Aku masih ingat malam itu. Malam ketika suara kami akhirnya keluar dari ruang-ruang sunyi dan membaur dengan tawa orang-orang di sebuah kedai kopi. Malam ketika puisi yang lama tertidur akhirnya terbangun dan mulai mencari rumah baru di hati siapa saja yang mau mendengarnya. Sebagai pemuda Situbondo yang tumbuh dalam kebisuan kata-kata, aku tidak pernah menyangka bahwa baca puisi Situbondo bisa sehangat ini. Dan semua berawal dari keresahan kecil yang tumbuh menjadi gerakan penuh cinta dan keberanian. Kami Pemuda Situbondo yang Tidak Mau Puisi Mati Begitu Saja Bulan Juni dan Juli adalah bulan yang sibuk bagi kami para mahasiswa Situbondo yang mencintai puisi. Bersama teman-teman seperti Syarif , Iqbal , dan aku sendiri, kami memutuskan untuk tidak menunggu panggung datang. Kami menciptakan sendiri panggung itu di tengah kafe Situbondo, dengan nama kegiatan yang sederhana tetapi bermakna malam baca puisi Situbondo. Event pertama kami adakan di Stasiun Kopi Kang Dodik yang terletak di S...