Skip to main content

Posts

Malam Naga-Naga Kawin

     Waktu menunjukkan pukul 21.00 di bawah langit Dusun Rowotengu, Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Rintik-rintik kecil membasahi tanah pada akhir periode 2013. Di sela-sela perbincangan bersama Asroful Uswatun, pemilik kebun buah naga, suara katak dan jangkrik bersenandung memecah bisikan angin. Aliran udara lembut itu sayup-sayup mematahkan setengah kesadaran saya. Hingga beberapa menit berselang dua sosok laki-laki paruh baya mengayuh sepeda mendekat. Mereka menembus malam bergerimis lengkap dengan jaket dan sepatu bot di tubuh. Saya menduga mereka hendak mencari hewan malam di sawah atau ladang.      Setelah berjarak sekitar 10 m barulah saya tahu jika kedua pria itu karyawan kebun Asroful. Lalu mereka melabuhkan sepeda di bawah naungan. Rasa ingin tahu saya tergugah. “Sebentar lagi mereka akan menyerbukkan buah naga,” kata Asroful. Saya kembali menyelidik mengapa harus dilakukan pada malam hari? Bukankah pada pagi hari akan lebi

MIGRASI KE ANTALOGI PENDEK

     Saya sengaja menghimpun beberapa puisi saya pada tulisan ini. Itung-itung blog ini sebagai dokumentasi sekaligus publikasi diri. (Ah, semoga masih ada manusia di zaman ini yang suka dengan laki-laki model begini. #kode). Atau mungkin ada orang penerbitan yang tidak sengaja terjerumus di blog ini dan terhipnotis oleh kata-kata  saya lalu tanpa sadar saya ditelepon terus dijadikan anak angkat atau calon menantu (loh?). Ah, tampaknya saya sedang labil jadi jangan acuhkan paragraf pembuka ini. Anggap saja saya gila atau apalah. Anda tidak layak ikut gila. Oke, beranjak ke alinea kedua saya ingin memberitahu bahwa puisi-puisi di bawah ini sudah muncul di status facebook saya beberapa waktu lalu. Jadi, ini bukan barang baru sih, tapi bisa jadi barang baru bagi Anda. Mari simak langsung daripada saya terlalu banyak cincau. hehe..  I Tentang senja yang temaram. Indah namun menyulitkan mata. Batin pun bekerja penuh seperti mengambur. Wanita itu merasakan payah hari ini. Ia

Melihat Pribadi Dari Sisi Lain

      Hei...hei... Apa kabar? (Kayak presenter saja). Di tulisan sebelumnya saya berjanji mengkopi paste tes kepribadian dari buku Who Am I? karya @PsikologID. Dan saya ingin menepati janji itu sekarang. Waktu saya dan teman mengikuti tes ini bersama-sama, saya terkejut sekaligus tertawa mendengar hasilnya. Itu lebih mengejutkan ketimbang tes sebelumnya karena saya harus menyebutkan nama-nama. Untuk yang jenis tes ini saya juga pernah melakukannya waktu di bangku SMA.   Hehe... kelihatan ya kalau sejak dulu saya melakukan banyak hal tidak penting. Padahal teman-teman saya waktu itu lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah.      Oke, saya tidak akan berlarut-larut dengan curhatan panjang saya. Akan menjadi out of topic jika saya lanjutkan. Sebelum melanjutkan, siapkan bolpoin dan kertas untuk mencatat jawabannya karena tes ini tes tertulis. Tuliskan jawaban di kertas. Jika tidak punya kertas, baju, handphone, taplak, dan tembok juga bisa difungsikan. Jangan melihat pembehasannya te

Dengan Tes Melihat Diri

     Saya punya cerita menarik. Usai bekerja, teman-teman mengajak saya berkunjung ke Gramedia di daerah Margonda, Depok. Rencananya saya membeli buku yang berhubungan dengan ilmu Biologi. Dan saya menemukan beberapa namun begitu saya cek harganya ternyata mahal. Padahal saya ingin bertambah pintar tapi urung. “Ilmu itu mahal,” kata teman saya setelah saya menceritakan apa yang saya temui.      Justru ia menunjukkan satu buku berjudul “Who Am I” karya @PsikologID. Buku ini berisi tes-tes kepribadian sederhana dan populer. Ada dua bagian yang membuat saya terkejut saat melihat jawabannya. Sebenarnya untuk tes yang seperti itu sudah saya lakukan saat saya masih berusia 17 tahun. Waktu itu saya juga menemukan tes seperti itu di internet.   Ada 2 tes kepribadian yang ingin saya tunjukkan. Untuk tes kepribadian 2 akan saya tulis nanti ya. Satu-satu dulu. Hehe...      Mirip tapi versinya berbeda. Hehe... Penasaran ya? Lebih lengkapnya sih beli bukunya saja. (Loh kok promosi?). Saya co

Galau Itu Proses Kreatif

Ikan cupang dengan sirip berkibar Patah hati itu seperti makan kulit durian. Walaupun sakit, harus tertelan jika tidak muntahkan. Tetap saja dua jalan itu memilukan. Berhari-hari akan kesulitan menelan makanan bahkan penyakit lain akan bermunculan. Status-status galau pun berkicau bak murai batu di pentas lomba kicauan.   Tulisan pada gambar itu menambah kesan galau Saya pernah mengalaminya. Sekali dua kali tiga kali empat kali.... berapa kali ya? Hehe... Perasaan kalut berminggu-minggu seperti hiburan saja. Tapi jangan khawatir saya tidak akan melakukan hal aneh. Bodoh kalau saya menyakiti diri. Saya malahan menyukai kegalauan hati. Dengan galau, saya bisa menghasilkan sesuatu. Setiap orang juga begitu. Pengusaha tidak akan sukses jika ia tidak galau, guru tidak akan menguasai materi saat menerangkan di kelas bila ia tidak galau, dan apalagi contohnya? Banyak. Wajah yang marah tergambar jelas pada mata yang garis mata tajam dan mulut terbuka Galau saya un

AJAIB SI ALAM

 Pekerjaan saya jalan-jalan? Rasanya kurang tepat. Sebenarnya saya lebih suka melepaskan ketegangan dengan berjalan kaki (nah lo apa maksudnya itu?). Walaupun jarang terjadi, di sela-sela waktu luang saya perlu menyempatkan diri pergi ke suatu tempat unik. Seperti perjalanan saya beberapa waktu lalu mengunjungi Taman Burung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.  Saya menemukan beberapa hal menarik. Mungkin karena pertama kali melihat hewan-hewan dalam jarak dekat sementara hewan itu tidak terusik dengan kedatangan saya. Saya menduga mereka muak melihat manusia atau bosan lebih tepatnya. Hewan pilihan pertama jatuh pada pelikan Pelecanus crispus .   Dengan mata kuning ditimpa bulatan hitam dan paruh panjang hingga separuh ukuran panjang badannya, ia seolah patung mati. Beberapa anggota badannya tak bergerak saat saya mendekat dan mengamati. Saya membayangkan jika pelikan itu manusia, raut wajahnya pasti datar tanpa ekspresi. Saya mendadak diliputi perasaan ngeri. Ya