Skip to main content

Posts

Review Film 'No One Will Save You' yang Memikat Emosi

Dalam gelapnya malam, aku terperangkap dalam dunia film " No One Will Save You ." Kisah ini memulai perjalanan dengan misteri yang memikat hatiku sejak pertama kali melihat visual gelap di cover film tersebut. Ternyata, ini bukanlah sekadar film horor biasa dengan jumpscare, seperti The Nun, atau Annabelle melainkan pengalaman mendalam yang menggugah emosi. Sebagai penikmat film yang lebih condong ke suspense, horor, thriller, dan superhero daripada drama yang sedih, aku enggan terlibat dalam emosi yang mungkin memengaruhi aktivitas sehari-hari. Adegan sedih yang memilukan sering membuat mood aku cukup turun. Namun, memulai perjalanan menonton "No One Will Save You" membuktikan sebaliknya. 'No One Will Save You', Film Horor Invasi Alien dengan Kaitlyn Dever yang Memukau Film ini mengisahkan kisah Brynn, seorang wanita muda yang tinggal sendirian di sebuah rumah besar di pinggiran kota. Pada suatu malam, kesunyian terguncang oleh suara aneh yang menggetarkan.

Tidur Nyenyak Hanya Memakai Kaos Kaki? Ini Penjelasannya!

Suatu hari yang mendung, aku menemukan informasi luar biasa yang mengubah hidupku: "Tidur memakai kaos kaki membuat tidur semakin nikmat." Penemuan tak terduga ini membangunkan kesadaran, tersembul dari zaman tak terhitung, setiap bangun dari tidur malam, kakiku terpapar udara beku. Seolah menjelajahi lingkaran kegelapan, tidur selalu meninggalkan kesan dingin di relung terdalam. Begitu banyak malam, dingin itu berdampingan dengan harmoni yang resah, ditambah ketakutan akan makhluk tak terlihat yang merayap melalui kaki yang beku. Aku terus membaca tulisan yang mengalir di layar ponselku, seolah-olah mendengar bisikan seorang teman yang membuka tirai kegelapan. Dia mengungkap rahasia: "Tanpa kaos kaki, tubuh terasa dingin." Benar, suhu tubuh, gerbang rahasia keintiman yang tak terpikirkan sebelumnya. Heum, kenapa tulisan ini jadi sangat puitis? Padahal seharusnya ini hanya curhatan dan informasi. Wkwkwk. Mari kita lanjutkan dengan bahasa yang lebih sederhana. Baca j

Franly Aprilano Oley, Penjaga Hutan yang Menyuarakan Cinta Alam

Dalam not balok hidupku, Franly adalah melodi yang menggambarkan impian masa kecilku. Sejak SMA, aku memang cukup tertarik dengan hal-hal berbau alam dan lingkungan. Aku punya mimpi suatu saat punya lahan luas yang penuh tanaman-tanaman langka, tanaman obat, dan buah-buahan untuk menjadi simfoni konservasi alam. Impian itu terus terekam dan terulang-ulang di kepalaku. Menjelang kelulusan SMA waktu itu, pilihan masa depan membawaku ke pertimbangan antara mimpi dan kenyataan. Belajar di Institut Pertanian Bogor, Jurusan Kehutanan, kemudian hijrah ke Kalimantan untuk bekerja dalam konservasi alam dan melakukan penelitian tentang berbagai tanaman dan hewan liar, bagi kedua orang tuaku terasa jauh dari pulau tempat tinggalku. Impianku sirna seketika karena tak mendapatkan restu. Tak terduga, aku menemukan jalan ke biologi di Universitas Brawijaya, menjadi langkah awal menuju lingkungan konsep dan konservasi alam. Pilihanku terasa masuk akal, meski tanpa peta arah yang pasti.  Meski impian u

Kelezatan Makanan Kucing Felix Kitten-Tuna in Jelly

Pada hari yang sunyi, cerita menarik bermula ketika kiriman foto makanan kucing di sebuah grup WhatsApp penuh harapan berpadu dengan kisah Mbak Echa, seorang blogger kucing di Situbondo. Tanpa ragu, aku merespon, "Eeee mau." Mbak Echa, seorang teman blogger dari ibukota yang sekarang menetap di Situbondo, memiliki kisah cinta yang tumbuh dari komunitas pecinta kucing. Jodohnya bersama suaminya ditemukan melalui kegemaran bersama terhadap kucing. Kebetulan, aku pun memiliki 20 kucing, dan memberikan makanan anabul seperti Felix Kitten-Tuna in Jelly menjadi langkah untuk memanjakan kucing kesayangan. Aku pun pergi ke rumah Mbak Echa untuk mengambil makanan basah kucing yang ia janjikan padaku. Betapa bahagianya aku diberikan satu kardus makanan kucing merek Felix, kitten-Tuna in Jelly ini yang berisi 12 PCS dan masing-masing seberat 85 gram. Seperti seorang ayah yang sedang mendapatkan rezeki nemplok, Aku tidak sabar memamerkannya kepada kucing-kucingku. Dibalut Aroma Meriah, M

Menembus Gelap dan Terang dalam Dunia Puisi

Dulu, di kelas dua SMP, ada beberapa temanku yang selalu memikatku dengan cerita-cerita sastra yang ia bahas. Sastra-sastra yang tak pernah habis ia gali hingga membuatku penasaran. Akhirnya, aku mengambil langkah pertamaku ke perpustakaan, mencari buku-buku sastra.  Di perpustakaan, aku menemukan hikayat, novel yang mendalam dan kumpulan puisi penyair lama, karya sastra yang menggetarkan hatiku. Dari situlah, cinta pada puisi tumbuh, sebuah dunia yang ternyata bisa menghadirkan keindahan tanpa batasan seperti dalam cerpen atau novel. Di dalam puisi, terdapat banyak kiasan yang bisa mengekspresikan berbagai emosi.  Menulis puisi sebagai Cermin Hati Aku menemukan bahwa puisi bisa menjadi cermin hati, tempat di mana aku bisa menjeritkan kemarahan tanpa harus begitu lugas. Orang lain membaca puisi, tanpa harus tahu bahwa itu adalah serpihan emosiku yang marah. Bagi mereka, puisi adalah karya sastra indah yang bisa diinterpretasikan dengan berbagai cara. Pada waktu itu, aku membaca begitu

Nordianto, Pahlawan Generasi Muda Melawan Pernikahan Dini lewat GenRengers Educamp

Dalam epik kepahlawanan Nordianto, panggilan takdirnya terbentuk. Terinspirasi oleh khayalan heroik masa kecil, dia kemudian menciptakan GenRengers Educamp pada tahun 2016—suatu peristiwa yang menyalakan nyala kepahlawanan. Educamp yang ia dirikan, sebagai bentuk pendidikan alternatif luar biasa dalam bentuk perkemahan rutin, lahir dari tekad Nordianto untuk membentuk sukarelawan yang peduli pada isu-isu kesehatan seksual, khususnya pernikahan usia dini dan pergaulan remaja. Yang dilakukan Nordianto adalah bentuk semangat untuk masa depan Indonesia. GenRengers Educamp: Menjadi Nafas Baru dalam Pendidikan Alternatif GenRengers Educamp adalah program pendidikan alternatif yang diselenggarakan dalam bentuk perkemahan rutin selama 3 hari 2 malam. Penting sekali remaja mengikuti program ini untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya nikah muda, edukasi seks, dan memberi mereka keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat agar tumbuh dewasa di masa de

Rujak Buah 'Mbah Rujak Manis', Kuliner Situbondo yang Legendaris

Di suatu sudut kecil Kota Situbondo, tersembunyi sebuah kuliner Situbondo yang telah menjadi legenda seiring berjalannya waktu. Aku mengajakmu mengenal kedai penuh pesona ini, yang bernama "Mbah Rujak Manis" di Tepian Sungai Gangga, Paraaman, Situbondo. Di sini, kamu akan merasakan kelezatan rujak buah yang sering disebut "rujak manis" oleh penduduk setempat, dan rasanya memang manis sekaligus nikmat. Meskipun rasanya manis, rujak buah segar ini  masih bisa ditoleransi oleh lidah orang Madura meski cenderung suka makanan asin. Situbondo memang perpaduan budaya Jawa dan Situbondo, dan banyak yang jatuh cinta pada rujak buah-buahan ini. Mbah Rujak Manis, Tepian Sungai Gangga, telah berdiri kokoh selama bertahun-tahun, menjadi saksi bisu bagi setiap cerita yang mengalir di kota ini. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai budaya makan rujak buah di Situbondo. Rujak Buah-buahan: Simbol Kebersamaan dalam Budaya Situbondo Dalam budaya makan Situbondo, rujak buah-buahan ad

Petualangan Pertama Kali Membaca Puisi

Momen itu masih jelas terpatri dalam ingatanku. Tanggal 13 Desember 2008, sebuah hari yang kini terasa begitu bersejarah bagiku. Ini bukanlah kebetulan semata, melainkan perpaduan kesengajaan dan ketidaksengajaan yang membawaku kepada suatu dunia yang indah, dunia membaca puisi dan menulis puisi yang sangat emosional. Momen ketika aku membaca puisi bersama komunitas pecinta sastra.  Kecintaan pada puisi telah merayap dalam hatiku sejak masa SMP. Aku telah menghasilkan banyak puisi, namun hanya sedikit yang dipublikasikan. Meski rutin menulis puisi, kemenangan dalam lomba puisi adalah hal yang sulit aku raih. Lomba puisi memang sebuah tantangan besar buatku. Dari sekian kali ikut lomba puisi, hanya satu kali menang juara 1 lomba puisi. Setelah itu tidak ada lagi. Wkwk Aku ingat betul, waktu itu sedang asyik membaca puisi di HP-ku. HP-ku memiliki fitur rekaman suara yang memungkinkanku merekam sendiri. Impianku saat itu adalah merekam suara, entah itu untuk bernyanyi atau membaca hasil d

Ketika Kehilangan Menjadi Berkah

Dulu, ketika masa kuliah, ada suatu peristiwa yang membuatku teringat selalu. Flashdiskku hilang entah di mana. Bukan tentang flashdisk biasa, melainkan tentang data berharga yang tersemat di dalamnya. Mungkin hanya sekitar 2 gigabyte, atau mungkin lebih, aku tak begitu yakin. Yang pasti, data-data kuliahku berada di sana, mulai dari tugas, jurnal-jurnal penelitian orang lain, foto-foto, dan lain-lain. Flashdisk berusia 15 tahun pemberian temanku Ada satu teman dekat, yang bisa kuanggap sebagai sahabat. Hubungan kami sudah sangat erat. Dengannya, aku bisa bercerita tentang hampir segala hal, yang membuatku merasa lega dan aman. Aku sering menghabiskan waktu bersamanya di kampus atau sekadar berjalan-jalan ke mall. Suatu hari, setelah menghabiskan waktu bersamanya, entah apakah itu di kosannya atau di tempat lain, aku tiba-tiba menemukan catatan yang sangat penting di kosanku. Tampaknya temanku menyelipkan sesuatu di tasku. Di sana terdapat juga sebuah flash disk, berisi tulisan tangan

Maya Stolastika Boleng: Transformasi Dahsyat dalam Dunia Pertanian

Di bawah langit Bali yang ajaib, Maya Stolastika Boleng menjalani perubahan yang mendalam. Seorang guru yoga membawanya ke dunia pertanian sistem organik dan filsafat kehidupan yang memancarkan harmoni dengan alam. Di balik keindahan Bali, tersembunyi sebuah gerakan menuju pertanian organik yang mengubah paradigma. Bali: Pulau Organik di Masa Depan Di garis depan perubahan, Bali memimpin perjuangan menuju pertanian sistem organik yang berkelanjutan. Di bawah ketetapan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2020, Gubernur Bali, Wayan Koster, berkomitmen untuk mengubah seluruh petani di pulau ini menjadi pelaku pertanian organik pada tahun 2024. Bali berdiri sebagai penjaga ketat produk pangan lokal, dengan hanya produk organik yang diberi tempat, sementara produk konvensional harus rela ditolak. Di tengah keajaiban pulau Bali, Maya menemukan inspirasi yang akan mengubah hidupnya. Tahun 2008, Maya, seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya, melangkah dengan keberanian yang tak tergoyahk