Pagi itu, Bandung baru saja berembun. Dari balik kaca bengkel sepatu di ujung jalan Cigadung , tercium aroma kulit yang baru dijemur. Ada suara mesin jahit tua yang sesekali berdetak pelan, ngiiit... ceklek... ngiiit... ceklek... Di antara tumpukan kulit berwarna cokelat pucat, seorang pria muda sedang menunduk serius, menyisir potongan kulit kecil seukuran telapak tangan. “Ini... bekas kaki ayam ,” katanya sambil tersenyum, seolah sedang memperkenalkan permata yang lama tersembunyi. Namanya Nurman Farieka Ramdhany . Menjawab sebuah penasaran dari cerita teman, aku pun mencari tahu bahwa ada pengrajin sepatu yang berhasil mengubah limbah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Tapi aku tidak menyangka, limbah yang dimaksud... adalah kaki ayam. Kulit Kaki Ayam Disulap Jadi Sepatu? Nurman memulai kisahnya dengan segelas kopi hitam dan suara burung di atap seng. “Orang mengira, kulit bagus itu cuma dari sapi atau ular,” ujarnya pelan. “Padahal, ada potensi besar dari sesuatu yang sering ki...
Aku seringkali kebingungan kalau ada ajakan nongkrong. Bukan karena tidak tahu tempat makan Situbondo yang enak, tapi lebih ke takut salah pilih. Kadang aku ajak ke kafe A, ternyata temanku sudah bosan. Aku pilih kafe B, ternyata tidak sesuai ekspektasi. Kali ini, saat seorang teman mengajak bertemu, aku akhirnya menyebut dua opsi saja, Békna atau Fortuna Kafe. Dia memilih Békna, Bakery and Cafe. Aku mengangguk setuju, dalam hati malah agak senang, karena jujur saja aku belum pernah ke sana. Menikmati Suasana di Békna, Bakery and Cafe Sebenarnya aku tidak benar-benar asing dengan Békna, Bakery and Cafe. Sebelum datang langsung ke tempatnya, aku pernah mencicipi roti yang dibeli teman. Teksturnya lembut, wanginya harum, dan rasanya mengingatkan pada roti brand besar di mall-mall. Aku sempat kaget juga, ternyata bisa beli roti di Situbondo dengan kualitas seperti itu. Jadi, begitu temanku memilih tempat ini, aku merasa yakin, setidaknya makanannya tidak akan mengecewakan. Begitu masuk ke...