Skip to main content

Posts

Showing posts with the label hobi

CORAT-CORAT CORET-CORET

Lagi-lagi saya harus berterimakasih pada waktu luang, kegalauan, dan otak yang diberikan Tuhan untuk saya. Mungkin ini hanya coretan tidak penting, tapi tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Beberapa orang menyampaikan ungkapan perasaannya pada orang lain melalui lisan. Sebab mulut saya sulit mengeluarkan manfaat, hanya tangan yang bisa mewujudkannya. Memang bukan faedah besar. Namun saya percaya, semua hal besar dimulai dari hal kecil. Hal kecil diawali dengan sesuatu yang remeh. Sesuatu yang remeh pun sering muncul karena perbuatan tak penting. Yah, beginilah hidup saya. Selalu tidak penting untuk menjadi lebih berguna. Amin. Coretan-coretan kurang berguna itu sudah saya abadikan dalam bentuk foto. Jika memang ada saran atau kritik, sampaikanlah. Hehehe... Toh saya bukan dewa yang haus pujian. Hm... daripada saya   banyak berbicara hal kurang penting, lebih baik simak koleksi coretan saya. ( Uwan Urwan )

CORAT-CORET

Akun blog ini seperti rumah saya yang kesekian kalinya. Harap mahfum, saya punya beberapa akun media sosial, sehingga tidak semua bisa ter update rutin. Paragraf di atas tergolong pengantar kurang baik. Tidak semestinya saya membiarkan tulisan itu tersemat, tetapi entahlah saya tidak bisa membuang kalimat-kalimat itu. Biarkan saja menjadi legenda kecil. Kebetulan saya selalu punya kertas corat-coret. Terlebih lagi saya tidak bisa pergi tanpa meninggalkan tas. Tas menjadi bagian penting karena dapat menampung tiga benda penting seperti, buku catatan, kotak pensil, dan “buku kamuflase”. Buku kamuflase? Hehe... Itu hanya sebutan untuk buku yang selalu direncakan untuk dibaca saat perjalanan tapi selalu berakhir dengan tidak tersentuh sedikit pun. Keasyikan pada dunia luar ternyata membuat saya enggan membuka buku bacaan yang saya bawa. Namun, benda yang kerap lusuh dan sangat dibutuhkan ketika berjalan seorang diri ke suatu tempat hanyalah buku catatan kosong d

Galau Itu Proses Kreatif

Ikan cupang dengan sirip berkibar Patah hati itu seperti makan kulit durian. Walaupun sakit, harus tertelan jika tidak muntahkan. Tetap saja dua jalan itu memilukan. Berhari-hari akan kesulitan menelan makanan bahkan penyakit lain akan bermunculan. Status-status galau pun berkicau bak murai batu di pentas lomba kicauan.   Tulisan pada gambar itu menambah kesan galau Saya pernah mengalaminya. Sekali dua kali tiga kali empat kali.... berapa kali ya? Hehe... Perasaan kalut berminggu-minggu seperti hiburan saja. Tapi jangan khawatir saya tidak akan melakukan hal aneh. Bodoh kalau saya menyakiti diri. Saya malahan menyukai kegalauan hati. Dengan galau, saya bisa menghasilkan sesuatu. Setiap orang juga begitu. Pengusaha tidak akan sukses jika ia tidak galau, guru tidak akan menguasai materi saat menerangkan di kelas bila ia tidak galau, dan apalagi contohnya? Banyak. Wajah yang marah tergambar jelas pada mata yang garis mata tajam dan mulut terbuka Galau saya un

Pengalaman Kecil Ajaib

 Setiap pekerjaan itu pasti mengandung hikmah. Kalau tidak bermanfaat, untuk apa manusia hidup? Bahkan pekerjaan yang sia-sia itu adalah pelajaran. Jika tidak, bagaimana bisa manusia menggolongkan pekerjaan membuang-buang waktu itu sia-sia? Orang-orang akan sadar bahwa beberapa menit lalu ia menghabiskan waktu tanpa menghasilkan apapun. Dengan begitu, esok hari mungkin ia bertekad melakukan hal besar. Atau sebaliknya, orang itu akan mengulang hal yang sama. Mungkin rasa bosan dan galau juga hikmah. Di sela-sela rutinitas yang membosankan, saya selalu menyediakan pensil, bolpoin, dan kertas kemana pun saya pergi. Seperti tulisan saya sebelumnya " Hobi Merangkai Abstrak ” itu termasuk peralatan wajib saya. Kalau dulu ada kertas khusus untuk merangkai sajak, sekarang kertas-kertas itu hanya untuk saya buat coretan tak berarti (doodle). Sebut saja coretan itu vinyet, ilustrasi, gambar abstrak atau apalah saya juga tidak begitu peduli. Toh, hasilnya juga sering tidak say

Hobi Merangkai Abstrak

Rasi bintang scorpio ( www.astronomy.ie ) Mandi di malam hari ternyata berefek segar jika usai beraktivitas apalagi berkeringat. Kepala saya terasa dingin. Jika sudah begitu, otak akan memerintah anggota gerak untuk melakukan sesuatu. Minimal menulis atau menggambar sesuatu. Itu adalah aktivitas saya sehari-hari. Mungkin sudah sejak menduduki bangku Sekolah Dasar. Flashback ke masa kecil membuat saya mengingat hal-hal konyol sebagai impian. Dulu saya bercita-cita menjadi astronot. Hampir setiap malam saya memperhatikan langit. Bintang-bintang berkelip seperti lautan cahaya. Di beberapa titik membentuk kumpulan yang disebut rasi. Rasi yang paling saya ingat itu rasi scorpio. Bentuknya mirip kalajengking jika ditarik garis dari satu titik ke titik lain. Ternyata cita-cita itu dusta. Semakin bertambah usia, saya tidak tertarik lagi dengan dunia perbintangan. Justru saya lebih banyak mencorat-coret kertas dengan spidol warna atau pensil warna. Beberapa kali saya m

BUYAR

Pisau dapur itu tiba-tiba menancap di atas kepala. Cep! Darah membludak memancar kemana-mana. Lalu byuurrr... kepala pecah berhamburan seperti pasir terhembus angin. Berceceran seperti lumpur panas. Badan tergeletak usai ledakan kejut itu. Tapi dua bola masih utuh walaupun telah terlempar ke dua tempat berjauhan. Salah satunya berkedip dan mengungkap resah akan tubuh yang kejang-kejang. Mata yang lain tak bergerak, mati. Langit mendung menghembuskan awan. Awan putih menjadi kelabu berubah pekat. Pyar Pyar. Petir, sahabatku, bersorak-sorai riang gembira. Entah apa yang dia pikirkan. Hujan turun menyapu daging-daging yang berserakan. Tubuhku ikut terseret berkilo-kilometer jauhnya. Hingga sampai di satu titik. Lautan. Di situlah aku terbuang. Vinyet : Uwan Urwan Puisi : Uwan Urwan