Skip to main content

Posts

Showing posts with the label hiburan

Hewan-hewan yang dinistakan manusia

Zaman kini manusia kreatif membahasakan dirinya dan orang lain. Jika sedang marah kata-kata kotor tak luput keluar dari mulut. Beberapa dari manusia menyebut orang yang disebelin itu dengan nama binatang. Entahlahlah apa salah mereka sampai harus dilibatkan dalan amarah manusia, sehingga derajat hewan-hewan tersebut menjadi rendah, sangat rendah.  Prihatin. Inilah beberapa hewan yang bagi manusia derajatnya rendah 1. Anjing Lucu banget kan. Manusia paling ingin selucu ini ya Apa bayanganmu pertama kali saat mendengar kata anjing? Meski pun diucapkan dengan nada biasa dalam keadaan normal akan terdengar sangat mengejutkan. Apalagi jika diucapkan saat marah. Beuh, bisa jadi perang dunia kesepuluh. Apa salah anjing ? Meskipun buat umat muslim termasuk najis, bukan berarti mereka berhak untuk dicaci maki. Sayangnya umpatan ini tidak memandang SARA. Semua agama menilai kata anjing itu kasar dan tidak sopan. Apa salah anjing? Beberapa dari mereka kan lucu, beberapa

Waroeng Mee, Pop Art Cafe

Grand Opening Waroeng Mee di Tangerang Jenis kebutuhan hidup era kini kian beragam. Jika dulu kebutuhan hanya berupa sandang, pangan, dan papan, kini jenisnya melebar. Tak dapat dipungkiri handphone pintar dan listrik dapat menggeser urutan sandang. Banyak kasus menunjukkan bahwa manusia zaman sekarang seolah kehilangan satu nyawa saat tidak menggenggam ponselnya. Begitu orang ramai-ramai berponsel ria, ternyata masalah baru muncul. Baterai yang tidak tahan lama menyebabkan sumber listrik selalu penuh dengan kabel yang dihubungkan ke ponsel.  Semakin berkembang kebutuhan manusia atas listrik, masalah terus muncul. Memang, hidup adalah masalah. Manusia tidak akan tergoda masalah jika ia mati. Nah, bukan hanya masalah ponsel, manusia modern 2016 tergantung dengan restoran atau kafe yang fungsinya bukan cuma untuk makan, tapi meluangkan banyak waktu bersama orang dekat. Lokasi, desain, harga, dab pelayanan akan menjadi pilihan utama bagi pengunjung. Untuk apa? Nongkrong. Iya, manus

Menarilah Air Mancur, Selama Musik Masih Mengalun....

Saat musik mengalun, biarkan tangan terbuai, angan melambai, dan dunia khayal melayang. Itu cara menikmati waktu. Usai menghadiri acara launching produk smartphone terbaru di Grand Indonesia, Jakarta, saya menengok waktu, 16.30 WIB tandanya langit sudah menjingga. Matahari hendak tenggelam. Niat saya berkeliling sebentar di dalam pusat perbelanjaan dan hiburan itu. Tanpa sadar saya ingat janji tahun lalu, "Air Mancur Menari". Ternyata sudah setahun keinginan untuk melihat langsung air mancur yang hebohnya bisa menari itu belum lulus. Tahun ini menunjukkan angka 2016 nyaris bulan April. Tanpa disadari saya tepat berhenti di satu tingkat di atas lantai 3A, East Mall. Dari situ saya melihat kolam kecil dengan patung pria tepat di tengah. Tak ada kehebohan di sana. Masih tampak muncratan-muncratan kecil dari beberapa lubang dan suasana masih hening. Cucuran air bagai alunan musik hipnoterapi. Saya cukup terbuai dan sabar, sebab waktu belum menunjukkan pukul 17.00. Berdas

Terjebak di Lokasi Kacilik Berada

Pada akhir Juli 2013 saya mendapatkan tugas berkeliling ke Jawa Timur. Salah satu lokasi yang saya datangi yaitu Blitar, Jawa Timur. Lokasinya terpencil dan dekat dengan perbatasan Kediri—Blitar. Waktu itu saya diantar oleh orang yang berbaik hati menemui rekan (sebut saja begitu). Hari itu saya menemui beberapa orang di Kediri dan terakhir di Blitar. Kebetulan, rekan saya tidak bisa mengantar hingga ke jalan raya. Ia menyarankan untuk meminta bantuan orang untuk mengantar (menjadi tukang ojek dadakan). Saya gengsi. Tentu saja, dengan pekerjaan saya sebagai tukang jalan-jalan tidak mungkin saya meminta tolong orang yang tidak dikenal untuk mengantar. Dan memang benar, tidak ada seorang pun yang bisa saya temui saat itu. Apalagi dua jam lagi matahari akan tenggelam. Saya hanya bisa menggigit bibir. Dengan getir, saya putuskan berjalan kaki saja berbekal kamera ‘keren’ walaupun saya harus segera kembali ke Malang untuk melaksanakan tugas esokan harinya. Saya melalui jalan beras

Alun-alun Kota Situbondo Tahun 2013

Ini mungkin konyol jika saya selalu mengekspos kampung kelahiran saya. Iya, saya memang kembali lagi menguak satu titik di kota Situbondo. Bukan masalah besar sih, hanya saja saya pikir bodoh kalau banyak orang yang lahir di kota Situbondo memilih untuk menutup mata. Mungkin orang-orang juga tertawa jika membaca tulisan ini dan akan berkata, “Halah, lebay.” Atau “Apa sih yang bisa dibanggakan di Situbondo?” Buktinya pemuda-pemudanya malas untuk memgembangkan potensi di sana (termasuk saya dan teman-teman saya sendiri, hehe). Memang sih, sampai saat ini saya merasa (ini belum disurvey lo, jadi jangan terhasut) tidak ada sesuatu yang ‘wah’ di sana. Lapangan pekerjaan begitu sempit untuk memberikan peluang hobi saya bisa berkembang. Dan banyak orang (lagi-lagi anggapan subjektif penulis) yang cukup bertahan dengan menjadi pegawai sukwan (kepanjangan dari sukarelawan) dengan gaji seadanya hingga bertahun-tahun. Banyak sih alasannya dan tidak bisa jauh dari orang tua yang menjadi

Sudah Main ke Hutan Penelitian di Situbondo Yang Hits Itu?

     Senang sih kalau saya disebut-sebut kelahiran Situbondo. Walaupun termasuk kota kecil, tempat itu penuh sejarah. Berbagai kisah sedih, kelam, bahagia, dan bahkan biasa saja ada di sana. Lebaranpada Agustus 2013 kemarin saya pulang kekota itu.      Piuf, ternyata setiap turun dari bus, saya hampir selalu tidak mengenali jalan-jalan yang dulu saya lewati setiap hari. Saya pangling. Mungkin karena terlalu lama di negeri orang. Iya, sebelumnya saya kuliah di Malang selama beberapa tahun dan saat ini saya bekerja di Jakarta.  Hiruk-pikuk kota besar membuat saya seringkali lupa daratan (ceile, istilahnya Bahasa Indonesia banget).      Setiap pulang kampung, rasanya ingin mengunjungi banyak tempat dalam satu hari. Dan itu tidak mungkin bisa dilakukan. Dan berbekal kamera 'keren' saya menyusuri lokasi yang dulu sering ingin dikunjungi. Sore hari menjelang matahari terbenam saya melajukan motor butut ke arah Dusun Locancang, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Di