Skip to main content

Posts

Showing posts with the label profil

Belajar Jadi Perempuan Tangguh ala Gisella Karina Emaputri

Namanya Gisella Karina Emaputri. Hari itu, di bawah lampu-lampu sorot yang memantulkan gemerlap panggung, nama Gisella diumumkan sebagai 1st Runner-Up Miss Grand Tourism Indonesia 2024. Suara gemuruh penonton tak bisa menutupi getar pelan dari napasnya yang tercekat. Tangannya refleks menggenggam ujung gaun, bibirnya bergetar antara terkejut dan syukur. Dan hal pertama yang ia lakukan adalah memeluk mama. "Tanpa Mama, aku nggak akan di sini," ungkapnya. Bagiku, ada yang istimewa dari pelukan itu. Ada rasa lega yang tumpah, bahagia yang mengalir pelan, juga bangga, pada diri sendiri, pada setiap latihan yang Gisella lalui, dan pada keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru. Langkah Awal dari Dunia Baru Miss Grand Tourism Indonesia 2024 adalah pageant pertama yang diikuti Gisella. Meski baru pertama kali, langkahnya tidak ragu dan sorot matanya penuh keyakinan. Dunia ini memang asing baginya—panggung yang dipenuhi sorak, gaun panjang yang berkilau, serta aturan-aturan tak tert...

Anak Muda Situbondo Ini Buktikan Kalau Mimpi Tak Perlu Izin Siapa-Siapa

Kredit: Instagram @annisapch Tak banyak yang tahu bahwa di balik panggung megah Kakang Embhug Situbondo dan Raka Raki Jawa Timur, ada kisah perjuangan yang luar biasa dari seorang pemudi Situbondo bernama Annisa Putri Chesillia Haq. Ia bukan hanya seorang remaja Situbondo yang cerdas dan berbakat, tapi juga sosok inspiratif yang tekun mengejar mimpi—bahkan ketika jalannya dipenuhi tantangan, ia tak mundur. Pertemuan yang Membuka Mata, Sosok Annisa di Balik Panggung Foto bersama  Annisa Putri Chesillia Haq, Gustaf Navi Isbat, dan Dinda Septi W.H. usai premiere film pendek Lastarè (fotografer: Syah Arif Fammada) Aku pertama kali bertemu Annisa saat dia menjadi pembawa acara di malam premiere film pendek Lastarè bersama Pintu Project. Saat itu, Annisa tampil elegan berdampingan dengan Gustav Nafi Isbat, yang juga menjadi pemenang Kakang Embhug Situbondo dan yang menjadi pasangannya dalam Raka Raki Jawa Timur 2024. Sikapnya tenang, pembawaannya santun, dan setiap kata yang ia ucapkan t...

Aril 'Ayeng', Pemuda Situbondo yang Melukis dengan Hati

Kredit:  Aril "Ayeng" Aku ingat pertama kali melihat karya Aril "Ayeng" pada poster film Lastarè yang ia buat, ada sesuatu yang khas—goresannya terasa hidup, seakan punya cerita sendiri. Poster itu menangkap esensi film dengan begitu kuat: kesedihan, kehilangan, dan perjalanan batin seseorang. Sosok yang berdiri di atas makam dengan kaki telanjang, dikelilingi serpihan kenangan yang berserakan, memberikan nuansa mendalam yang bikin aku langsung jatuh cinta dengan karyanya. Aku dan teman-teman Pintu Project minta tolong dia buat poster ini, dan hasilnya jauh di atas ekspektasi—detailnya, pemilihan warnanya, semuanya terasa pas. Namun yang lebih mengejutkan, ternyata Aril berasal dari Situbondo, sama seperti aku. Aku baru tahu setelah poster ini jadi, dan rasanya seperti menemukan saudara sejiwa dalam seni. Bayangkan, di antara begitu banyak orang, ternyata ada seseorang dari kota kecil yang punya bakat besar dan visi yang sama. Itu membuatku semakin yakin bahwa kreat...

Fauzi, Sosok di Balik Gerakan Pemuda dan Musik Situbondo

Ahmad Fauzi berdiri di tengah kebunnya Aku tak menyangka akan menemukan sesuatu yang begitu luar biasa di sudut kecil Situbondo ini. Sebuah lahan hijau yang tertata rapi, penuh dengan kehidupan dan harapan. Greenhouse sederhana berdiri kokoh, dikelilingi jaring halus sebagai tempat pembibitan. Di sekitarnya, deretan tanaman sayur tumbuh subur—terong, cabai, kacang panjang, kelor, sawi, serai, pepaya, hingga okra.  Tak jauh dari situ, ada kolam ikan yang airnya berkilauan di bawah sinar matahari. Area lain dipenuhi tanaman obat, masing-masing telah diberi papan nama, seolah memberi isyarat bahwa tempat ini bukan sekadar kebun, melainkan sumber ilmu dan kehidupan. Di tengah lahan, toren biru mencolok berdiri tinggi, menjadi sumber pengairan utama. Pemandangan ini semakin kontras karena lahan ini dihimpit oleh sawah dan rumah penduduk.  Toren biru ini bukan sekadar tempat penyimpanan air, tapi sumber kehidupan bagi tanaman sayur yang tumbuh hijau di sekitarnya. Ketika aku sibuk m...

Imron, Penggerak Literasi dari Desa Trebungan, Situbondo

Moh. Imron adalah bukti nyata bahwa semangat, kerja keras, dan cinta pada ilmu bisa membawa perubahan nyata bagi komunitas. (Kredit foto: Moh. Imron) Di sebuah sudut kecil Situbondo, ada seorang pria yang menjalani hidupnya dengan kesederhanaan, namun penuh mimpi besar. Namanya Moh. Imron, sosok yang kini dikenal sebagai direktur takanta, sebuah komunitas literasi yang menjadi rumah bagi banyak penulis terutama di Situbondo. Meski begitu, Imron bukanlah seseorang yang langsung dilahirkan sebagai penggerak. Masa kecil hingga remajanya lebih sering diwarnai rasa minder daripada percaya diri. Dari Anak Pemalu Menjadi Sosok Berani Ilustrasi dibuat menggunakan Canva Dulu, Imron adalah remaja yang merasa tertinggal. Saat teman-temannya sibuk dengan ponsel dan berbagai aktivitas, ia bahkan tidak memiliki telepon genggam. Pelajaran TIK di sekolah menjadi momok karena ia tak pernah menyentuh komputer sebelumnya. Tapi rasa minder itu justru menjadi titik awal perjalanan perubahan. Imron memutusk...

Perjuangan Eja di Dunia Fotografi Wedding Malang

Di tengah lanskap dunia fotografi wedding di Malang yang kian ramai, para fotografer bermunculan bak jamur di musim hujan. Layaknya spora yang diterbangkan angin, mereka menyebar ke berbagai penjuru, mencari tempat untuk tumbuh dan berkembang. Persaingan menjadi semakin padat, seolah medan ini adalah taman luas tempat para jamur berlomba menunjukkan bentuk terbaiknya. Namun, di antara hiruk-pikuk ini, berdirilah Eja, seorang fotografer wedding berbakat yang dengan penuh keyakinan menapaki jalannya sendiri. Bagi Eja, kompetisi yang memanas bukanlah ancaman, melainkan panggilan untuk terus menyempurnakan karyanya. Dalam setiap bidikan lensanya, ia membawa mimpi dan cerita, menjadikan setiap momen pernikahan lebih dari sekadar dokumentasi, melainkan kenangan yang abadi. Bagaikan pelukis dengan kanvas hidup, Eja tak sekadar memotret, ia mengabadikan emosi. Dan di tengah hiruk-pikuk persaingan para fotografer wedding di Malang, Eja memilih untuk tak hanya bertahan, tetapi bersinar dengan ca...