Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2013

Pengalaman Kecil Ajaib

 Setiap pekerjaan itu pasti mengandung hikmah. Kalau tidak bermanfaat, untuk apa manusia hidup? Bahkan pekerjaan yang sia-sia itu adalah pelajaran. Jika tidak, bagaimana bisa manusia menggolongkan pekerjaan membuang-buang waktu itu sia-sia? Orang-orang akan sadar bahwa beberapa menit lalu ia menghabiskan waktu tanpa menghasilkan apapun. Dengan begitu, esok hari mungkin ia bertekad melakukan hal besar. Atau sebaliknya, orang itu akan mengulang hal yang sama. Mungkin rasa bosan dan galau juga hikmah. Di sela-sela rutinitas yang membosankan, saya selalu menyediakan pensil, bolpoin, dan kertas kemana pun saya pergi. Seperti tulisan saya sebelumnya " Hobi Merangkai Abstrak ” itu termasuk peralatan wajib saya. Kalau dulu ada kertas khusus untuk merangkai sajak, sekarang kertas-kertas itu hanya untuk saya buat coretan tak berarti (doodle). Sebut saja coretan itu vinyet, ilustrasi, gambar abstrak atau apalah saya juga tidak begitu peduli. Toh, hasilnya juga sering tidak say

Hobi Merangkai Abstrak

Rasi bintang scorpio ( www.astronomy.ie ) Mandi di malam hari ternyata berefek segar jika usai beraktivitas apalagi berkeringat. Kepala saya terasa dingin. Jika sudah begitu, otak akan memerintah anggota gerak untuk melakukan sesuatu. Minimal menulis atau menggambar sesuatu. Itu adalah aktivitas saya sehari-hari. Mungkin sudah sejak menduduki bangku Sekolah Dasar. Flashback ke masa kecil membuat saya mengingat hal-hal konyol sebagai impian. Dulu saya bercita-cita menjadi astronot. Hampir setiap malam saya memperhatikan langit. Bintang-bintang berkelip seperti lautan cahaya. Di beberapa titik membentuk kumpulan yang disebut rasi. Rasi yang paling saya ingat itu rasi scorpio. Bentuknya mirip kalajengking jika ditarik garis dari satu titik ke titik lain. Ternyata cita-cita itu dusta. Semakin bertambah usia, saya tidak tertarik lagi dengan dunia perbintangan. Justru saya lebih banyak mencorat-coret kertas dengan spidol warna atau pensil warna. Beberapa kali saya m

BUYAR

Pisau dapur itu tiba-tiba menancap di atas kepala. Cep! Darah membludak memancar kemana-mana. Lalu byuurrr... kepala pecah berhamburan seperti pasir terhembus angin. Berceceran seperti lumpur panas. Badan tergeletak usai ledakan kejut itu. Tapi dua bola masih utuh walaupun telah terlempar ke dua tempat berjauhan. Salah satunya berkedip dan mengungkap resah akan tubuh yang kejang-kejang. Mata yang lain tak bergerak, mati. Langit mendung menghembuskan awan. Awan putih menjadi kelabu berubah pekat. Pyar Pyar. Petir, sahabatku, bersorak-sorai riang gembira. Entah apa yang dia pikirkan. Hujan turun menyapu daging-daging yang berserakan. Tubuhku ikut terseret berkilo-kilometer jauhnya. Hingga sampai di satu titik. Lautan. Di situlah aku terbuang. Vinyet : Uwan Urwan Puisi : Uwan Urwan