Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Lifestyle

Film Siap Gan! Bangkitkan Nasionalisme

Waktu sekolah kalau setiap senin pagi upacara, saya dan teman-teman selalu berusaha cari alasan untuk tidak ikut dalam barisan. Saat dewasa pemikiran itu berubah, justru kegiatan upacara selalu jadi momen berharga. Setiap daerah punya cara tersendiri untuk memulai suatu acara. Kalau di Situbondo biasanya selalu diawali dengan salawat nariyah. Untuk acara resmi, rata-rata yang saya temui sih di kota besar, biasanya selalu diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Saya selalu antusias dan merinding. Kadang juga terharu ingin meneteskan air mata. Entahlah, energi itu begitu kuat sampai-sampai saya sadar bahwa belum melakukan apapun untuk membanggakan negeri ini. Lalu saya berpikir kembali bahwa tidak mungkin saya sendiri. Pasti ada orang lain yang seperti saya, mencintai negeri ini seperti adanya sekarang, tapi ada yang berlebihan menilai kekurangan pemerintah, ada yang mendukung kerja pemerintah, dan ada yang seolah apatis. Kecintaan pada negara kan tidak se

Sehat 365 Hari dengan Herbal

Perubahan cuaca sekarang sangat ekstrim. Seharian panas tiba-tiba hujan turun atau sebaliknya. Sementara pekerjaan menuntut kita untuk tetap beraktivitas seperti biasanya. Tak peduli hujan atau terik, asal pekerjaan hari itu selesai. Orang yang bekerja di kantor pun sering harus lembur. Sudah cuaca cukup ekstrim, rasanya sudah tidak ada lagi yang namanya musim kemarau dan musim penghujan. Hujan bisa datang kapan saja dan panas matahari kian menyengat. Apalagi pepohonan semakin berkurang akibat ditebangi. Kehidupan menjadi sejalan dengan menurunnya tingkat kesehatan lingkungan dan diri. Tubuh jadi kehabisan waktu untuk menyiapkan makanan bergizi. Tinggal antri di sebuah restoran cepat saji nyaris setiap hari. Pun waktu untuk berolahraga dan istirahat berkurang. Pulang kerja, tak berapa lama kemudian tidur karena esok paginya harus bekerja lagi. Weekend bagaimana? Bisa jadi karena saking sibuknya masih harus ke kantor atau memilih bermalas-malasan di rumah. Kondisi itu bik

Tabloidku Cerdaskan Keluarga

Keluarga memang tak pernah lepas dari peran ayah dan ibu. Ayah sebagai kepala rumah tangga dan ibu sebagai pengayom dan penghangat suasana. Menjadi orang tua harus cerdas apalagi zaman sekarang sudah berbeda dengan beberapa puluh tahun silam. Anak-anak harus dibekali dengan kasih sayang dan ilmu. Ayah dan ibu punya peran penting dalam keluarga (kredit: Malika) Beberapa kasus menyebutkan bahwa anak yang tidak mendapatkan kehangatan ayah dan ibunya akan menjadi lebih brutal dan sulit dikontrol. Apalagi untuk orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga jarang ada di rumah. Tentu hal itu berpengaruh pada perkembangan anak. Jadi kenapa sih orangtua dan anak harus cerdas? Ada hubungan yang cukup erat jika keduanya saling mengisi. Di dalam keluarga, kecerdasan sangat penting agar anggota keluarga tidak melewati batas norma yang disepakati, baik oleh keluarga, lingkungan, atau pun dalam lingkup yang lebih luas lagi. Banyak hal yang kudu diperhatikan oleh orangtua un

Beberapa Karakter Pengguna Instagram

Ting ting ting. Jangan merasa aneh, saya hanya membunyikan gelas dengan ujung pensil tiga kali kok. Iseng . Ngomong-ngomong, saya tidak bisa lepas dari satu akun media sosial yang satu ini, Instagram. Kenapa? Saya banyak belajar dari medsos itu, mulai dari foto, membaca karakter orang, melihat inspirasi, hiburan, dan lain-lain. Untung saja mantan-mantan tidak punya akun (atau saya tidak tahu ya? Ahaha). Ah lebih baik tidak tahu. Sebagai pengguna Instagram yang udah berada di level ' addict ', saya coba kelompokkan mereka-mereka yang juga punya akun Instagram. Saya yakin kamu ada dalam salah satu kelompok berikut. Artis Orang ini sudah jadi seleb beneran. Hmmm Hmmm. Abaikan artis-artis benerannya ya, seperti Luna Maya, Jedar, Raisa, dll. Mereka sudah artis sih. Jadi yang saya maksud artis ya, mereka yang bukan artis tapi punya follower lebih dari 10K. Buat saya, akun yang followernya masih di bawah itu belum bisa dibilang artis. Meskipun saya tahu perjuan

Hobi pun Perlu Teknologi Terkini

Jika ada kesempatan, saya tidak akan sia-siakan waktu untuk membaca puisi Bicara tentang hobi, saya termasuk orang yang susah untuk konsisten. Hobi saya ada banyak, foto, menggambar, bikin puisi, ngeblog, apalagi? Masih ada lagi, main dengan kucing, medsosan, dan bermalas-malasan, nah iya satu lagi, karaokean. Oh, astaga hobi saya beragam (ada lagi yang belum disebutkan) dan tidak bisa fokus pada satu bagian. Kadang ingin membelah diri jadi beberapa bagian, sehingga bisa menyelesaikan banyak pekerjaan dalam satu waktu. Lama-lama saya sadar bahwa manusia punya keterbatasan. Manusia yang Tuhan bilang makhluk sempurna saja masih punya banyak keterbatasan, bagaimana dengan makhluk hidup lain? Apalagi jika harus dihadapkan dengan pekerjaan kantor menumpuk dan harus selesai dalam jangka waktu singkat. Hobi minggir dulu sejenak.  Salah satu hobi saya yang sudah terbit di toko buku Kamu pernah menemukan bapak-bapak berumur saat weekend justru menyibukkan diri dengan bersepeda

Waroeng Mee, Pop Art Cafe

Grand Opening Waroeng Mee di Tangerang Jenis kebutuhan hidup era kini kian beragam. Jika dulu kebutuhan hanya berupa sandang, pangan, dan papan, kini jenisnya melebar. Tak dapat dipungkiri handphone pintar dan listrik dapat menggeser urutan sandang. Banyak kasus menunjukkan bahwa manusia zaman sekarang seolah kehilangan satu nyawa saat tidak menggenggam ponselnya. Begitu orang ramai-ramai berponsel ria, ternyata masalah baru muncul. Baterai yang tidak tahan lama menyebabkan sumber listrik selalu penuh dengan kabel yang dihubungkan ke ponsel.  Semakin berkembang kebutuhan manusia atas listrik, masalah terus muncul. Memang, hidup adalah masalah. Manusia tidak akan tergoda masalah jika ia mati. Nah, bukan hanya masalah ponsel, manusia modern 2016 tergantung dengan restoran atau kafe yang fungsinya bukan cuma untuk makan, tapi meluangkan banyak waktu bersama orang dekat. Lokasi, desain, harga, dab pelayanan akan menjadi pilihan utama bagi pengunjung. Untuk apa? Nongkrong. Iya, manus

Monas, Saksi Bisu Parade Mini

     Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB. Langit tanggal 10 Januari 2015 biru cerah, debur awan bertabur dalam ronanya, udara mengalir deras, kanopi Samanea saman dan beberapa spesies lain menabur oksigen, sumber kesejukan. Aku baru tiba di pintu Monas, entah pintu yang keberapa. Hiruk-pikuk beragam jenis manusia lalu-lalang meramaikan ikon ibukota. Birunya langit Monas      Rusa-rusa di kandangnya sedang menikmati pemandangan manusia dengan beragam warna pakaian. Mereka berteduh, menyesap kesejukan yang tersiram nikmat untuk paru-paru mereka. Aku pun merasakan hal yang sama. Kulihat beberapa orang sedang berlomba menuju titik tengah monumen bersejarah itu. Beberapa juga menggelar alas untuk bertamasya bersama kerabat. Meski tampak riuh, keringat menelusup melalui pori-pori kain merah yang saya sematkan di badan. Air saya teguk untuk mengendalikan dahaga sehabis berjalan cukup jauh karena memberhentikan kopaja tidak pada titik semestinya. Roti pun lahap dilumat lidah.