Skip to main content

Posts

Showing posts with the label curhat

Jangan Ikut List Blogwalking Kalau Sekadar Tugas

Fenomena blogwalking sudah terjadi sejak dahulu kala, mulanya menyenangkan. Tidak ada kewajiban untuk mengunjungi balik, berkomentar pun sekehendak hati, juga menambah wawasan karena ada ada tambahan sudut pandang orang lain. Antarbloger sudah sewajarnya saling dukung. Bahagia ngeliat temen bahagia. Fenomena blogwalking masa kini Aku gak mau bilang blogwalking tidak bermanfaat ya. Manfaatnya besar sekali dan aku sendiri bisa tahu apa saja hanya dengan mengetikkan kata kunci yang diinginkan. Masih banyak kok yang benar-benar saling baca tulisan teman-teman blogger. Memang gak semuanya membaca tuntas dan berkomentar. Paling bahagia kalau ada yang komentarnya mengoreksi dan mengapresiasi. Dua-duanya penting, pujian sebagai bentuk apresiasi dan kritik sebagai bahan refleksi.  Nah, dari kesekian kebahagiaan saling menjelajahi tulisan teman-teman bloger, gak sedikit juga sekarang yang cuma blogwalking agar diblogwalking balik oleh sesamanya. Pada akhirnya oknum-ok

Dari Hobi Gambar Abstrak Sampai ke Melukis Tas Goodiebag

Membahas soal hobi, ada satu hobi yang memang ingin kuseriusin, yaitu seni (art). Aku punya Uwan’s Art, akun khusus karya gambarku. Sempat juga serius berbisnis di situ dengan melukis segala macam bahan, mulai dari kaos, gantungan kunci dari kayu, tas, gelas, mug, dan lain-lain. Akhirnya gulung tikar karena manajemenku buruk sekali. Meski begitu, aku tetap menerima pesanan gambar sih. Kalau ditanya, “Sudah gak gambar lagi?” Masih kok. Ya, masak setiap gambar abstrak, ilustrasi abstrak, lukisan surealis, dan gambar surealis, harus diposting? Belum tentu kan? Beberapa kali dapat goodiebag berupa tas dari event yang kduatangi. Biasanya kalau sudah begitu, aku mulai berpikir untuk memodifikasinya. Aku gak mungkin merombak tatanan tas yang sudah bagus, ya jalan satu-satunya digambar, ya gambar abstrak, ilustrasi surealis, atau dengan gambar surealis. Mengambar, mewarnai, melukis, sudah jadi pekerjaan rutinku sejak kecil. Aku masih ingat betul waktu SD diminta tetangga untu

6 Alasanku Merantau Itu Wajib

Jejak kakiku melangkah jauh dari tanah kelahiran sudah tercatat sejak tahun 2007, di mana harus kuliah sekitar 5—6 jam dari Situbondo. Tuhan tuh, kalau sudah kasih izin, celetukan harapan meski hanya beberapa detik dan gak begitu serius diucapkan, bisa jadi nyata. Sadar sih pernah nyeletuk ingin kuliah ke Malang dan itu terkabul loh. Gak kerasa udah 13 tahun merantau... Kukira dengan jauh dari kampung halaman yang kubenci (dulu) bisa mengobati goncangan jiwaku. Ternyata ceritanya gak semulus itu. Selain lebih bebas mengekspresikan diri dan menentukan nasib sendiri, aku mengalami banyak kesulitan sampai kadang pengen nyerah. “Nyerah saja apa ya?” tapi ingat lagi kalau aku punya mimpi besar. Hidup itu berat, gak ada yang gampang. Kalau mudah, mungkin sekarang aku sudah jadi presiden. Sekarang aku merantau ke Jakarta, merantau, iya anak rantau banget . Agak beda sih kalau dibandingin dengan traveling . Pengennya bahas manfaat traveling , tapi sayang banget jarang traveling,

Rumput Tetangga Harus Terlihat Lebih Hijau

Istilah rumput hijau memang lebih tetangga daripada rumput sendiri, memang benar. Eh, kamu gak merasa janggal? Hahahaha... Yang benar, rumput tetangga memang terlihat lebih hijau daripada rumput sendiri. Istilah ini sudah turun-temurun dipakai sampai orang-orang kadang abai. Biasanya dimaknai dengan, ya kita harus selalu bersyukur sama apa yang kita punya. Ya, sesederhana itu. Gak melulu harus bersyukur, tapi kudu bersaing Aku setuju dengan pendapat di atas, kita harus selalu bersykur atas kehidupan yan sudah kita jalani, atas apa yang kita punya, dan apa yang sudah kita usahakan. Ya memang. Namun, untuk hal lain aku gak begitu sepakat. Kita malah justru harus ngelihat orang lain agar kita selalu terpacu untuk jadi lebih baik dan lebih baik. terus saja begitu. Istilah kasarnya sih iri. Loh, iri itu boleh. Kenapa harus dilarang? Iri adalah sifat yang Tuhan kasih untuk manusia kok. Yang salah adalah mengekspresikan iri tersebut ke hal-hal negatif, misalnya jadi bergunjing

Hidup Minimalis, Harus Banget?

Konsep hidup minimalis sebenarnya sudah ada dari zaman dahulu kala. Hanya saja manusia memang diciptakan untuk punya sifat ingin ini, ingin itu, banyak sekali. Semua semua semua bisa dikabulkan dengan duit. Wkwk. Tapi memang ya bener loh. Keinginnan manusia gak habis-habis. Apa beneran harus punya baju cuma lima potong? Aku orang yang minimalis untuk hal-hal tertentu. Misalnya sih untuk urusan makan. Jika sudah kenyang, ya udah, keinginan buat jajan ini itu gak ada lagi. Mau ditawari makanan dengan promo gila-gilaan kalau sudah gak inat, ya sudah. Berbeda sekali dengan teman saya. Mau nonton film yang hanya dua jam saja, dia harus membawa cemilan ke dalam bioskop, minimal minuman. Kebahagiaan setiap orang berbeda Kadang gak habis pikir, ini cuma nonton lo bukan pergi ke luar kota, tapi karena aku gak punya hak atas kehidupan seseorang, ya tidak dilarang. Bebas. Suka-suka dia. Kadang hanya nyeletuk, “Baru juga habis makan!” terus ya diam karena memang gak punya hak pen

Daur ulang sepatu bekas menjadi Sepatu Lukis keren

Punya sepatu bekas? Punya sepatu lama tapi bisa dengan tampilannya? Pengen punya sepatu baru tapi tidak punya uang untuk membelinya? Tenang! Dengan keahlian daur ulang barang bekas, kamu bisa punya sepatu lukis keren tanpa harus membeli baru. Tahu sendiri kan kalau sepatu yang bagus harganya cukup menguras kantong? Asalkan kamu punya cat akrilik atau cat untuk tekstil mah bisa saja membuat sepatu lamamu jadi sepatu lukis keren. Asal kamu tahu, begitu selesai melukis sepatu beberapa waktu lalu, saya tersenyum-senyum sendiri, bangga, dan bahagia. Yeay akhirnya punya sepatu baru tanpa harus beli. Daur ulang sendiri sepatu lukis idaman Sudah lama saya ingin beli sepatu polos tapi tidak tahu di mana? Saya pernah ikut lomba saat ulang tahun yayasan (kira-kira tahun 2015). Waktu itu saya bekerja di perusahaan penerbitan buku dan ditunjuk untuk mewakili lomba melukis sepatu mewakili perusahaan saya. Meski itu untuk pertama kalinya, saya iyain saja. Entah hasilnya bagaimana.