Skip to main content

Posts

Rapa'i Festival 2016 akan Mengguncang Dunia

Pernah mendengar nama Aceh? Ah, mana mungkin? Aceh tergolong provinsi ngehits yang budayanya sudah go internasional. Tidak percaya? Kamu bisa browsing sendiri. Memanh benar lo, kebudayaan Aceh sangat khas. Saya saja masih suka gemetar kalau melihat penampilan tari-tarian yang disuguhkan. Mirip seperti kebudayaan Bali yang juga sudah go internasional. Dan sebenarnya kebudayaan di beberapa daerah di Indonesia juga go internasional. Saya punya teman dari Aceh. Waktu kuliah, saya menyaksikan kelihaiannya mengajarkan tari saman kepada teman-teman sekelas dan ditampikan untuk acara baik di jurusan mau pun fakultas. Jika ingat, saya masih begidik. Dia benar-benar paham budaya di daerahnya. Aceh sebelumnya disebut Daerah Istimewa Aceh lalu berganti menjadi Nanggroe Aceh Darussalam tergolong provinsi paling barat. Apa sih yang menyebabkan Aceh itu kaya? Budayanya, menurut saya. Suku saja berjumlah sekitar sebelas (atau 13 ya?), mulai dari Suku Aceh, Tamiang, Alas, Haloban, Singkil, Aneuk

Pejuang Itu Tak Selalu Mengangkat Senjata

Dulu sempat bercita-cita bekerja di daerah terpencil di Kalimantan. Setiap hari mengilhami kekayaan alam, menghirup udara segar, berteman dengan alam sekitar. Ah, rasanya masih sama. Saya masih ingin tinggal di pedalaman yang bebas dari hiruk pikuk ribetnya hidup di kota besar. Saya tahu konsekuensinya, akses untuk berasyik-asyik nongkrong si mall dan ya tahu sendiri kehidupan glamor di Jakarta. Hahaha. Gak ada yang bakalan betah jika tiba-tiba harus pindah ke tempat yang sepi. Beberapa waktu lalu di Kementerian Kesehatan RI, ada hal yang mengejutkan. Orang-orang yang menjadi bagian dari program pemerintah, Nusantara Sehat, yang mau berjuang di daerah terpencil didatangkan. Tentu perjalanannya tidak mudah. Yang mereka korbankan bukan hanya kebersamaan bersama orang-orang terdekat, tapi keasyikan bermewah-mewahan di Mall. Nusantara Sehat menjadi program pemerintah di mana generasi muda diajak untuk bergabung untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil. Mengenai loka

Kenapa harus Jadi Blogger?

 Malam sudah berakhir. Saat saya menulis ini, waktu menunjukkan pukul 00:52 WIB. Bukan berarti saya tidak bisa tidur, tapi kepala saya tidak mau berhenti memerintahkan seluruh indera dan anggota gerak. Bahkan mata dilarang untuk terpejam. Beberapa menit lalu, saya sudah siap tarik selimut, tapi perut mendadak butuh asupan. Tubuh dibuat gemetar karenanya. Paragraf pembukanya abaikan saja. Poin saya menulis bukan itu. Tapi saya punya sedikit cerita tentang blogger. Teman-teman sering menanyakan beberapa hal mengenai pekerjaan saya. Saya selalu jawab, " freelance ". Jawaban itu tidak pernah membuat puas lawab bicara saya. Ujung-ujungnya saya sebutlah blogger. Lalu mulailah perbincangan yang cukup " awkward " jika sudah membahas masalah freelance dan blogger. Beberapa teman juga sengaja mengirimkan pesan pribadi dan ingin menjadi blogger. Menurutnya,  menjadi blogger bisa ke mana saja. Memang betul. Begitu saya sarankan untuk "menulislah di blog", r

Kamera Ponsel, Bagian Hidup

Aku dan Kamera Ponsel Selfie itu penting (captured by Malika) Saya tergolong manusia dengan hobi bercabang. Bagai ranting yang selalu punya celah untuk mendapatkan oksigen lebih banyak dengan variasi penuh ragam. Akibatnya sih kurang fokus. Tapi saya menikmati setiap momen yang dilakukan. Saat berada pada situasi tertentu saya lebih pilih buku catatan dan bolpoin untuk menulis puisi, pada saat yang lain saya bergelut dengan coretan abstrak dan warna-warni segala rupa, sisanya saya banyak menikmati memotret. Biasanya sih setiap karya yang saya hasilkan, misalnya lukisan, doodle, puisi, atau buku selalu didokumentasikan dengan kamera. Juga selfie dengan meminta bantuan orang memotret. Bawang tumbuh pun jadi sasaran memotret Dokumentasi sangat penting buat saya. Ada momen-momen yang tidak bisa terulang. Misalnya saat menghadiri acara blogger, mendokumentasikan pemateri dan acara itu wajib. Bonusnya adalah berfoto bersama teman-teman blogger dan pemateri. Itu ya

Geliat Setan yang Dibelenggu

Pocong alay lompat-lompat (Kredit: Pribadi) Saya jadi ingat waktu masih kecil, sering sekali paranoid dengan bayangan kelam, bisikan angin, atau suara mengejutkan tiba-tiba. Bukan tanpa sebab, orang-orang tua seringkali melarang anak kecil agar tak nakal dengan cara yang cukup aneh, menakuti. Sementara anak kecil gampang sekali menyerap hal-hal yang belum pernah ia dengar atau alami, tentang hantu misalnya. Bagaimana mungkin orang-orang dewasa kini jadi penakut hanya gara-gara hantu jika bukan karena orang tua terdahulu yang mendoktrinnya dengan baik.  Takut itu alami. Setiap makhluk hidup memilikinya. Kalau tumbuhan, entahlah, saya belum pernah jadi tumbuhan, baik tumbuhan berbiji tertutup maupun yang bijinya telanjang. Bicara soal hantu, seru sih. Pernah ingat pada tahun-tahun sebelumnya, entah tahun berapa, film horor jadi bom yang meledak di mana-mana. Saya sih tidak terpengaruh, kala itu menonton film horor harus bersama orang lain atau pada siang hari. Seperti

AMI Awards, Pencatat Sejarah Prestasi

Pengurus AMI Awards 2016-2020 (Kredit: Uwan Urwan) Siapa yang tidak ingin karyanya diapresiasi? Saya yakin setiap orang ingin. Sederhananya sih tidak selalu ingin dipuji “keren” atau “bagus”, tapi lebih dari itu. Dihargai karena bisa menghasilkan karya itu penting. Itu memberi semangat untuk terus belajar dan memperbaiki karya-karya sebelumnya. Dalam dunia musik, penghargaan biasanya diapresiasi dengan didengar dan dielu-elukan di mana pun, kapan pun. Dalam skala lebih besar, penghargaan semacam itu diwadahi oleh lembaga tertentu, sebut saja salah satunya Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards. Telah 19 tahun AMI Awards menghiasi dunia dendang di Indonesia. Mengapa harus diberi penghargaan? “AMI Awards itu mencatat sejarah prestasi musisi dan penyanyi Indonesia,” kata Seno M. Hardjo, board of director AMI Awards 2016. AMI Awards akan berlangsung pada Rabu, 29 September 2016 live di RCTI. Tidak hanya dengan RCTI, AMI Awards pernah bekerja sama juga dengan stasiun Televisi