Skip to main content

Jangan Sepelekan Watermark

Beberapa kali saya membaca postingan seseorang yang marah di akun Instagram akibat fotonya diambil dan dipakai untuk kepentingan akun lain. Tak jarang juga akun-akun yang mengambil foto tersebut mengganti nama dengan nama akun mereka. Bisa dibayangkan jika ini terjadi padamu?


Well, masalah watermark memang masih ada orang yang enggan menggunakannya dan ada yang mengharuskan. Saya termasuk orang yang harus mencantumkan watermark dalam setiap foto atau karya, dulunya. Sekarang lebih pilih tidak pakai watermark untuk diupload di media sosial. Namun tahu gak sih betapa pentingnya kalau kamu mencantumkan watermark dalam setiap karya-karyamu?

1. Self branding
Ini sudah jelas. Setiap foto atau karya kita menjadi alat agar orang mengenal kita. Tidak peduli hasilnya bagus atau tidak yang penting orang tahu itu karya kita. Misalnya saat review produk, jika hasilnya bagus tentu klien akan senang. Tidak bisa dipungkiri blog kita akan direkomendasikan ke perusahaan lain. Apalagi jika kontennya menarik.


2. Ajang promosi
Setiap manusia diciptakan untuk jadi kepo. Foto atau karya seni kita yang diupload di media sosial biasanya otomatis masuk dalam mesin pencarian, entah itu melalui akun media sosial itu sendiri atau Google.


Saya sering menemukan foto tanpa watermark di Google. Biasanya saya simpan begitu saja. Atau jika untuk kepentingan foto dalam blog, biasanya saya harus menyalin alamat situs untuk saya cantumkan sumbernya dalam caption. Atau jika tidak, saya copy paste link gambar kemudian saya tayangkan di blog tanpa menyebut sumber. Jika ada yang ingin tahu sumbernya tinggal klik gambar, mereka akan tahu saya ambil gambar dari mana.


Nah bagaimana dengan yang berwatermark? Kalau saya tertarik biasanya search nama yang dicantumkan sebagai watermark untuk saya kepoin. Kalau misalnya saya calon klien, tentu akan menguntungkan fotografer dong, karena memudahkan saya mencari kontaknya.

3. Penghargaan diri
Kita tidak perlu haus minta dihargai orang lain. Cukup hargai karya kita dengan mencantumkan nama kita di dalamnya. Bisa nama perusahaan kita sendiri, nama blog, atau nama panggung. Ceileh, berasa artis dangdut.



4. Menghindari merebaknya plagiator
Ada dua sisi sebenarnya jika karya foto kita digunakan orang lain untuk kepentingannya, ada sisi bangga dan sisi sedih. Bangga karena foto kita bisa menginspirasi dan bermanfaat buat orang lain, tapi sedih karena orang tersebut tidak menghargai orang yang bersusah payah memotret, apalagi jika hasilnya bagus pake banget.


Kamu tidak pernah dan tidak mau pakai watermark? Tidak apa-apa. Secara hukum (sok tahu soal hukum. Ahaha. Mohon koreksinya kalau salah) sepertinya jika foto sudah dimuat di media sosial atau tampil di Google dan ada orang lain mengambil dan menggunakan untuk kepentingannya sih tidak masalah. Ada pengecualian sih kali ya, ya, kecuali jika karya yang di copy paste, diakui, lalu dijual kembali.


Banyak fotografer profesional justru sedikit upload di media sosial, sebab mereka tahu harga untuk setiap foto. Yang ditampilkan biasanya hanya sebagai portofolio. Mereka punya ribuan koleksi foto lo. Kalau yang kita lihat di galerinya 100, belum tahu kan koleksi yang belum diupload?

Kamu fotografer amatir? Posting aja sih. Mau pakai watermark atau tidak asalkan tahu konsekuensinya. Paling parah sih akun-akun yang sudah ambil karya orang lain dan watermarknya ditutup. Kalau hal ini tidak may terjadi padamu, pakailah watermark.  Hehe... (Uwan Urwan)

Comments

Ila Rizky said…
Illustrasinya bagus lho. Ga dijual di microstock aja? :D
Djangkaru Bumi said…
Saya jarang banget pakai watermark
Saya ikhlaskan jika ada yang menggunakan gambar saya
Pertanda, gambar saya bermanfaat bagi orang lain

Paling banyak dibaca

Membuat Gambar Ilustrasi Digital Pake Hape

Kesulitanku selama membuat ilustrasi manual cuma di ribetnya. Ribet, bikin kotor, terus males beres-beresnya, ditambah kudu nungu kering, abis itu kudu discan, setelah discan aku harus edit dulu pake aplikasi (ngebersihin, motong, ngebenerin warnanya), baru posting di medsos. Keribetan ini yang bikin aku penasaran membuat gambar ilustrasi di hape. Aku cari-carilah aplikasi menggambar di hp, ketemulah beberapa, tapi masih keasyikan bikin ilustrasi pake cat poster.   Membuat ilustrasi manual serius gak enak? Aslinya aku lebih puas ngegambar di kertas. Gak ada tandingannya sih emang bikin gambar ilustrasi manual. Pas ngecampur warna, ada perasaan yang masuk ke dalam warna itu sendiri. Begitu warna disapukan terus dikombinasiin sama warna lain biar bergradasi, jiwaku kayak nyatu gitu. Begitu kering aku senyum-senyum sendiri ngeliat hasilnya dan bakalan dibuka-buka terus karena bangga sama diri sendiri, “Aku keren juga!”   Di sisi lain, hal yang bikin ribet itu bikin aku mikir dua

Iseng Upload Karya Jadi Bisnis dan Kirim ke Berbagai Kota

Sebagai penerima jasa ilustrasi, aku tidak hanya menerima pesanan gambar yang hanya kirim file dalam bentuk JPEG atau PNG saja, tapi kadang ada juga pesanan lukisan di atas kanvas atau kertas. Iseng rutin upload karya di medsos jadi ladang usaha Awalnya hanya iseng-iseng gambar lalu di-upload di media sosial. Aku pun terdorong untuk membuat Fanpage Uwans Art dan membuat akun Instagram khusus postingan gambarku @uwansart. Karena tergabung dalam komunitas kepenulisan, teman meminta izin memakai gambarku untuk dijadikan kover buku kumpulan puisi. Senang? Iya, banget. Dari situ mulai optimis, jadi makin rajin pamer karya di media sosial. Dulu pun menggambar masih di media kertas biasa. Kemudian mulai upgrade peralatan, membeli buku gambar, kanvas, cat poster, cat akrilik, dan aneka macam kuas. Beberapa teman minta dilukis di kaos. Akhirnya aku cukup optimis dan membuka bisnis art, dibuat sesuai pesanan. Ada beberapa produk yang kujual, yaitu kaos lukis, gantungan kunci lukis, sarung bantal

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr