Aku seringkali kebingungan kalau ada ajakan nongkrong. Bukan karena tidak tahu tempat makan Situbondo yang enak, tapi lebih ke takut salah pilih. Kadang aku ajak ke kafe A, ternyata temanku sudah bosan. Aku pilih kafe B, ternyata tidak sesuai ekspektasi. Kali ini, saat seorang teman mengajak bertemu, aku akhirnya menyebut dua opsi saja, Békna atau Fortuna Kafe. Dia memilih Békna, Bakery and Cafe. Aku mengangguk setuju, dalam hati malah agak senang, karena jujur saja aku belum pernah ke sana. Menikmati Suasana di Békna, Bakery and Cafe Sebenarnya aku tidak benar-benar asing dengan Békna, Bakery and Cafe. Sebelum datang langsung ke tempatnya, aku pernah mencicipi roti yang dibeli teman. Teksturnya lembut, wanginya harum, dan rasanya mengingatkan pada roti brand besar di mall-mall. Aku sempat kaget juga, ternyata bisa beli roti di Situbondo dengan kualitas seperti itu. Jadi, begitu temanku memilih tempat ini, aku merasa yakin, setidaknya makanannya tidak akan mengecewakan. Begitu masuk ke...
Aku selalu percaya bahwa batik bukan hanya kain. Ia adalah bahasa yang ditulis dengan lilin, dibaca dengan hati, lalu diwariskan lewat generasi. Maka ketika aku berkunjung ke Pameran Batik Situbondo di Paseban, Alun-alun Situbondo, aku merasa seperti pulang. Di balik tiap goresan malam dan warna yang melekat pada kain, tersimpan cerita tentang alam, budaya, dan manusia Situbondo. Batik Situbondo bukan sekadar motif yang indah dipandang, tetapi cermin dari sebuah identitas. Aku kagum bagaimana kain yang mungkin tampak sederhana bisa menjelma jadi simbol kebanggaan, sekaligus pengingat bahwa budaya Situbondo masih berdenyut dengan kuat di tengah arus zaman. Batik Daun Kelor, Filosofi Hidup dari Alam Situbondo Di antara banyak karya yang dipamerkan, ada satu yang paling membuatku terpukau, yautu batik daun kelor. Motif kecil berbentuk oval yang tersusun majemuk ini seolah menyalin kehidupan orang Situbondo, sederhana tetapi kuat. Bukankah kelor dikenal sebagai tanaman seribu manfaat? Maka...