Namanya Gisella Karina Emaputri. Hari itu, di bawah lampu-lampu sorot yang memantulkan gemerlap panggung, nama Gisella diumumkan sebagai 1st Runner-Up Miss Grand Tourism Indonesia 2024. Suara gemuruh penonton tak bisa menutupi getar pelan dari napasnya yang tercekat. Tangannya refleks menggenggam ujung gaun, bibirnya bergetar antara terkejut dan syukur. Dan hal pertama yang ia lakukan adalah memeluk mama. "Tanpa Mama, aku nggak akan di sini," ungkapnya.
Bagiku, ada yang istimewa dari pelukan itu. Ada rasa lega yang tumpah, bahagia yang mengalir pelan, juga bangga, pada diri sendiri, pada setiap latihan yang Gisella lalui, dan pada keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru.
Langkah Awal dari Dunia Baru
Miss Grand Tourism Indonesia 2024 adalah pageant pertama yang diikuti Gisella. Meski baru pertama kali, langkahnya tidak ragu dan sorot matanya penuh keyakinan. Dunia ini memang asing baginya—panggung yang dipenuhi sorak, gaun panjang yang berkilau, serta aturan-aturan tak tertulis yang menuntut ketangguhan lahir dan batin. Tapi justru dari sanalah ia belajar lebih mengenali dirinya sendiri. Ia menemukan bahwa keindahan bukan hanya soal paras atau postur, tapi juga tentang keteguhan dan keberanian melangkah di tengah rasa takut.
Sebagai mahasiswi Teknik Industri di Sampoerna University yang sejak kecil jatuh cinta pada tari, Gisella terbiasa tampil. Tapi tampil sebagai beauty queen memberinya pengalaman yang berbeda. Ia harus menyampaikan pesan, menyentuh hati orang, dan menjadi representasi perempuan Indonesia yang cerdas dan berkarakter.
Dunia pageant menjadi cermin, yang memantulkan siapa dirinya hari ini, dan ingin menjadi apa esok. Gisella belajar menghadapi tekanan, memahami kelemahan, dan merayakan kekuatan yang tumbuh dari setiap ketakutan yang ia taklukkan.
Di balik semua itu, keluarga adalah pondasinya, terutama ibunya. Dari membawakan bekal di tengah latihan hingga mendampingi pemotretan, ibunya tak pernah absen. Kehangatan itu membuat setiap langkah Gisella terasa lebih ringan, lebih berarti, dan tak pernah benar-benar sendiri.
Antara Mahasiswa Teknik Industri dan Beauty Queen
Kedengarannya memang kontras—seorang mahasiswi Teknik Industri yang juga tampil anggun di atas panggung kontes kecantikan. Tapi bagi Gisella, justru di situlah letak kekuatannya. Teknik industri membentuk cara berpikirnya yang logis dan strategis. Ia belajar bagaimana mengelola waktu, sumber daya, dan tenaga dengan efisien. Hal-hal yang awalnya ia kira hanya berguna di dunia pabrik, ternyata sangat membantunya di dunia pageant. Jadwal latihan, persiapan fisik, persiapan mental, hingga waktu istirahat pun harus dikelola dengan cermat.
Namun, jangan dikira perjalanannya mudah. Ada malam-malam panjang saat tugas kuliah menumpuk, sementara panggilan latihan tak bisa ditunda. Ada hari-hari di mana tubuhnya ingin menyerah, tapi semangatnya tak mengizinkan. Bahkan ada insiden kecil—seperti ketika hampir jatuh di runway karena heels yang licin. Tapi Gisella tetap melangkah. Dengan kepala tegak dan senyum yang tetap merekah.
"Buatku, yang penting bukan seberapa banyak kita jatuh," katanya pelan, "tapi seberapa anggun kita bisa bangkit setelahnya."
Dunia pageant dan dunia teknik, meski tampak berjauhan, ternyata sama-sama menuntut disiplin, ketahanan, dan keberanian untuk terus tumbuh.
Lingkungan yang Menjadi Rumah Kedua
Tak semua perjuangan bisa ditanggung sendiri. Dan bagi Gisella, lingkungan kampus adalah salah satu alasan ia bisa bertahan sejauh ini. Teman-teman dan dosen-dosen di Sampoerna University bukan sekadar rekan akademik—mereka adalah rumah kedua, tempat di mana ia bisa jatuh dan kembali bangkit.
Di tengah jadwal yang padat, sering kali Gisella harus absen demi latihan atau kompetisi. Tapi saat kembali ke kelas, ia tak pernah merasa tertinggal. Teman-temannya sigap meminjamkan catatan, merangkum materi, bahkan menyempatkan waktu mengajari ulang. Para dosennya pun tak ragu membuka ruang komunikasi, memberi keringanan tugas, atau sekadar bertanya kabar.
“Mereka nggak cuma bantuin aku secara akademis, tapi juga secara emosional. Di saat aku ragu, mereka percaya padaku,” ujar Gisella. Dan dalam kepercayaan itu, ia menemukan pijakan untuk terus melangkah, meski jalan di depannya tak selalu rata.
Apa yang Akan Datang Setelah Ini?
Gisella tak berniat berhenti. Dunia pageant bukan sekadar batu loncatan—itu adalah bagian dari dirinya, ruang di mana ia tumbuh, bersuara, dan memberi dampak. Tapi ketika waktunya tiba untuk melangkah keluar dari panggung, ia siap mengeksplorasi lebih banyak hal yang juga membuat hatinya menyala.
Ia ingin memperdalam karier di bidang komunikasi, public relations, atau industri kreatif—dunia-dunia yang penuh dinamika, suara, dan narasi. Gisella ingin tetap dekat dengan cerita, menjadi jembatan antara pesan dan publik yang membutuhkannya. Jika bukan di panggung pageant, ia membayangkan dirinya berada di balik layar media, dunia fashion, atau berbicara langsung di depan banyak orang—menginspirasi, menghubungkan, menggerakkan.
Karena bagi Gisella, inti dari semua itu tetap sama: menyampaikan makna, memberi ruang untuk perubahan. Dan dari seorang gadis yang dulu hanya suka menari di pojok kamar, kini ia menjadi perempuan yang tak lagi takut dilihat dan didengar. Dunia sudah terbuka—dan Gisella siap menari di setiap peluang yang datang.
Untuk Kamu yang Ingin Menjadi Seperti Gisella
"Jangan takut gagal," katanya. "Gagal itu bukan akhir, tapi awal yang menyamar." Dunia pageant, seperti hidup, tak selalu indah. Tapi dengan niat tulus, tekad kuat, dan dukungan orang-orang terdekat, segalanya bisa dijalani.
"Kita semua bisa bersinar, asal tahu kapan waktunya dan bagaimana caranya. Tapi lebih penting dari itu semua, kita harus berani. Berani mimpi besar. Berani jadi versi terbaik dari diri sendiri."
Dan ketika akhirnya lampu-lampu itu mati, gaun digantung, dan mahkota disimpan... semoga setiap langkah Gisella tetap melangkah pada cahaya yang ia ciptakan sendiri. (Kredit foto: Instagram @gisellakarinaa & @missgrandtourism.id)
Comments