikan Kota Santri

Situbondo, sebuah kabupaten di pesisir utara Jawa Timur, menyimpan pesona yang belum banyak terungkap. Dibandingkan dengan Banyuwangi yang sibuk dengan wisata kelas dunia dan Jember yang dikenal dengan festival budayanya, Situbondo seolah masih berada dalam bayang-bayang. Padahal, kabupaten ini memiliki daya tarik luar biasa, dari wisata alam, budaya, hingga kuliner khas yang unik. Tantangan utamanya adalah bagaimana cerita tentang Situbondo bisa menjangkau lebih banyak orang. Di sinilah peran blogger menjadi sangat penting—merekalah yang bisa membawa nama Situbondo ke dunia digital, menyebarkan pengalaman, opini, serta keindahan daerah ini dalam bentuk narasi yang menarik dan inspiratif. Blogger Situbondo Menjadi Wajah Baru Jurnalisme Digital Dulu, informasi tentang suatu daerah hanya bisa ditemukan melalui media cetak atau berita resmi. Namun, di era digital seperti sekarang, blog menjadi salah satu sumber informasi yang lebih fleksibel, dekat dengan masyarakat, dan mudah diakses. Bl...

Fotografi Malam Hari Dengan Kecanggihan Ultra Night Mode

Fotografi malam hari menggunakan smartphone seringkali membuat saya memutuskan untuk “lebih baik tidak mengeluarkan hape” saja. Namun, sejak ada teknologi Ultra night mode, foto malam hari bukanlah kendala. Fotografi malam hari harus disiasati kalau kamera smartphonenya biasa Beberapa kali saya harus menyerh memang kalau sudah menjelang matahari terbenam kalau disuruh memotret, apalagi di dalam ruangan. Kesal karena smartphone saya belum canggih. Apalagi kalau ada lomba fotografi malam hari, saya menyerah. Tidak punya kamera DSLR atau mirrorless juga kendala lainnya. Hahaha   Meski begitu, teman saya suka memotret menggunakan ponsel, ternyata mendapatkan hasil maksimal. Ternyata dia mengenali karakter kameranya, mulai dari mengatur ISO dan lain-lain. Saya sih kebetulan paling malas belajar tentan itu bisanya hanya mengeluh tiada tara. Pakai mode profesional untuk fotografi malam hari Foto malam hari tidak semudah memotret saat cahaya matahari masih ada. Ada te...

Dibalik Karir Blogger: Berkilau di Dunia maya, Tipes di Dunia Nyata

Bayangkan, kamu berpikir aku hanya menikmati hidup sebagai seorang blogger. Saat tinggal di Jakarta, setiap hariku diwarnai dengan berlalunya waktu di jalanan yang padat, pertempuran melawan kemacetan, dan perlombaan mengejar transportasi agar tak terlambat tiba di undangan-acara. Ya, bisa dibilang aku keluar masuk kafe atau restoran mewah, sering bermalam di hotel berbintang, dan menerima produk-produk terbaru dari merek-merek ternama. Karir blogger seolah berkilau dan hangat layaknya sinar matahari pagi. Namun, semua itu hanya gula-gula pahit yang menghiasi kehidupanku. Hasil sesungguhnya datang setelah berkeringat menulis di blog dan media sosial. Dunia blogger saat ini penuh lika-liku. Karir blogger: Gampang Dapat Uang dari Ngeblog? Sederhana, bukan? Hm, nyatanya tidak semudah yang kamu bayangkan. Terlepas dari sudut pandangmu, menulis di blog adalah perjalanan yang tak bisa diremehkan. Ada faktor-faktor yang bisa mempermudahmu menghasilkan uang dari blog, tapi ada pula faktor-fakt...

Pengalaman Pakai Pasir Pantai sebagai Pengganti Pasir Kucing

Sudah punya kucing sejak kecil. Biasa atas keberadaan kucing membuatku tak pernah berhenti untuk punya kucing. Kucing liar yang sering mampir ke rumah biasanya aku juga beri makan dan yang mau mendekat aku pelihara. Punya kucing sebelumnya dibiarkan pup di luar. Repot kalau anak-anak kucing sudah mulai makan selain air susu induknya, pasti akan kencing dan pup di kasur karena induknya pasti lebih nyaman meletakkan anak-anaknya di kasurku. Dulu harus melatih mereka terlebih dahulu selama beberapa waktu sebelum bisa pup di luar   Setiap hari harus mencuci sprei dan menjemur kasur. Begitu tahu bahwa kasur bukanlah tempat pup dan pipis, mereka akan buang hajat di luar. Tentu saja akan mencari pasir atau tanah yang cukup gembur sebagai tempat merahasiakan hasil buangan. Kadang tanah tetangga jadi sasaran dan harus menerima omelan mereka.   Sejak awal tahun 2022, kembali dari ibukota, kucing melahirkan, dan sudah mulai makan selain air susu induknya, aku siapkan pasir buat mer...

Empat Alasan Tidak Memakai Pasir Pantai untuk Kucing

  Gara-gara pasir kucing habis dan uang pas-pasan, akhirnya aku putar otak, bagaimana cara kucing bisa pup. Ketemu jawabannya, “pasir pantai”. Kebetulan rumahku bisa dibilang tida terlalu jauh dengan pantai, naik motor setengah jam, sampai.   Itu juga karena aku mendapat inspirasi dari video Tiktok yang rutin mengambil pasir pantai sebagai penganti pasir kucing. Dan setelah mencoba pakai selama dua hari, hasilnya, aku atas nama pribadi, Uwan Urwan, TIDAK DIREKOMENDASIKAN . Kenapa? Pasir pantai lebih berat dibandingkan pasir khusus kucing Pasir pantai tidak jauh berbeda dengan pasir yang dipakai untuk bahan bangunan, berat. Warna pasir pantai beragam, mulai dari hitam seperti batu sampai krem. Ukuran pun beragam, mulai dari yang sangat halus sampai ke pasir ukuran normal. Yan paling au soroti adalah warnanya, ternyata setelah diletakkan di dalam bak, jadi tidak bagus. apalagi kalau sudah ada gundukan pup dan kencing yang seperti menyebar. Berbeda dengan pasir khusus ...

Film Pendek Lastarè: Perundungan, Trauma, dan Identitas Budaya Situbondo

Sebagian kru, pemain, dan sponsor Film Pendek Lastarè berfoto bersama saat premiere di Hotel Rosali (fotografer: Syah Arif Fammada) Aku masih ingat bagaimana semuanya dimulai. Awalnya, kami adalah orang-orang asing satu sama lain. Sebelum Ramadan 2024, aku bertemu dengan Dinda, Akbar, Thufeil, dan Afrizal—bukan karena kebetulan, tetapi melalui teman yang mempertemukan kami dengan satu tujuan: membuat sebuah film pendek Situbondo.  Ide awal memang datang dariku, sebuah kisah tentang perundungan, sesuatu yang begitu dekat denganku, bukan hanya sebagai isu sosial tetapi sebagai pengalaman pribadi. Aku menyerahkan skenario awal kepada Dinda untuk diperbaiki, dan sejak saat itu, dia menjadi sutradara Lastarè dan cerita mengalami banyak perubahan untuk disesuaikan dengan kondisi. Membiarkan Luka & Trauma Bullying Bicara dalam Film Film pendek Lastarè ini mengangkat pesan anti-bullying di mana perundungan biasa terjadi di sekolah dari tahun ke tahun Perundungan bukan sekadar cerita d...

Fauzi, Sosok di Balik Gerakan Pemuda dan Musik Situbondo

Ahmad Fauzi berdiri di tengah kebunnya Aku tak menyangka akan menemukan sesuatu yang begitu luar biasa di sudut kecil Situbondo ini. Sebuah lahan hijau yang tertata rapi, penuh dengan kehidupan dan harapan. Greenhouse sederhana berdiri kokoh, dikelilingi jaring halus sebagai tempat pembibitan. Di sekitarnya, deretan tanaman sayur tumbuh subur—terong, cabai, kacang panjang, kelor, sawi, serai, pepaya, hingga okra.  Tak jauh dari situ, ada kolam ikan yang airnya berkilauan di bawah sinar matahari. Area lain dipenuhi tanaman obat, masing-masing telah diberi papan nama, seolah memberi isyarat bahwa tempat ini bukan sekadar kebun, melainkan sumber ilmu dan kehidupan. Di tengah lahan, toren biru mencolok berdiri tinggi, menjadi sumber pengairan utama. Pemandangan ini semakin kontras karena lahan ini dihimpit oleh sawah dan rumah penduduk.  Toren biru ini bukan sekadar tempat penyimpanan air, tapi sumber kehidupan bagi tanaman sayur yang tumbuh hijau di sekitarnya. Ketika aku sibuk m...

Jangan Ikut List Blogwalking Kalau Sekadar Tugas

Fenomena blogwalking sudah terjadi sejak dahulu kala, mulanya menyenangkan. Tidak ada kewajiban untuk mengunjungi balik, berkomentar pun sekehendak hati, juga menambah wawasan karena ada ada tambahan sudut pandang orang lain. Antarbloger sudah sewajarnya saling dukung. Bahagia ngeliat temen bahagia. Fenomena blogwalking masa kini Aku gak mau bilang blogwalking tidak bermanfaat ya. Manfaatnya besar sekali dan aku sendiri bisa tahu apa saja hanya dengan mengetikkan kata kunci yang diinginkan. Masih banyak kok yang benar-benar saling baca tulisan teman-teman blogger. Memang gak semuanya membaca tuntas dan berkomentar. Paling bahagia kalau ada yang komentarnya mengoreksi dan mengapresiasi. Dua-duanya penting, pujian sebagai bentuk apresiasi dan kritik sebagai bahan refleksi.  Nah, dari kesekian kebahagiaan saling menjelajahi tulisan teman-teman bloger, gak sedikit juga sekarang yang cuma blogwalking agar diblogwalking balik oleh sesamanya. Pada akhirnya oknu...

Ramadan Tertib, Belajar Asyik, Ujian Tidak Panik!

Ramadan itu bulan penuh berkah, tapi bagi anak sekolah, tantangannya juga tidak main-main. Bayangkan harus bangun sahur, ibadah tarawih, menahan lapar seharian, tapi tetap harus belajar karena ujian sudah menunggu setelah Lebaran. Aku beruntung bisa ikut webinar bareng Sinotif dan Kak Erfano, dan ternyata banyak sekali insight menarik yang bisa membantu anak-anak (dan orang tua) supaya belajar tetap efektif selama Ramadan. Aku tuangkan di sini biar ilmunya tidak hilang dan bisa bermanfaat buat banyak orang. Jadi, bagaimana caranya biar anak tetap bisa belajar dengan baik tanpa mengorbankan ibadah dan kesehatan? Yuk, kita bahas! Atur Waktu Belajar, Kunci Sukses di Bulan Ramadan Materi yang disampaikan Kak Erfano sangat berguna bagi orang tua yang anaknya menghadapi ujian pasca lebaran (kredit : Instagram Sinotif) Kata Kak Erfano, disiplin waktu itu kunci utama supaya Ramadan tetap produktif. Ini penting karena kalau jadwalnya berantakan, bisa-bisa waktu belajar keteteran, ibadah tidak m...