Skip to main content

Posts

Hewan-hewan yang dinistakan manusia

Zaman kini manusia kreatif membahasakan dirinya dan orang lain. Jika sedang marah kata-kata kotor tak luput keluar dari mulut. Beberapa dari manusia menyebut orang yang disebelin itu dengan nama binatang. Entahlahlah apa salah mereka sampai harus dilibatkan dalan amarah manusia, sehingga derajat hewan-hewan tersebut menjadi rendah, sangat rendah.  Prihatin. Inilah beberapa hewan yang bagi manusia derajatnya rendah 1. Anjing Lucu banget kan. Manusia paling ingin selucu ini ya Apa bayanganmu pertama kali saat mendengar kata anjing? Meski pun diucapkan dengan nada biasa dalam keadaan normal akan terdengar sangat mengejutkan. Apalagi jika diucapkan saat marah. Beuh, bisa jadi perang dunia kesepuluh. Apa salah anjing ? Meskipun buat umat muslim termasuk najis, bukan berarti mereka berhak untuk dicaci maki. Sayangnya umpatan ini tidak memandang SARA. Semua agama menilai kata anjing itu kasar dan tidak sopan. Apa salah anjing? Beberapa dari mereka kan lucu, beberapa

Usia Cantik Itu Hadiah Kesederhanaan

" Arowa bessa la (Itu busnya)," kata seorang perempuan berusia 45 tahun waktu itu. Keriput tertoreh di wajahnya, tatapannya tampak berat. Tangannya melambaikan tangan. Beberapa detik lagi alat transportasi kotak yang menampung puluhan orang akan tepat berhenti di tempatku berdiri. Saranku sih, merantaulah agar kita tahu seberapa besar cinta kita pada ibu Seperti biasa, aku mencium tangan lalu kedua pipinya. Bus sudah berhenti. Tas hitam besar kutenteng, " Engkok ajelena ye, Bok (Aku jalan, Bu). Assalamualaikum." "Waalaikum salam. Je' loppae abejeng (Jangan lupa salat)!" ujarnya kemudian. Tanpa pikir panjang lagi aku masuk ke dalam bus. Meninggalkan perempuan itu seorang diri. Perempuan yang tak pernah berhenti untuk tangguh, padahal di dalamnya gelisah. Iya, dia gelisah jika setiap kali anak laki-lakinya pergi jauh. Empat tahun setengah kuliah di kota dingin, kota pendidikan, Malang, sudah dijalani. Perjalanan kakiku akan dimulai di sebu

Sepatu Kece ya Ranah Mba

Beberapa kali saya mengunjungi mall bersama teman-teman. Biasanya usai makan bersama dan berbincang-bincang tidak langsung pulang. Bolehlah cuci mata lihat sana lihat sini. Manusia-manusia kekinian yang mengunjungi mall biasanya sedap untuk dipandang. #eh. Ah, tidak, maksud saya biasanya outlet-outlet yang dengan senang hati membukakan pintu memberi pencerahan dan semangat. Maksudnya bagaimana? Ada banyak produk dipamerkan dan dijual biasanya membuat saya bersemangat (minimal untuk lihat-lihat). Cocok harga dan desain, tak perlu banyak pikir sih, langsung beli. Banyak sih brand ternama menjual satu jenis produk dengan warna dan model yang sama satu deret. Kan kesel kalau misalnya pada suatu waktu bertemu dengan orang yang memakai produk yang sama (pakaian misalnya). Berasaaaaaa gimana gitu. Saling tatap lalu membuang muka tiba-tiba. Bisa dibayangkan ada dua manusia yang tiba-tiba terbakar kepalanya. Saya sih sering mengalaminya. Untuk itu biasanya saya suka beli barang yang lim

Film Lights Out Seru

Yeay, nonton film horor? Kenapa tidak? Saya sudah terbiasa dengan yang horor-horor sih. Apalagi jiwa saya sudah horor. Wkwkw. Film Lights Out yang notabene juga seram saya libas. Seru. Film garapan asal Amerika yang digarap studio New Line Cinema dan Grey Matter Productions mengajak saya untuk terkejut-kejut dan ikut berteriak saat kaget. Sepertinya film horor bisa menjadi terapi galau. Sutradara kece, David F. Sandberg, cukup cerdas meramu plot dan drama film ini. Ya, lagipula siapa sih yang akan menilai buruk film Amerika yang sudah standar internasional ini? Hanya sedikit film barat yang tidak disukai. Kalau pun tidak disukai, film-film barat selalu digarap serius, mulai dari efek, bintang, dan soundtracknya. Kalau nilai seramnya sih buat saya lumayanlah. Saya kasih poin 7. Jadi ceritanya Rebecca, pemeran utama saat kecil dibayangi ketakutan dan akhirnya meninggalkan rumah. Martin, adik Rebecca yang masih tinggal bersama ibunya mengalami hal-hal menakutkan saat lampu padam.

Aisyah, Berjuang Mengajar di Pedalaman

Akhir-akhir ini saya banyak dilibatkan untuk menyaksikan film-film terbaru produksi anak bangsa. Beberapa tahun lalu sih saya enggan banget menonton film garapan orang Indonesia. Kenapa? Basi. Ceritanya itu-itu saja, monoton, apalagi saat film horor naik daun. Saya cuma bisa memicingkan mata jika ada promo film Indonesia akan tayang. Kalaupun saya ingin menonton film, saya biasanya pilih film luar. Biasanya teman-teman pehobi film juga suka memberi masukan film apa yang asyik untuk ditonton. Tapi kali ini saya harus jujur jika film-film Indonesia mulai menampakkan auranya. Beberapa sih masih agak kebarat-baratan. Ya udahlah, mungkin memang sasarannya untuk anak muda Indonesia yang kebarat-baratan. Wkwk... Salah satu adegan film Aisyah (kredit: luvina.com) Bertema pendidikan dan bhineka tunggal ika, film Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara, menyedot perhatian saya. Laudya Cynthia Bella menjadi bintang utamanya. Film ini mengisahkan tentang Aisyah yang berasal dari Jawa Barat, teta

Film Dua Kodi Kartika, Inspiratif

Berbagi kisah baik itu saat ini jadi moto saya nih. Saya tahu, saya bukan manusia baik. Tapi bukan berarti manusia yang tidak baik tidak punya kesempatan berbuat baik. Saya menulis ini berkat menonton gala premiere Dua Kodi Kartika, The Heritage of Love. Kisah-kisahnya sangat sederhana dan berisi pesan semangat berjuang memulai usaha dari nol hingga sebesar ini. Film ini memang merupakan kisah perjalanan Bu Ika Kartika, owner Keke Busana. Bukan hal mustahal jika untuk memiliki usaha mandiri memang butuh perjuangan. Berawal dari menerima pesanan dari berbagai brand di Tanah Abang. Sampai akhirnya ia berani membuka brand sendiri dengan nama Keke. Keke pun bukan hal yang sembarangan diambil. Keke, diambil dari kata kekeuh yang artinya teguh, maksudnya bisa dibilang keras kepala. Jika Bu Ika mau mawar merah, artinya harus mendapatkan mawar merah. Mungkin sifat inilah yang menyebabkan usahanya kian besar dan terkenal seantero tanah air. Film ini sangat sederhana, banyak mengisahkan

Siape Bilang Anak Jakarta Gak Berbudaye

Kalau kata pepatah lama, carilah ilmu meskipun harus ke negeri Cina. Sebagian besar orang pasti setuju termasuk saya. Sebagai manusia udik dari kampung kecil di Kota Situbondo, Jawa Timur, perlahan saya hijrah ke arah barat, Malang. Saya kuliah empat tahun setengah di Universita Brawijaya. Buat saya nilai akademik tidak terlalu berharga ketimbang nilai-nilai yang saya dapatkan selama hijrah itu. Saya banyak bertemu orang dari berbagai daerah, yang notabene kebanyakan sama udiknya. Ya, gak semua udik. Kebanyakan sih sudah mengerti hingar bingar dunia. Saya dan teman-teman Tau Dari Blogger berfoto bersama David Nurbianto Bertemu banyak orang itu menyenangkan. Bertemu dengan teman lama juga membuat riang. Tapi buat saya untuk belajar tentang hidup, manusia tidak boleh hanya berada di lingkungan yang sama sepanjang hayat. Waktu terus bergerak, perubahan akan terus terjadi. Setelah puas (sebetulnya belum) tinggal di Malang, jalan hidup saya menuntun untuk pergi ke barat yang lebih

Nonton Konser Iwan Fals Gratis? Mau?

Kalau ditanya siapa penyanyi Indonesia favorit saya? Hmm ada banyak. Tapi kalau ditanya penyanyi senior yang lagu-lagunya abadi sepanjang masa ya Iwan Fals. Bahkan saya sempat heran, anak yang usianya lebih muda dari saya pun hapal lagu-lagunya. Saya jadi minder sendiri. Lagu yang paling saya ingat dari Iwan Fals itu yang judulnya "kemesraan". Liriknya suka bikin senyum-senyum sendiri saat senang, tapi saat galau biasanya jadi sedih. Wkwkw. Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu Kemesraan ini, ingin ku kenang selalu Hatiku damai Jiwaku tenteram si sampingmu Hatiku damai Jiwaku tenteram bersamamu Iya kan, coba perhatikan liriknya. Dalam kondisi apapun dan mau bersama siapa pun lagu ini pas dinyanyikan. Iwan Fals sih memang fenomenal ya. Apalagi pada zaman-zaman kejayaannya yang banyak mengkritik pemerintah, misalnya Demokrasi Nasi, Pola Sederhana, Bento, dan Mbak Tini. Gara-gara lagu tersebut ia harus diinterogasi dan dipenjara. Tapi yang namanya darah seniman d

Jakarta Akan Segera Punya Ka Bandara

Saya masih ingat saat kereta api bandara di Medan masih beru beroperasi. Begitu inginnya saya berkunjung ke Medan hanya untuk mencoba sensasi masuk ke dalam kereta api eksklusif tersebut. Rasanya menyenangkan apalagi ditambah berlibur ke Medan, mengunjungi tempat wisata yang ada di sana. Pertanyaan pertama yang masih terngiang-ngiang dulu adalah kenapa harus Medan sebagai pionernya? Mengapa bukan Jakarta? Bertahun-tahun pertanyaan itu terpendam bersama kegiatan sehari-hari. Tiba-tiba awal tahun 2016 tanpa sengaja saya harus terbang ke Medan untuk melakukan perjalanan singkat. Cukup lama rasanya saya menulis keinginan saya mencoba naik ka. Bandara di Medan dan itu terwujud. Saya jadi tahu jika doa baik akan terwujud pada waktu dan kondisi yang tepat. Kebetulan waktu itu saya hanya tinggal masuk stasiun saja, tanpa perlu repot beli tiket online atau bagaimana. Jadwal paling pagi ternyata penumpangnya jarang. Hanya orang-orang yang punya urusan di tempat lain yang perg

TransJakarta Berani Berubah

Jakarta itu tiada hari tanpa macet. Rasanya malas beranjak dari tempat duduk untuk pulang jika harus membayangkan harus mengantri berpuluh-puluh meter. Beberapa kali saya temui antrian di shelter busway sampai harus menempati jembatan penyebrangan untuk shelter-shelter tertentu. TransJakarta tentu saja masih menjadi alat transportasi andalan bagi sebagian besar orang. Busway sudah mulai banyak yang steril dari pengendara nakal. Memang tidak semua sih dan pada jam-jam sibuk, jalur TransJakarta memang masih menjadi alternatif menghindari kemacetan. TransJakarta memang merupakan sistem transportasu Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Asia Selatan yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta. Bukan tanpa sebab TransJakarta didirikan. Lahirnya Tj (kependekan dari TransJakarta), merupakan salah satu upaya pemerintah menanggulangi kemacetan. Harus didukung dong. Bukan malah menyalahkan penerintah karena jalurnya masih suka dipakai bebas oleh pengendara nakal. Pemerinta