Skip to main content

Festival Kampung Langai 7, Festival Art Music Berkibar Lagi

Begitu pandemi Covid-19 usai, geliat gairah yang menggelora terbakar kembali. Seperti anak ayam yang dilepas dari kandangnya, tak terkecuali pemuda-pemuda Situbondo pun ikut bangun dengan riang. Dua tahun menghadapi kekosongan membuat seluruh tubuh ingin bergerak bebas, art music Festival Kampung Langai yang biasanya digelar dalam setiap warsanya dan redup selama dua kali revolusi bumi, terang kembali.


Festival Kampung Langai 7 Uwan Urwan


Festival Kampung Langai 7, Abeli Pole

Festival Kampung Langai 7 Uwan Urwan
Festival Kampung Langai 7 Uwan Urwan


Festival Kampung Langai adalah acara art music yang mewadahi kreativitas pemuda Situbondo dan orang-orang yang punya ketertarikan terhadap musik, kesenian, dan kebudayaan untuk jadi hiburan masyarakat Situbondo, khususnya yang berada di Kampung Langai, Situbondo.


Baca juga: Air Terjun Banyu Urip, Hidden Gem di Situbondo


Acara festival art music ini tercatat ketujuh kalinya digelar di lokasi yang sama (Dusun Langai, Sumberkolak, Situbondo) selama dua malam berturut-turut, 7-8 Oktober 2022 kemarin. Jika dua warsa kekosongan terisi, harusnya festival ini sudah menjadi yang ke-9.


Mengangkat tema “Abeli Pole” dalam bahasa Madura, yang berarti “kembali lagi”. Makna abeli pole bisa memuat banyak elemen. Bisa jadi kembali lagi menggelar masa-masa bersinarnya perayaan pameran pemuda Situbondo dengan bakatnya ini setelah pandemi berahir, bisa juga merayakan kembalinya semangat yang sempat terkekang, atau jadi utuh kembali, seperti sediakala.

Dusun Langai, jadi saksi kemeriahan festival art music

Festival Kampung Langai 7 Uwan Urwan


Memasuki area festival, aku disambut bapak-bapak yang memberikan kartu parkir dan memintaku mengeluarkan uang Rp2.000 sebagai upah parkir. Usai parkir motor, aku memasuki area yang hanya dibatasi tali, sebuah gerbang bertuliskan “Abeli Pole” menyambutku. Diikuti dengan stand-stand makanan dan minuman, juga komunitas. Sementara pusat gemerlap ada di area pentas.


Baca juga: Situbondo surganya burung blekok


Area pentas hanya berupa tanah yang ditutup alas, bukan panggung, sejajar dengan tanah, melambangkan kesetaraan, tak ada yang perlu diagungkan. Latar belakang area pentas dihiasi dengan peletakan bambu yang simetris dan dengan tulisan Kampung 7 Langai, sederhana, tapi mengagumkan. Lampu-lampu sorot yang keluar dengan cahaya aneka warna menambah dramatis setiap penampilan.


Festival Kampung Langai 7 Uwan Urwan


Festival ini berlangsung di sebuah area lapang, di Dusun Langai, Sumberkolak, Situbondo, mulai pukul 19.00 WIB hingga sekitar pukul 23.00 WIB. Malam yang berdebu dengan angin yang kadang mengajak bersenda gurau, penerangan di area festival tak seterang mal pun tak menyurutkan niat untuk melenggangkan kaki. Lampu-lampu kuning di beberapa titik, masih bisa memberikan cahaya cukup untuk memanjakan mata.

Tak kalah meriah dengan Festival Kampung Langai sebelumnya

Festival Kampung Langai 7 Uwan Urwan

Festival Kampung Langai 7 Uwan Urwan


Tenyata terakhir aku menonton festival art music ini yang ke-4. Setelahnya tak bisa ikut serta karena merantau ke Jakarta, mencari pundi-pundi emas, dan kembali pulang ke Situbondo tidak membawa apa-apa. Haha... Namun, aku, Uwan Urwan, membawa banyak kisah yang akan lebih banyak lagi kuceritakan di blog ini. Mungkin kisah sedih, penyemangat, hal tidak penting, atau hanya untuk mencurahkan tangisan dalam bentuk kata-kata.


Kembali lagi ke pentas art & music. Meski aku tak bisa menonton rutin setiap warsanya, masih ada media sosial untuk kuintip, bagaimana kisah-kisah festival ini bergerilya dari tahun ke tahun, mengembuskan napas gempita ke berbagai penjuru.




Festival art music yang dilakukan selama dua malam berturut-turut ini menampung banyak penampil yang ingin menunjukkan bakatnya. Ada yang masih baru mulai belajar berani, ada yang masih kurang di beberapa hal, sampai ke pengisi acara yang sudah profesional. Itu menunjukkan bahwa Festival ini adalah ruang untuk siapa saja yang mau, tak hanya buat yang mereka yang sudah lantang berlari dari satu panggung ke panggung lain.


Festival Kampung Langai 7 Uwan Urwan


Banyaknya penampil dengan ragamnya terbukti mampu menghibur sebagian masyarakat Situbondo dan jadi kegiatan yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Terbukti juga dengan adanya dukungan dari komunitas dan brand-brand. Karena Festival Kampung Langai 7, Abeli Pole, sudah usai, aku tak sabar menonton lagi tahun depan. Kira-kira aku masih hidup tidak ya? Sampai jumpa di Dusun Langai tahun depan.


Comments

Paling banyak dibaca

Membuat Gambar Ilustrasi Digital Pake Hape

Kesulitanku selama membuat ilustrasi manual cuma di ribetnya. Ribet, bikin kotor, terus males beres-beresnya, ditambah kudu nungu kering, abis itu kudu discan, setelah discan aku harus edit dulu pake aplikasi (ngebersihin, motong, ngebenerin warnanya), baru posting di medsos. Keribetan ini yang bikin aku penasaran membuat gambar ilustrasi di hape. Aku cari-carilah aplikasi menggambar di hp, ketemulah beberapa, tapi masih keasyikan bikin ilustrasi pake cat poster.   Membuat ilustrasi manual serius gak enak? Aslinya aku lebih puas ngegambar di kertas. Gak ada tandingannya sih emang bikin gambar ilustrasi manual. Pas ngecampur warna, ada perasaan yang masuk ke dalam warna itu sendiri. Begitu warna disapukan terus dikombinasiin sama warna lain biar bergradasi, jiwaku kayak nyatu gitu. Begitu kering aku senyum-senyum sendiri ngeliat hasilnya dan bakalan dibuka-buka terus karena bangga sama diri sendiri, “Aku keren juga!”   Di sisi lain, hal yang bikin ribet itu bikin aku mikir dua

Iseng Upload Karya Jadi Bisnis dan Kirim ke Berbagai Kota

Sebagai penerima jasa ilustrasi, aku tidak hanya menerima pesanan gambar yang hanya kirim file dalam bentuk JPEG atau PNG saja, tapi kadang ada juga pesanan lukisan di atas kanvas atau kertas. Iseng rutin upload karya di medsos jadi ladang usaha Awalnya hanya iseng-iseng gambar lalu di-upload di media sosial. Aku pun terdorong untuk membuat Fanpage Uwans Art dan membuat akun Instagram khusus postingan gambarku @uwansart. Karena tergabung dalam komunitas kepenulisan, teman meminta izin memakai gambarku untuk dijadikan kover buku kumpulan puisi. Senang? Iya, banget. Dari situ mulai optimis, jadi makin rajin pamer karya di media sosial. Dulu pun menggambar masih di media kertas biasa. Kemudian mulai upgrade peralatan, membeli buku gambar, kanvas, cat poster, cat akrilik, dan aneka macam kuas. Beberapa teman minta dilukis di kaos. Akhirnya aku cukup optimis dan membuka bisnis art, dibuat sesuai pesanan. Ada beberapa produk yang kujual, yaitu kaos lukis, gantungan kunci lukis, sarung bantal

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr