Skip to main content

Posts

Film Lights Out Seru

Yeay, nonton film horor? Kenapa tidak? Saya sudah terbiasa dengan yang horor-horor sih. Apalagi jiwa saya sudah horor. Wkwkw. Film Lights Out yang notabene juga seram saya libas. Seru. Film garapan asal Amerika yang digarap studio New Line Cinema dan Grey Matter Productions mengajak saya untuk terkejut-kejut dan ikut berteriak saat kaget. Sepertinya film horor bisa menjadi terapi galau. Sutradara kece, David F. Sandberg, cukup cerdas meramu plot dan drama film ini. Ya, lagipula siapa sih yang akan menilai buruk film Amerika yang sudah standar internasional ini? Hanya sedikit film barat yang tidak disukai. Kalau pun tidak disukai, film-film barat selalu digarap serius, mulai dari efek, bintang, dan soundtracknya. Kalau nilai seramnya sih buat saya lumayanlah. Saya kasih poin 7. Jadi ceritanya Rebecca, pemeran utama saat kecil dibayangi ketakutan dan akhirnya meninggalkan rumah. Martin, adik Rebecca yang masih tinggal bersama ibunya mengalami hal-hal menakutkan saat lampu padam.

Aisyah, Berjuang Mengajar di Pedalaman

Akhir-akhir ini saya banyak dilibatkan untuk menyaksikan film-film terbaru produksi anak bangsa. Beberapa tahun lalu sih saya enggan banget menonton film garapan orang Indonesia. Kenapa? Basi. Ceritanya itu-itu saja, monoton, apalagi saat film horor naik daun. Saya cuma bisa memicingkan mata jika ada promo film Indonesia akan tayang. Kalaupun saya ingin menonton film, saya biasanya pilih film luar. Biasanya teman-teman pehobi film juga suka memberi masukan film apa yang asyik untuk ditonton. Tapi kali ini saya harus jujur jika film-film Indonesia mulai menampakkan auranya. Beberapa sih masih agak kebarat-baratan. Ya udahlah, mungkin memang sasarannya untuk anak muda Indonesia yang kebarat-baratan. Wkwk... Salah satu adegan film Aisyah (kredit: luvina.com) Bertema pendidikan dan bhineka tunggal ika, film Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara, menyedot perhatian saya. Laudya Cynthia Bella menjadi bintang utamanya. Film ini mengisahkan tentang Aisyah yang berasal dari Jawa Barat, teta

Film Dua Kodi Kartika, Inspiratif

Berbagi kisah baik itu saat ini jadi moto saya nih. Saya tahu, saya bukan manusia baik. Tapi bukan berarti manusia yang tidak baik tidak punya kesempatan berbuat baik. Saya menulis ini berkat menonton gala premiere Dua Kodi Kartika, The Heritage of Love. Kisah-kisahnya sangat sederhana dan berisi pesan semangat berjuang memulai usaha dari nol hingga sebesar ini. Film ini memang merupakan kisah perjalanan Bu Ika Kartika, owner Keke Busana. Bukan hal mustahal jika untuk memiliki usaha mandiri memang butuh perjuangan. Berawal dari menerima pesanan dari berbagai brand di Tanah Abang. Sampai akhirnya ia berani membuka brand sendiri dengan nama Keke. Keke pun bukan hal yang sembarangan diambil. Keke, diambil dari kata kekeuh yang artinya teguh, maksudnya bisa dibilang keras kepala. Jika Bu Ika mau mawar merah, artinya harus mendapatkan mawar merah. Mungkin sifat inilah yang menyebabkan usahanya kian besar dan terkenal seantero tanah air. Film ini sangat sederhana, banyak mengisahkan

Siape Bilang Anak Jakarta Gak Berbudaye

Kalau kata pepatah lama, carilah ilmu meskipun harus ke negeri Cina. Sebagian besar orang pasti setuju termasuk saya. Sebagai manusia udik dari kampung kecil di Kota Situbondo, Jawa Timur, perlahan saya hijrah ke arah barat, Malang. Saya kuliah empat tahun setengah di Universita Brawijaya. Buat saya nilai akademik tidak terlalu berharga ketimbang nilai-nilai yang saya dapatkan selama hijrah itu. Saya banyak bertemu orang dari berbagai daerah, yang notabene kebanyakan sama udiknya. Ya, gak semua udik. Kebanyakan sih sudah mengerti hingar bingar dunia. Saya dan teman-teman Tau Dari Blogger berfoto bersama David Nurbianto Bertemu banyak orang itu menyenangkan. Bertemu dengan teman lama juga membuat riang. Tapi buat saya untuk belajar tentang hidup, manusia tidak boleh hanya berada di lingkungan yang sama sepanjang hayat. Waktu terus bergerak, perubahan akan terus terjadi. Setelah puas (sebetulnya belum) tinggal di Malang, jalan hidup saya menuntun untuk pergi ke barat yang lebih

Nonton Konser Iwan Fals Gratis? Mau?

Kalau ditanya siapa penyanyi Indonesia favorit saya? Hmm ada banyak. Tapi kalau ditanya penyanyi senior yang lagu-lagunya abadi sepanjang masa ya Iwan Fals. Bahkan saya sempat heran, anak yang usianya lebih muda dari saya pun hapal lagu-lagunya. Saya jadi minder sendiri. Lagu yang paling saya ingat dari Iwan Fals itu yang judulnya "kemesraan". Liriknya suka bikin senyum-senyum sendiri saat senang, tapi saat galau biasanya jadi sedih. Wkwkw. Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu Kemesraan ini, ingin ku kenang selalu Hatiku damai Jiwaku tenteram si sampingmu Hatiku damai Jiwaku tenteram bersamamu Iya kan, coba perhatikan liriknya. Dalam kondisi apapun dan mau bersama siapa pun lagu ini pas dinyanyikan. Iwan Fals sih memang fenomenal ya. Apalagi pada zaman-zaman kejayaannya yang banyak mengkritik pemerintah, misalnya Demokrasi Nasi, Pola Sederhana, Bento, dan Mbak Tini. Gara-gara lagu tersebut ia harus diinterogasi dan dipenjara. Tapi yang namanya darah seniman d

Jakarta Akan Segera Punya Ka Bandara

Saya masih ingat saat kereta api bandara di Medan masih beru beroperasi. Begitu inginnya saya berkunjung ke Medan hanya untuk mencoba sensasi masuk ke dalam kereta api eksklusif tersebut. Rasanya menyenangkan apalagi ditambah berlibur ke Medan, mengunjungi tempat wisata yang ada di sana. Pertanyaan pertama yang masih terngiang-ngiang dulu adalah kenapa harus Medan sebagai pionernya? Mengapa bukan Jakarta? Bertahun-tahun pertanyaan itu terpendam bersama kegiatan sehari-hari. Tiba-tiba awal tahun 2016 tanpa sengaja saya harus terbang ke Medan untuk melakukan perjalanan singkat. Cukup lama rasanya saya menulis keinginan saya mencoba naik ka. Bandara di Medan dan itu terwujud. Saya jadi tahu jika doa baik akan terwujud pada waktu dan kondisi yang tepat. Kebetulan waktu itu saya hanya tinggal masuk stasiun saja, tanpa perlu repot beli tiket online atau bagaimana. Jadwal paling pagi ternyata penumpangnya jarang. Hanya orang-orang yang punya urusan di tempat lain yang perg

TransJakarta Berani Berubah

Jakarta itu tiada hari tanpa macet. Rasanya malas beranjak dari tempat duduk untuk pulang jika harus membayangkan harus mengantri berpuluh-puluh meter. Beberapa kali saya temui antrian di shelter busway sampai harus menempati jembatan penyebrangan untuk shelter-shelter tertentu. TransJakarta tentu saja masih menjadi alat transportasi andalan bagi sebagian besar orang. Busway sudah mulai banyak yang steril dari pengendara nakal. Memang tidak semua sih dan pada jam-jam sibuk, jalur TransJakarta memang masih menjadi alternatif menghindari kemacetan. TransJakarta memang merupakan sistem transportasu Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Asia Selatan yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta. Bukan tanpa sebab TransJakarta didirikan. Lahirnya Tj (kependekan dari TransJakarta), merupakan salah satu upaya pemerintah menanggulangi kemacetan. Harus didukung dong. Bukan malah menyalahkan penerintah karena jalurnya masih suka dipakai bebas oleh pengendara nakal. Pemerinta