Skip to main content

Posts

Ke Bogor tak Bawa Oleh-oleh? Yakin?

Salah satu sudut Kota Bogor (kredit: nicolashadi.wordpress.com) Pernah berkunjung ke Bogor? Kota yang dikenal kota hujan itu meskipun tak selalu hujan, selalu memiliki tempat dalam kenangan. Tahun 2013-2014 adalah tahun-tahun di mana saya sering lalu-lalang ke kota itu. Pertama kali datang ke Bogor kesan saya, "Waw, akhirnya saya bisa datang ke kota ini juga." Waktu itu saya harus menjalani proses seleksi terakhir untuk bekerja di sebuah perusahaan majalah pertanian. Ada banyak angkot dan saya mengunjungi teman di Universitas Pertanian Bogor.  Suasananya teduh dan basah akibat hujan habis mendera kota itu. Berbeda dengan Situbondo yang memang lebih banyak menghabiska masa kemarau ketimbang musim hujan. Sepanjang jalan menuju kampus IPB, saya melihat pohon-pohon besar dan tanaman menghijau sepanjang pandangan mata. Bogor juga terkenal dengan berbagai panganan lezat. Banyak orang berburu cemilan-cemilan tersebut saat berkunjung, misalnya talas bogor, asinan bogor, ubi

Pesan dan Batang

Aku mendiamkan pesan seorang kawan, "Mau sampai kapan kamu menghilang jika terdampar perkara?" Sambil menyesap batang rokok ketiga, bulan sabit mulai menari-nari bersama awan. Bintang-bintang mencoba bersembunyi dariku.  Hmm.. ternyata batang rokok lebih nyaman kukunyah ketimbang dibakar. Apa mesti kubuang?  Tung tung tung. Ponselku berdering. Sebuah pesan masuk. "Kamu di mana? Kamu gak apa-apa kan? Maaf, kalau aku mengganggu, tapi aku khawatir." Usai membaca pesan itu, kutekan tombol 'shut down'. Huff, aku berharap bebas dari kekhawatiran-kekhawatiran yang berlebihan itu. Tolong beri waktu untuk melebur hal-hal yang terjadi kemarin. Semakin kamu menggangguku, semakin aku benci. Bukannya kamu tahu itu? Udara kian dingin. Awan-awan sudah habis menyelimuti bintang. Batang-batang rokokku pun tak tersisa, hanya tinggal bungkusnya. Apa perlu kumakan juga? 21 Desember 2014

Jamur Blotong, Nikmatnya Tak Terkira

Sejuknya embun pagi selalu terhidang Pagi itu (akhir November 2016) PG Wringin Anom sudah tak beroperasi lagi, artnya masa giling sudah habis, Hujan beberapa kali menerobos masuk  Kota Situbondo. Langit tampak cerah, matahari tersenyum menyeruakkan sinarnya. Kaki-kakiku berjalan beriringan dengan embun-embun yang masih bertengger di atas rerumputan. Hari itu pertama kalinya saya berjalan menyusuri rel-rel kereta api yang biasanya digunakan sebagai jalur kereta diesel untuk angkut tebu. Sudah sekian lama saya kembali ke kota kecil itu, tapi lebih banyak waktu dihabiskan di dalam rumah. Tumpukan blotong, sebagai substrak jamur blotong Selalu saya genggam smartphone kesayangan. Tak hanya untuk mendegarkan lagu kesukaan, tapi juga untuk memperoleh gambar-gambar nuansa sawah dan beberapa objek lain. Kaki saya berhenti pada tumpukan blotong, tepat di belakang pabrik gula (PG). Beberapa tumpukan besar sudah terlihat jelas kelezatannya. Maksudnya bukan blotong yang tampak lezat,

Pembayaran Online, Efisien dan Ramah Lingkungan

Pertama kali saya bertransaksi online tahun 2012. Waktu itu sedang gemes ingin berpartisipasi dalam lomba membatik tingkat nasional. Saya coba cari informasi penjualan bahan dan alat batik. Ada banyak yang menjual, di Malang, Yogyakarta, dan tempat-tempat lain. Pilihan saya tertuju pada online shop di Yogyakarta. Selain lebih murah, pelayanannya lebih nyaman. Sebagai orang awam yang tak mengerti bagaimana cara membatik, saya pun belajar dari blog cara memainkan malam. Sukses membatik meskipun hasilnya tidak sesuai keinginan, beberapa minggu kemudian saya mendapat kiriman piagam dari panitia sebagai partisipan. Transaksi online perdana berhasil meskipun saya harus ke ATM. Awalnya ragu sebab pembeli harus transfer terlebih dahulu sebelum barang dikirim. Beberapa orang teman saya mengaku pernah ditipu oleh pedagang saat membeli barang, tapi nyatanya tak semua toko online begitu. Penggunaan kartu pembayaran jadi alternatif masa kini Beberapa tahun belakangan, sejak meneta

Demi Solidaritas, Pemuda Situbondo Turun ke Jalan

Masih hangat dalam perbincangan gempa yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh tanggal 7 Desember 2012 kemarin. Gempa berkekuatan 6,5 SR yang terjadi menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan sekitar. Secara geografis, Aceh memang termasuk kawasan seismik aktif yang rawan gempa bumi. Tentu kita masih ingat bencana tsunami yang terjadi beberapa tahun silam. Itu juga karena aktivitas bumi. Gabungan dari berbagai komunitas bersatu dalam aksi ini (kredit: Sfc Situbondo) Tak ingin ketinggalan mengurangi duka saudara-saudara di Aceh, Slank Fans Club (SFC) Situbondo, AREMA Situbondo, Komunitas Penulis Muda Situbondo, Backpacker Situbondo, Seni Berjalan, Si Ponsel, Aremania Situbondo, dan Outsider Situbondo melakukan penggalangan dana turun ke jalan tanggal 11-12 Desember 2016.  Saya cuma nampang kok. Hehe... Pemuda-pemuda yang tergabung dalam komunitas itu mengumpulkan dana di perempatan lampu merah alun-alun Situbondo. Dengan begitu, warga Situbon

Hobi pun Perlu Teknologi Terkini

Jika ada kesempatan, saya tidak akan sia-siakan waktu untuk membaca puisi Bicara tentang hobi, saya termasuk orang yang susah untuk konsisten. Hobi saya ada banyak, foto, menggambar, bikin puisi, ngeblog, apalagi? Masih ada lagi, main dengan kucing, medsosan, dan bermalas-malasan, nah iya satu lagi, karaokean. Oh, astaga hobi saya beragam (ada lagi yang belum disebutkan) dan tidak bisa fokus pada satu bagian. Kadang ingin membelah diri jadi beberapa bagian, sehingga bisa menyelesaikan banyak pekerjaan dalam satu waktu. Lama-lama saya sadar bahwa manusia punya keterbatasan. Manusia yang Tuhan bilang makhluk sempurna saja masih punya banyak keterbatasan, bagaimana dengan makhluk hidup lain? Apalagi jika harus dihadapkan dengan pekerjaan kantor menumpuk dan harus selesai dalam jangka waktu singkat. Hobi minggir dulu sejenak.  Salah satu hobi saya yang sudah terbit di toko buku Kamu pernah menemukan bapak-bapak berumur saat weekend justru menyibukkan diri dengan bersepeda

Pemuda Situbondo Deklarasikan Antinarkoba dan Kampanyekan Lingkungan

Pemuda Situbondo menenteng sampah Pagi itu (26/11/2016) langit cerah. Rombongan pemuda berpakaian mayoritas hitam menenteng plastik merah besar di pinggiran Pantai Pasir Putih, Situbondo. Perahu-perahu wisata menepi, ban-ban tersusun rapi, juga pedagang asongan bernaung di bawah rindangnya ketapang ( Terminalia catappa ) dan Waru ( Hibiscus tiliaceus ). Pemuda-pemuda itu memunguti sampah anorganik dan Menyimpannya ke dalam plastik sepanjang 2 KM di pinggiran pantai wisata itu. Pukul 10.00 WIB kegiatan memungut sampah usai. Pemuda-pemuda tersebut beristirahat di sebuah aula. Suara band bertabuh dan semilir angin membawa sejuk.  Bunga Hibiscus tiliaceus   sejukkan pantai Sebanyak 14 komunitas dari Slank Fans Club (SFC) Situbondo , Si Ponsel , Backpacker Situbondo, Oi Situbondo, Bonex Situbondo, Ganesha, Bengkel Seni Unars, Komunitas Penulis Muda Situbondo (KPMS), Smadapala, Gerakan Situbondo Membaca, KPGN, Generasi Mahardika, LPP, dan OSD Situbondo, turut mendukung

Mengembalikan Fungsi Pelabuhan Kamal dengan Festival Bahari

Petis madura menjadi primadona (kredit: http://travel.kompas.com) Madura? Yang terlintas pertama kali dalam benak saya jika seseorang menyebut nama Madura adalah petisnya. Petis madura berbeda dengan petis lainnya dari segi rasa dan strukturnya. Sebenarnya tidak semua petis yang dibuat di Madura enak, tapi petis madura sangat terkenal dengan kelezatannya. Tak heran jika ada tetangga atau saudara mengunjungi keluarga di Madura, oleh-olehnya yang harus ada pertama kali adalah petis. Untuk mengunjungi Madura biasanya ada dua alternatif jika melalui Surabaya, menggunakan kapal ferry atau lewat Jembatan Suramadu. Sebelum Suramadu berdiri kokoh, Pelabuhan Kamal adalah satu-satunya jalan menyebrang Selat Madura. Pelabuhan Kamal terletak di Bangkalan memang menjadi gerbang luar biasa yang menampung banyak orang untuk kluar masuk dari Madura dan ke Madura. Sebagai keturunan asli Madura, saya bisa merasakan sensasi menjadi suku yang sebenarnya jika dieksplor lebih dalam akan menjadi s

Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Global warming disebabkan oleh gas rumah kaca (kredit: planetsave.com) Kekhawatiran dunia jika sumber bahan bakar minyak dunia habis sudah menjadi sorotan sejak lama. Terlebih lagi isu global warming mencuat akibat kerusakan alam menuai komentar miris bagi pemerhati lingkungan. Dunia telah mengalami pemanasan global yang kian hari kian meluas. Meningkatnya jumlah industri dan sarana transportasi di dunia tentu saja diikuti dengan meningkatnya jumlah bbm yang digunakan kian memperkeruh krisis ini. Penggunaan bbm dari fosil menambah jumlah CO 2 di udara. Menurut Sulistyono dalam risetnya yang berjudul “ Pemanasan Global (Global Warming) Dan Hubungannya Dengan Penggunaan Bahan Bakar Fosil ” menjelaskan bahwa perubahan    iklim    yang    semakin berbahaya ini didorong oleh peningkatan produksi   buangan   gas   rumah   kaca   dihasilkan oleh tindakan-tindakan manusia.   Peningkatan   gas   rumah   kaca yang   paling   membahayakan   disebabkan oleh buangan CO 2 yang di