Skip to main content

Posts

Beberapa Karakter Pengguna Instagram

Ting ting ting. Jangan merasa aneh, saya hanya membunyikan gelas dengan ujung pensil tiga kali kok. Iseng . Ngomong-ngomong, saya tidak bisa lepas dari satu akun media sosial yang satu ini, Instagram. Kenapa? Saya banyak belajar dari medsos itu, mulai dari foto, membaca karakter orang, melihat inspirasi, hiburan, dan lain-lain. Untung saja mantan-mantan tidak punya akun (atau saya tidak tahu ya? Ahaha). Ah lebih baik tidak tahu. Sebagai pengguna Instagram yang udah berada di level ' addict ', saya coba kelompokkan mereka-mereka yang juga punya akun Instagram. Saya yakin kamu ada dalam salah satu kelompok berikut. Artis Orang ini sudah jadi seleb beneran. Hmmm Hmmm. Abaikan artis-artis benerannya ya, seperti Luna Maya, Jedar, Raisa, dll. Mereka sudah artis sih. Jadi yang saya maksud artis ya, mereka yang bukan artis tapi punya follower lebih dari 10K. Buat saya, akun yang followernya masih di bawah itu belum bisa dibilang artis. Meskipun saya tahu perjuan

Produk Lokal Kian Hits di Toko Online

Belanja online? Wah saya sudah melakukan kegiatan itu sejak tahun 2010. Meski tidak sesering perempuan yang hobi sekali belanja barang baru, saya tergolong pemilih untuk membeli barang. Seberapa sering pun pergi ke toko offline untuk melihat-lihat, jika tidak sesuai dengan selera pasti berujung dengan hanya makan saja di mall atau pergi ke toko buku melengkapi koleksi alat lukis. Belanja produk UMKM lokal berkualitas kini bisa di blibli.com Kebetulan saya sering sekali mengecek toko online untuk produk topi. Terakhir saya melihat-lihat koleksi topi saya hanya itu-itu saja. Kepengen beli blankon. Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin punya topi tradisional yang satu ini. Nah, iseng-iseng buka blibli.com langsung kaget menemukan satu tas yang sangat familiar bertuliskan SMESCO. Are you sure ? Produk Smesco sampai juga di blibli.com? Saya kira hanya bisa datang ke gedung SME Tower, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 94, RT.11/RW.3, Pancoran, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota J

Ke Bogor tak Bawa Oleh-oleh? Yakin?

Salah satu sudut Kota Bogor (kredit: nicolashadi.wordpress.com) Pernah berkunjung ke Bogor? Kota yang dikenal kota hujan itu meskipun tak selalu hujan, selalu memiliki tempat dalam kenangan. Tahun 2013-2014 adalah tahun-tahun di mana saya sering lalu-lalang ke kota itu. Pertama kali datang ke Bogor kesan saya, "Waw, akhirnya saya bisa datang ke kota ini juga." Waktu itu saya harus menjalani proses seleksi terakhir untuk bekerja di sebuah perusahaan majalah pertanian. Ada banyak angkot dan saya mengunjungi teman di Universitas Pertanian Bogor.  Suasananya teduh dan basah akibat hujan habis mendera kota itu. Berbeda dengan Situbondo yang memang lebih banyak menghabiska masa kemarau ketimbang musim hujan. Sepanjang jalan menuju kampus IPB, saya melihat pohon-pohon besar dan tanaman menghijau sepanjang pandangan mata. Bogor juga terkenal dengan berbagai panganan lezat. Banyak orang berburu cemilan-cemilan tersebut saat berkunjung, misalnya talas bogor, asinan bogor, ubi

Pesan dan Batang

Aku mendiamkan pesan seorang kawan, "Mau sampai kapan kamu menghilang jika terdampar perkara?" Sambil menyesap batang rokok ketiga, bulan sabit mulai menari-nari bersama awan. Bintang-bintang mencoba bersembunyi dariku.  Hmm.. ternyata batang rokok lebih nyaman kukunyah ketimbang dibakar. Apa mesti kubuang?  Tung tung tung. Ponselku berdering. Sebuah pesan masuk. "Kamu di mana? Kamu gak apa-apa kan? Maaf, kalau aku mengganggu, tapi aku khawatir." Usai membaca pesan itu, kutekan tombol 'shut down'. Huff, aku berharap bebas dari kekhawatiran-kekhawatiran yang berlebihan itu. Tolong beri waktu untuk melebur hal-hal yang terjadi kemarin. Semakin kamu menggangguku, semakin aku benci. Bukannya kamu tahu itu? Udara kian dingin. Awan-awan sudah habis menyelimuti bintang. Batang-batang rokokku pun tak tersisa, hanya tinggal bungkusnya. Apa perlu kumakan juga? 21 Desember 2014

Jamur Blotong, Nikmatnya Tak Terkira

Sejuknya embun pagi selalu terhidang Pagi itu (akhir November 2016) PG Wringin Anom sudah tak beroperasi lagi, artnya masa giling sudah habis, Hujan beberapa kali menerobos masuk  Kota Situbondo. Langit tampak cerah, matahari tersenyum menyeruakkan sinarnya. Kaki-kakiku berjalan beriringan dengan embun-embun yang masih bertengger di atas rerumputan. Hari itu pertama kalinya saya berjalan menyusuri rel-rel kereta api yang biasanya digunakan sebagai jalur kereta diesel untuk angkut tebu. Sudah sekian lama saya kembali ke kota kecil itu, tapi lebih banyak waktu dihabiskan di dalam rumah. Tumpukan blotong, sebagai substrak jamur blotong Selalu saya genggam smartphone kesayangan. Tak hanya untuk mendegarkan lagu kesukaan, tapi juga untuk memperoleh gambar-gambar nuansa sawah dan beberapa objek lain. Kaki saya berhenti pada tumpukan blotong, tepat di belakang pabrik gula (PG). Beberapa tumpukan besar sudah terlihat jelas kelezatannya. Maksudnya bukan blotong yang tampak lezat,

Pembayaran Online, Efisien dan Ramah Lingkungan

Pertama kali saya bertransaksi online tahun 2012. Waktu itu sedang gemes ingin berpartisipasi dalam lomba membatik tingkat nasional. Saya coba cari informasi penjualan bahan dan alat batik. Ada banyak yang menjual, di Malang, Yogyakarta, dan tempat-tempat lain. Pilihan saya tertuju pada online shop di Yogyakarta. Selain lebih murah, pelayanannya lebih nyaman. Sebagai orang awam yang tak mengerti bagaimana cara membatik, saya pun belajar dari blog cara memainkan malam. Sukses membatik meskipun hasilnya tidak sesuai keinginan, beberapa minggu kemudian saya mendapat kiriman piagam dari panitia sebagai partisipan. Transaksi online perdana berhasil meskipun saya harus ke ATM. Awalnya ragu sebab pembeli harus transfer terlebih dahulu sebelum barang dikirim. Beberapa orang teman saya mengaku pernah ditipu oleh pedagang saat membeli barang, tapi nyatanya tak semua toko online begitu. Penggunaan kartu pembayaran jadi alternatif masa kini Beberapa tahun belakangan, sejak meneta