Kabut tipis menyelimuti udara pagi itu, ketika aku duduk menatap layar laptop. Aroma tanah basah setelah hujan malam masih terasa, seakan merembes hingga ke dalam ruanganku. Suara bambu beradu tertiup angin di luar jendela membuatku teringat pada musik tradisional yang sering dimainkan di kampung-kampung adat. Namun, di tengah keindahan itu, pikiranku justru resah. Ada getaran halus di dada, seperti sedang menunggu kabar buruk. Dan benar saja, Zoom meeting COP30 yang kuikuti malam itu membuka mataku, bahwa di balik keindahan zamrud dunia, ada cerita panjang tentang penindasan yang terus dialami masyarakat adat. Derita Yang Dialami Masyarakat Adat Terjadi Di Seluruh Dunia Aku terkejut mendengar kisah yang datang bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari Amerika Latin, Afrika, hingga negara-negara kepulauan yang perlahan tenggelam. Sungguh, pola penderitaannya mirip, yaitu lahan-lahan adat yang dijaga turun-temurun justru jadi sasaran empuk bisnis besar. Perusahaan tambang datang dengan...