Skip to main content

Posts

Bulan Madu ke mana? Cobain deh Tejaprana Resort & Spa

Pagi itu, saya tiba di Bandara Ngurah Rai. Ini kali pertama kaki menyentuh tanah Bali. Tak seperti di bandara lain, Juanda, Soekarno Hatta, Yogyakarta, dan Kuala Namu, Bandara Ngurah Rai begitu berbeda. Tak heran kalau Bali menyimpan daya tarik tersendiri bagi banyak wisatawan, asing maupun lokal. Yes di dalam bandara terasa sejuk, yaiyalah wong pake AC. Wkwkwk... Tidak, maksudnya sejuknya bukan sejuk udara, tapi suasana ( gak ngerti ya? Sama. Saya pun bingung mau menjelaskan seperti apa). Begitu juga di toilet , ada rangkaian bunga hidup yang cantik duduk dengan indah. Ketinggalan pesawat Saya terlambat sampai Bali karena mengalami beberapa insiden waktu subuh di Jakarta. Mulai dari salah masuk taksi yang dipesan, tidak membawa uang cash , atm terselip entah ke mana, terlambat masuk bandara, sampai harus bernegosiasi dengan petugas yang akhirnya saya harus membayar Rp100.000 untuk penerbangan selanjutnya. Boleh cerita sedikit tentang poin terakhir? Bolehlah ya, itung-

Mau Tahu Boros Yang Gak Bikin Miskin?

Cobalah nikmati hidup dengan belanjakan uang yang kita punya. Hidup cuma sekali lo ... Banyak sekali yang ingin mengajak kita berhemat. "Jangan boros!" begitu kata mereka. Kita jadi tidak bisa membeli apa saja yang disukai. Entah itu bantal lucu, mug unik, pigura kayu, bantal sofa, atau handphone baru. Kenapa sih? Memangnya tidak boleh beli ini itu. Apalagi yang punya uang kan kita ya? Kita pun yang menikmati. Kalau sedang berbaik hati, kita tentu berbagi barang dan makanan yang dibeli untuk dinikmati bersama. Bahkan tak jarang ada orang yang memang senang traktir teman-temannya. Ada yang salah? Hmm... tidak salah juga ya kalau memang maunya begitu. Lagipula menabung itu kadang menyiksa diri karena harus menahan diri untuk membeli barang yang disukai. Saya sih setuju kalau menabung itu membosankan, tapi setuju juga dengan tidak berlebihan dalam membelanjakan uang. Boroslah yang elegan dan boroslah pada tempatnya. Kira-kira apa saja boros yang tidak membua

Sejarah Baru Raden Ayu

Karakter manusia itu tak pernah lepas dari masa lalu. Mengenang kemerdekaan, mengenang kepergian seseorang, termasuk mengenang Hari Kartini. Hari Kartini sudah lewat. Sengaja saya posting jauh dari titik waktu yang dimaksud. Tujuannya untuk mengenang. Mengenang masa lalu. Yes. Right .  Kartini itu siapa sih? Kenapa Kartini penting banget buat diingat-ingat? Kenapa? Masih ada banyak perempuan hebat lain untuk dikenang dan dibanggakan? Kenapa Kartini sangat spesial di mata orang Indonesia? Well , Kartini memang sosok hebat. Tanpa Kartini mungkin perempuan-perempuan tak akan seberani sekarang, meski belum tentu juga ya. Tapi sejarah tetaplah sejarah. Kita harus tetap menghargainya sebagai penanda bahwa masa lalu itu ada dan ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari situ. Mengingat begitu pentingnya Kartini, saya mencoba merangkum beberapa hal yang wajib kita jaga sampai kapan pun (ini sih buat perempuan. Haha) 1. Kodrat perempuan itu fitrah Sesimpel itu sih. Kartini tak p

Nih 10 Cara Jadi Blogger Keren

Pernah tidak kamu iri melihat blogger-blogger senior hadir di berbagai acara, bertemu artis, menjadi pemateri pada berbagai seminar, bertemu klien di perusahaan ternama, dan punya banyak followers di media sosialnya? Lalu kamu sedih karena tergolong masih baru atau bahkan baru mau jadi blogger? Toss, kita sama. Saya pun sering sedih kalau lihat pribadi saya belum bisa sehebat mereka. "Ya kan kamu tidak tahu apa yang sudah mereka perjuangkan dan korbankan," kata seorang teman saat saya mengutarakan isi hati. Lalu saya mengiyakan. Benar juga. Bisa jadi mereka yang sibuk ke sana ke mari dan mendapatkan banyak job dari hasil pertemuannya dengan orang-orang. Kita tidak tahu kan? Beberapa dari mereka mengabaikan waktu bersantai di rumah, menonton televisi, bermain bersama hewan peliharaan, atau mengajak anak dan keluarga berlibur. "Usaha tidak menghianati hasil kok , cuma memang selalu ada yang dikorbankan," lanjutnya. Buat kamu (dan saya) yang mas

Pilih mana, Elu-gue atau Aku-kamu ?

Jakarta itu kota plural. Semua orang dari berbagai suku, daerah, bahkan negara tinggal di sana. Jakarta ya ibukota negara saya, Indonesia. Isi di dalamnya penuh sesak dengan manusia, kendaraan, rumah, gedung perkantoran, pedagang kaki lima, dan macam-macam. Macet selalu menjadi keluhan utama jika tinggal di sana. Waktu pun seolah hanya mainan. Tak ada yang bisa mengendalikan apa yang terjadi di sana. Untunglah pada saat menulis ini, saya tidak sedang di Jakarta dalam jangka waktu cukup lama. Saya sedang menikmati indahnya kampung halaman, menjadi anak hits di kampung (setelah sekian lama berkiprah jadi artis ibukota. Hahaha...) Entah apa magnet utama yang membuat Jakarta selalu dirindukan. Yang jelas siapapun yang pernah ke sana kebanyakan ingin kembali lagi. Tidak peduli Jakarta akan semakin sesak dan macet dengan pertambahan penduduk yang tak terkendali. Segala macam bisnis bersaing, baik sehat atau tidak. Eh, tapi saya tidak akan membahas Jakarta lo ya.  Budaya ber-

Jangan Sepelekan Watermark

Beberapa kali saya membaca postingan seseorang yang marah di akun Instagram akibat fotonya diambil dan dipakai untuk kepentingan akun lain. Tak jarang juga akun-akun yang mengambil foto tersebut mengganti nama dengan nama akun mereka. Bisa dibayangkan jika ini terjadi padamu? Well , masalah watermark memang masih ada orang yang enggan menggunakannya dan ada yang mengharuskan. Saya termasuk orang yang harus mencantumkan watermark dalam setiap foto atau karya, dulunya. Sekarang lebih pilih tidak pakai watermark untuk diupload di media sosial. Namun tahu gak sih betapa pentingnya kalau kamu mencantumkan watermark dalam setiap karya-karyamu? 1. Self branding Ini sudah jelas. Setiap foto atau karya kita menjadi alat agar orang mengenal kita. Tidak peduli hasilnya bagus atau tidak yang penting orang tahu itu karya kita. Misalnya saat review produk, jika hasilnya bagus tentu klien akan senang. Tidak bisa dipungkiri blog kita akan direkomendasikan ke perusahaan lain. Apal

Hobimu Beragam? Berbahagialah!

Postingan kali ini sengaja mau menyapa "hobi" dan tentu saja tulisan ini bersifat subjektif. Segala bentuk ketidaksetujuan, keriya'-an,  dan pelencengan terhadap apa yang ada di pikiran orang umum janganlah terlalu dipusingkan. Ambil manfatnya saja. 😂. Pusing masalah calon gubernur yang debat sana-sini dan yang rempong itu kita sudah cukup ribet . Urusan politik jangan memengaruhi kehidupan sehari-harilah. Halah , malah ngomongin politik. Oke lanjut. Selfie bersama teman-teman itu jadi hobi juga lo. Saya percaya setiap orang punya hobi, entah itu foto selfie , mancing keributan, bergosip dengan tetangga sebelah, tidur dengan kebo , eh kok yang ini faedahnya dikit banget ya? Hmmm... ganti jenis hobi, misalnya kamu suka main sepakbola, biola, gitar, menggambar, menulis, atau berpidato, nah percaya atau tidak saat dewasa nanti (ini yang baca kalau masih usia anak-anak), hobi-hobi yang kamu sukai perlahan akan terabaikan. Tidak semua sih, tapi kebanyakan oran