Skip to main content

Posts

Showing posts with the label info

Air Terjun Banyu Urip, Tempat Wisata Situbondo yang Tersembunyi

Sore itu Situbondo masih memasuki musim hujan yang sendu. Aku yang selalu merasa kesepian sejak memutuskan pulang ke kampung akhir Agustus 2021 lalu, makin merasa sunyi. Hal yang utama karena aku belum siap untuk pulang dan menetap kembali di sini. Kepulanganku ibaratnya sebuah keharusan meski hati punya banyak mimpi yang masih ingin dikerjakan, tapi terhalang pandemi.   Daripada galau, akhirnya kuputuskan untuk eksplorasi daerah terdekat dari rumah untuk menghilangkan bosan. Berbekal Google Maps cari "Tempat Wisata Situbondo", muncullah nama Air Terjun Banyu Urip. Cari yang terdekat sebab sudah sekitar pukul tiga sore.   Salah satu tempat wisata Situbondo yang wajib didatangi sih Air terjun itu terletak di Alassumur, Balung, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo. Perjalanan menggunakan motor kira-kira hanya 25 menit, sejauh 14 km. Sepanjang perjalanan, au berpapasan dengan banyak orang yang tidak kukenal. Aku bernyanyi saat melewati jalan sepi. Angin-angin menghiburk

Penderita Kusta dan Disabilitas Identik Sama Orang Miskin?

Penemuan kasus aktif kusta di Indonesia masih berada di peringkat ketiga dunia. Belum ada perubahan signifikan meski sudah dilakukan penanganan, pencegahan, pengendalian, dan edukasi melalui berbagai media tentang kusta. Artinya, belum banyak yang benar-benar peduli dengan penyakit menular yang bisa menyebabkan cacat fisik.   kredit: eastbalipovertyproject.org Banyak stigma yang ditujukan kepada penderita kusta, penyandang disabilitas, orang yang pernah menderita kusta (OYPMK), apalagi yang disabilitas karena kusta. Penyakit tersebut membatasi untuk berkontribusi aktif secara sosial dan ekonomi di lingkungannya. Tersebat stigma tersebut, penderita kusta dan disabilitas kesulitan mendapatkan akses pendidikan, sosial, untuk bekerja, apalagi untuk mendapatkan modal usaha untuk berkarya. Hal ini yang membuat penderita kusta dan disabilitas juga menderita kemiskinan. Stigma masyarakat membatasi ruang gerak penderita kusta dan penyandang disabilitas Penyakit kusta itu jadi membatasi mereka u

Pengalaman Pakai Pasir Pantai sebagai Pengganti Pasir Kucing

Sudah punya kucing sejak kecil. Biasa atas keberadaan kucing membuatku tak pernah berhenti untuk punya kucing. Kucing liar yang sering mampir ke rumah biasanya aku juga beri makan dan yang mau mendekat aku pelihara. Punya kucing sebelumnya dibiarkan pup di luar. Repot kalau anak-anak kucing sudah mulai makan selain air susu induknya, pasti akan kencing dan pup di kasur karena induknya pasti lebih nyaman meletakkan anak-anaknya di kasurku. Dulu harus melatih mereka terlebih dahulu selama beberapa waktu sebelum bisa pup di luar   Setiap hari harus mencuci sprei dan menjemur kasur. Begitu tahu bahwa kasur bukanlah tempat pup dan pipis, mereka akan buang hajat di luar. Tentu saja akan mencari pasir atau tanah yang cukup gembur sebagai tempat merahasiakan hasil buangan. Kadang tanah tetangga jadi sasaran dan harus menerima omelan mereka.   Sejak awal tahun 2022, kembali dari ibukota, kucing melahirkan, dan sudah mulai makan selain air susu induknya, aku siapkan pasir buat mereka. Namu

Yang Harus Dilakukan Saat Keluarga Sakit Kusta

  Zaman sekarang sudah cukup jarang orang menderita kusta, apalagi bila kita sangat menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan, tapi bukan berarti kita semua akan bebas dari penyakit, termasuk kusta. Di Indonesia, menurut data WHO Tahun 2020, jumlah ksus kusta ada di peringkat ketiga terbesar di dunia, sebanyak 8%.   Kusta atau lepra merupakan penyakit yan disebabkan oleh infeksi bakteri Micobacterium leprae , di mana memang bisa menular lewat percikan cairan dari saluran pernapasan (ludah, dahak) yang keluar saat batuk dan bersin. Kita baru akan tertular bila terpapar terus selama 24 jam dalam jangka waktu lama. Untuk itulah, keluarga yang satu rumah sangat rentan terkena penyakit kusta.   Aku, Uwan Urwan, kebetulan melihat live streaming di Youtube Ruang Publik KBR, bertema “Makna Kemerdekaan Bagi OYPMK Seperti Apa?”. Sebagai tambahan informasi, OYPMK adalah kepanjangan dari orang yang pernah menderita kusta, para penyintasnya. Narasumbernya adalah Dr. Mimi Mariani Lusli, Dir

Masyarakat Adat Terikat dengan Alam

Kasus di Sinjai, Sulawesi Selatan termasuk salah satu hal yang tak banyak orang tahu. Kawasan hutan lindung Bonto Katute tahun 2010 berubah status jadi lahan konsessi tambang emas PT Galena Sumber Energi. Masyarakat adat baru tahu tahun 2011 dan melancarkan protes besar. Protes itu membuahkan hasil, tahun 2013 izin tambang tersebut dicabut oleh pemerintah setempat. Meski begitu, butuh dua tahun agar kawasan hutan itu tetap menjadi bagian dari masyarakat adat.   Kredit: Mongabay.co.id Masyarakat Adat terpinggirkan oleh proyek negara Protes yang dilakukan masyarakat adat terhadap penggusuran lahan tak semua berhasil. Lahan-lahan pertanian di Desa Sukamulya digusur oleh proyek Bandara Internasional Kertajati, Jawa Barat, misalnya. Tahun 2016, ratusan warga di Desa Majalengka yang memblok pengukur lahan, mau tak mau berhadapan dengan 2.000an aparat (tentara, polisi, dan satpol PP) dan terpaksa berhamburan saat mereka menembak gas air mata, menggeledah kampung, menangkap petani, dan m