Skip to main content

Posts

Hobi Itu Seperti Kecanduan Nikotin

Ini seperti kecanduan . Saya menganalogikan hobi-hobi nomaden saya seperti merokok sambil minum kopi. Apa sih sebenarnya tujuan merokok? Bagi yang antirokok tentu jawaban-jawaban yang diberikan oleh yang kecanduan rokok tak memuaskan. Berapa batang rokok yang bias dihabiskan seseorang sehari? Sebatang? Dua batang? Tiga atau lebih dari sebungkus? Semua jawaban bisa saja dilontarkan oleh orang yang berbeda, bergantung tingkat kecanduannya. Saya menemukan beberapa jawaban yang biasa dilontarkan di situs kaskus dan terselubung.in, seperti karena pengaruh lingkungan sosial, agar terlihat macho, stres, istirahat di jam kerja atau saat di rumah, untuk memperbaiki mood , dan mungkin ada beribu alasan lagi mengapa orang-orang merokok. Beberapa orang juga akan menjawab “ untuk kesenangan dan menghabiskan waktu ”. Saya pun begitu, kenapa saya menulis, mencorat-coret, berdeklamasi, atau kegiatan kurang penting lainnya? Jawabannya ya untuk bersenang-senang dan meluangkan waktu. Dan bayangkan betapa

Tiada Alasan Membenci

Suatu ketika saya dihadapkan pada pria separuh baya sedang memukul kepala kucing dengan keras sambil berteriak. Terkejut, kucing itu sontak bersembunyi, meringkuk di bawah mobil. Pria berkumis itu bukan siapa-siapa, dan kucing berwarna hitam dan putih itu juga bukan miliknya. Kucing itu hanya meminta belas kasihan dengan mengeong tak henti. Kucing itu ketakutan. sumber : www.sodahead.com “Dia berak di dalam (rumah, red ) kemaren, Mas,” sahutnya tanpa kutanya. Hati kecil saya ingin melempar sepatu ke arah orang itu, tapi urung. Saya memendam berang, lalu meninggalkan laki-laki itu. Kejadian itu mengingatkan saya beberapa tahun silam, saat bapak sedang marah dan menendang anak kucing peliharaan saya hingga terlempar sejauh 2 m. Saya cuma bisa terhenyak dan sedih karena tidak bisa melakukan apa-apa. Beberapa hari kemudian, saya mendapati pria berkumis itu sedang memberi makan kucing yang ia pukul beberapa hari yang lalu. Ia meletakkan tulang ikan dan kucing itu melahapnya.

Panen Buah Coretan

Corat-coret telah menajdi dunia saya kini. Tiada hari tanpa melakukan kegiatan “nyeleneh” bagi orang lain, tetapi amat berharga bagi saya. Rasanya saya telah meluangkan banyak waktu tak penting untuk hal-hal seperti ini, membuat puisi, menciptakan gambar abstrak, kerap aktif di media sosial, atau sekedar menghabiskan waktu di tempat asing. Aneh sih, tidak, itu hal biasa buat saya. Dan sayangnya semua hasil kerja kurang penting harus saya tulis di sini. Semoga yang membaca postingan ini tersadar dan mulai melakukan hal-hal yang lebih mencerahkan ketimbang kegiatan saya. Yap, ini hasilnya. Anda tak harus membayar bila ingin melihat galeri saya atau mengunduh, lalu share ke mana saja. Gratis. Kecuali jika saya menjadi orang terkenal kelak (hehe...), saya akan berpikir ulang untuk membagikannya ke publik. Siapa tahu hasil penjualan karya-karya tidak bermutu saya bisa difungsikan ke hal-hal bermanfaat bagi orang banyak. ( Uwan Urwan )

CORAT-CORAT CORET-CORET

Lagi-lagi saya harus berterimakasih pada waktu luang, kegalauan, dan otak yang diberikan Tuhan untuk saya. Mungkin ini hanya coretan tidak penting, tapi tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Beberapa orang menyampaikan ungkapan perasaannya pada orang lain melalui lisan. Sebab mulut saya sulit mengeluarkan manfaat, hanya tangan yang bisa mewujudkannya. Memang bukan faedah besar. Namun saya percaya, semua hal besar dimulai dari hal kecil. Hal kecil diawali dengan sesuatu yang remeh. Sesuatu yang remeh pun sering muncul karena perbuatan tak penting. Yah, beginilah hidup saya. Selalu tidak penting untuk menjadi lebih berguna. Amin. Coretan-coretan kurang berguna itu sudah saya abadikan dalam bentuk foto. Jika memang ada saran atau kritik, sampaikanlah. Hehehe... Toh saya bukan dewa yang haus pujian. Hm... daripada saya   banyak berbicara hal kurang penting, lebih baik simak koleksi coretan saya. ( Uwan Urwan )

CORAT-CORET

Akun blog ini seperti rumah saya yang kesekian kalinya. Harap mahfum, saya punya beberapa akun media sosial, sehingga tidak semua bisa ter update rutin. Paragraf di atas tergolong pengantar kurang baik. Tidak semestinya saya membiarkan tulisan itu tersemat, tetapi entahlah saya tidak bisa membuang kalimat-kalimat itu. Biarkan saja menjadi legenda kecil. Kebetulan saya selalu punya kertas corat-coret. Terlebih lagi saya tidak bisa pergi tanpa meninggalkan tas. Tas menjadi bagian penting karena dapat menampung tiga benda penting seperti, buku catatan, kotak pensil, dan “buku kamuflase”. Buku kamuflase? Hehe... Itu hanya sebutan untuk buku yang selalu direncakan untuk dibaca saat perjalanan tapi selalu berakhir dengan tidak tersentuh sedikit pun. Keasyikan pada dunia luar ternyata membuat saya enggan membuka buku bacaan yang saya bawa. Namun, benda yang kerap lusuh dan sangat dibutuhkan ketika berjalan seorang diri ke suatu tempat hanyalah buku catatan kosong d