Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Situbondo

Ini Dia Berkah Hebat Kelas Inspirasi Situbondo 3

Saya jadi tahu mengapa banyak pemimpin lebih cerdas dibandingkan anggotanya. Jawabannya satu, mereka tak segan berbagi. Saat duduk di kursi penonton di televisi, anggota dalam organisasi, peserta dalam seminar, dan murid di kelas, saya seringkali kagum dengan mereka yang sedang berdiri dan berbicara di depan. Wawasan mereka jauh lebih luas dan lebih dalam ketimbang saya. Sering saya tak berani tampil lantaran malu atau grogi. Okelah , itu bisa dibilang tidak siap, tapi bukan berarti tak ingin berbagi. Percaya tidak, dengan berani maju dan tampil di depan umum, kepercayaan diri akan terbangun dengan sendirinya. Asal niatnya bukan untuk sombongkan diri. Dengan menjadi pembicara, artinya kita sudah persiapkan jauh-jauh hari materinya, kemudian beberapa pengalaman yang sudah dilakukan djuga dibagikan, kemudian didiskusikan dalam sebuah forum. Ada interaksi dan bertambahlah ilmunya. Begitu ada pendaftaran untuk menjadi bagian Kelas Inspirasi Situbondo ke-3, pun saya masih ragu.

Festival Pariopo 2 Lekatkan Tradisi

Budaya lokal perlu dijaga sepenuh hati oleh generasi terkini agar tak tergerus zaman baru. Festival Pariopo 2 perjuangkan tradisinya untuk lebih dikenal kepada khalayak. Perjalanan menuju Duhuk Pariopo, Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur, dari pusat kota Situbondo masih sama. Saya dan teman-teman menempuh perjalanan sekitar satu jam dan melewati bukit-bukit tandus. Bedanya perjalanan lebih mudah karena kemarin (27/11/2016) termasuk yang kedua kalinya. Hujan yang turun sebelumnya pun memberi kejutan. Bukit-bukit tandus, menghijau, menambah elok tebing-tebing terjal itu. Tampaknya juga, pemerintah mulai memperhatikan kelayakan jalan-jalan menuju lokasi, sebab ada aspal yang masih hitam pekat, tanda masih baru. Setiba di lokasi, Bato Tomang, yang merupakan titik acara. Bato Tomang adalah tiga batu besar (sekitar setinggi tiga meter) yang mirip tungku. Konon, batu itu digunakan sebagai perapian untuk pengelana yang sedang singgah. Ra

Mau Tahu Boros Yang Gak Bikin Miskin?

Cobalah nikmati hidup dengan belanjakan uang yang kita punya. Hidup cuma sekali lo ... Banyak sekali yang ingin mengajak kita berhemat. "Jangan boros!" begitu kata mereka. Kita jadi tidak bisa membeli apa saja yang disukai. Entah itu bantal lucu, mug unik, pigura kayu, bantal sofa, atau handphone baru. Kenapa sih? Memangnya tidak boleh beli ini itu. Apalagi yang punya uang kan kita ya? Kita pun yang menikmati. Kalau sedang berbaik hati, kita tentu berbagi barang dan makanan yang dibeli untuk dinikmati bersama. Bahkan tak jarang ada orang yang memang senang traktir teman-temannya. Ada yang salah? Hmm... tidak salah juga ya kalau memang maunya begitu. Lagipula menabung itu kadang menyiksa diri karena harus menahan diri untuk membeli barang yang disukai. Saya sih setuju kalau menabung itu membosankan, tapi setuju juga dengan tidak berlebihan dalam membelanjakan uang. Boroslah yang elegan dan boroslah pada tempatnya. Kira-kira apa saja boros yang tidak membua

Nih 10 Cara Jadi Blogger Keren

Pernah tidak kamu iri melihat blogger-blogger senior hadir di berbagai acara, bertemu artis, menjadi pemateri pada berbagai seminar, bertemu klien di perusahaan ternama, dan punya banyak followers di media sosialnya? Lalu kamu sedih karena tergolong masih baru atau bahkan baru mau jadi blogger? Toss, kita sama. Saya pun sering sedih kalau lihat pribadi saya belum bisa sehebat mereka. "Ya kan kamu tidak tahu apa yang sudah mereka perjuangkan dan korbankan," kata seorang teman saat saya mengutarakan isi hati. Lalu saya mengiyakan. Benar juga. Bisa jadi mereka yang sibuk ke sana ke mari dan mendapatkan banyak job dari hasil pertemuannya dengan orang-orang. Kita tidak tahu kan? Beberapa dari mereka mengabaikan waktu bersantai di rumah, menonton televisi, bermain bersama hewan peliharaan, atau mengajak anak dan keluarga berlibur. "Usaha tidak menghianati hasil kok , cuma memang selalu ada yang dikorbankan," lanjutnya. Buat kamu (dan saya) yang mas

Pilih mana, Elu-gue atau Aku-kamu ?

Jakarta itu kota plural. Semua orang dari berbagai suku, daerah, bahkan negara tinggal di sana. Jakarta ya ibukota negara saya, Indonesia. Isi di dalamnya penuh sesak dengan manusia, kendaraan, rumah, gedung perkantoran, pedagang kaki lima, dan macam-macam. Macet selalu menjadi keluhan utama jika tinggal di sana. Waktu pun seolah hanya mainan. Tak ada yang bisa mengendalikan apa yang terjadi di sana. Untunglah pada saat menulis ini, saya tidak sedang di Jakarta dalam jangka waktu cukup lama. Saya sedang menikmati indahnya kampung halaman, menjadi anak hits di kampung (setelah sekian lama berkiprah jadi artis ibukota. Hahaha...) Entah apa magnet utama yang membuat Jakarta selalu dirindukan. Yang jelas siapapun yang pernah ke sana kebanyakan ingin kembali lagi. Tidak peduli Jakarta akan semakin sesak dan macet dengan pertambahan penduduk yang tak terkendali. Segala macam bisnis bersaing, baik sehat atau tidak. Eh, tapi saya tidak akan membahas Jakarta lo ya.  Budaya ber-

Jangan Sepelekan Watermark

Beberapa kali saya membaca postingan seseorang yang marah di akun Instagram akibat fotonya diambil dan dipakai untuk kepentingan akun lain. Tak jarang juga akun-akun yang mengambil foto tersebut mengganti nama dengan nama akun mereka. Bisa dibayangkan jika ini terjadi padamu? Well , masalah watermark memang masih ada orang yang enggan menggunakannya dan ada yang mengharuskan. Saya termasuk orang yang harus mencantumkan watermark dalam setiap foto atau karya, dulunya. Sekarang lebih pilih tidak pakai watermark untuk diupload di media sosial. Namun tahu gak sih betapa pentingnya kalau kamu mencantumkan watermark dalam setiap karya-karyamu? 1. Self branding Ini sudah jelas. Setiap foto atau karya kita menjadi alat agar orang mengenal kita. Tidak peduli hasilnya bagus atau tidak yang penting orang tahu itu karya kita. Misalnya saat review produk, jika hasilnya bagus tentu klien akan senang. Tidak bisa dipungkiri blog kita akan direkomendasikan ke perusahaan lain. Apal

Pekan Literasik Situbondo Kobarkan Semangat Membaca

Pemuda Situbondo begitu gigih perjuangkan nasib mereka dan kota tempat tinggalnya. Terbukti dengan gagasan singkat Gerakan Situbondo Membaca (GSM) dan Komunitas Penulis Muda Situbondo (KPMS) terciptalah Pekan Literasik Situbondo (saya singkat PLS saja ya biar gampang). Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, 15-17 Maret 2017.  Dengan berbagai macam rangkaian, meliputi bedah buku Musem Ibu karya Gusti Trisno yang dibedah Ahmad Yusuf, dosen Unars Situbondo; diskusi buku Dangdut Madura karya Panakajaya Hidayatullah, dibahas Wahyu Aves, seniman musik Situbondo; Diskusi dunia buku bersama Ahmad Nur dan Irwan Kurniadi; diskusi membuat novel bersama Ahmad Sufiatur Rahman, penulis novel nasional; diskusi sastra daerah tapal kuda bersama Hat Pujiati, penulis buku Spritualitas dan Muhammad Mukhlis; serta bedah buku puisi dan pentas seni dengan pembacaan puisi dari KPMS dengan diiringi seniman Ali Gardy di aula Dinas Perpustakaan dan Kerasipan Situbondo.   Acara berlangsung meriah de