Skip to main content

Posts

Showing posts with the label film

Review Film Venom

Kalau kamu diciptakan jadi inang makhluk lain, parasit apa yang akan kamu pilih? Kalau saya akan menjawab, “Venom.” Haha... Mungkin sudah takdir ya saya menonton Venom, karena sebelumnya sudah berniat untuk menonton Venom tapi ternyata belum tayang. Akhirnya saya menonton yang lain, yaitu Johnny English Strikes Again. Saya tidak akan bercerita tentang Mr Bean kali ini, tapi mau cerita monster, alien lebih tepatnya. Beberapa kali nonton film, trailer Venom selalu muncul di awal film tayang, juga muncul di beberapa media sosial. Tampaknya menarik dan saya harus akui filmnya sangat layak ditonton. Awal cerita dikisahkan Eddie, seorang wartawan berpacaran dengan Anne. Ya layaknya drama-drama percitaan lain, tiga puluh menit awal memang bisa dibilang, “Ah, drama biasa.” Saya sepakat dan beberapa orang lain akan mengatakan hal sama. Drama di awal seolah berjalan lambat dan baik-baik saja sampai akhirnya Eddie dipecat karena melakukan wawancara dengan Carlton Drake, pen

Film Siap Gan! Bangkitkan Nasionalisme

Waktu sekolah kalau setiap senin pagi upacara, saya dan teman-teman selalu berusaha cari alasan untuk tidak ikut dalam barisan. Saat dewasa pemikiran itu berubah, justru kegiatan upacara selalu jadi momen berharga. Setiap daerah punya cara tersendiri untuk memulai suatu acara. Kalau di Situbondo biasanya selalu diawali dengan salawat nariyah. Untuk acara resmi, rata-rata yang saya temui sih di kota besar, biasanya selalu diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Saya selalu antusias dan merinding. Kadang juga terharu ingin meneteskan air mata. Entahlah, energi itu begitu kuat sampai-sampai saya sadar bahwa belum melakukan apapun untuk membanggakan negeri ini. Lalu saya berpikir kembali bahwa tidak mungkin saya sendiri. Pasti ada orang lain yang seperti saya, mencintai negeri ini seperti adanya sekarang, tapi ada yang berlebihan menilai kekurangan pemerintah, ada yang mendukung kerja pemerintah, dan ada yang seolah apatis. Kecintaan pada negara kan tidak se

Petualangan Menangkap Petir, Bukan Sekadar Film Anak

 Tidak perlu kesulitan memutuskan, begitu melihat trailer film Petualangan Menangkap Petir, dalam hati langsung berkata, “Saya harus nonton.” Betapa beruntungnya saya mendapat undangan Press Screening, Gala Premiere, dan nonton bareng film Petualangan Menangkap Petir. Bukan sebuah kebetulan sih sebenarnya, karena memang sudah beberapa kali diundang untuk datang dan menghadiri acara seperti itu. Namun, yang selalu saya kagumi adalah saya dan beberapa teman lain mendapatkan kesempatan perdana menikmati film sebelum tayang di bioskop. Petualangan Menangkap Petir adalah film bergenre anak-anak, hem, keluarga lebih tepatnya ya. Daftar film yang wajib ditonton anak-anak kian bertambah, setelah Kulari Ke Pantai dan Koki-Koki Cilik. Ketiga film itu tidak mengecewakan, tentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, tapi kalau mau ambil energi positifnya, ketiga film ini sangat layak ditonton semua usia dan bagus untuk menyadarkan diri sendiri tentang betapa pentingn

Beberapa Hal yang Bisa Dipetik dari Film Christopher Robin

Dada saya begitu sesak begitu usai membaca novel Life of Pi. Kisah yang diangkat Yann Martell begitu kuat menghidupkan tokohtokoh di dalamnya terlebih Pi dan Ricard Parker seekor harimau benggala yang berusaha bertahan hidup di Samudera Pasifik. Melalui sebuah bencana di kapal, Pi terpaksa satu sekoci dengan harimau bengal yang bisa kapan saja menyantapnya. Namun justru Parker tidak melakukannya hingga mereka menemukan daratan. Akhir ceritanya, Parker meninggalkan Pi begitu saja seolah tidak mengenalinya. Di situlah Pi mengalami kesedihan cukup dalam.

Kamu Harus Nonton Film Dukun

Akhirnya film yang sudah 12 tahun dicekal, tayang juga. Film apakah itu? Film Dukun karya negara tetangga sebelah, Malaysia. Film yang disutradarai Dain Said merupakan film kontroversial karena diangkat dari kisah nyata. Kisah itu diambil dari kasus pembunuhan politikus yang dilakukan oleh Mona Fandey, suami, dan pembantunya. Film dukun diawali dengan pembantaian sekelompok orang di Sumatera Utara, Indonesia. Ada banyak kematian yang dilakukan oleh aparat yang kemudian ada sebuah tongkat yang dipegang, yang dipercaya sebagai tongkat batak. Tongkat batak dipercaya bisa membuat kaya, kebal, dan berkuasa. Tongkat itu berasal dari Indonesia. Film ini tayang bulan Agustus 2018 serentak di bioskop Indonesia dan tayang di Malaysia pada April 2018. Diana Dahlan (Umie Aida) diadili karena diduga membunuh seorang Datuk Jefri, seorang pengusaha sekaligus politikus. Sementara itu Diana seorang penyanyi klub malam terkenal dan dukun. Ia terkenal dengan kemampuan karena tongkat bata

Stadhuis Schandaal, Mengulik Sejarah Zaman Penjajahan

Kota Tua sudah menjadi tempat wisata terkenal di Jakarta. Wisatawan lokal dan wisatawan asing seringkali berkunjung ke Kota Tua untuk melihat kemolekan bangunan zaman lampau yang masih kokoh hingga saat ini. Bangunan pada zaman itu memang terbukti kuat. Bangunan peninggalan itu dibangun saat Indonesia masih dijajah Belanda. Tak heran jika banyak bangunan di Indonesia namanya ke Belanda-belandaan termasuk di kawasan Kota Tua. Banyak kisah sebenarnya yang bisa diangkat saat berkunjung ke Kota Tua. Ada beberapa museum yang menggambarkan kehidupan Indonesia pada zaman itu. Namun tidak semua hal bisa ditangkap dan dikisahkan. Beruntunglah Xela Pictures mampu mengangkat Stadhius Schandaal sebagai bagian dari salah satu karya film di Indonesia.   Film Stadhuis Schandaal disutradarai oleh Adisurya Abdy. Kebetulan film ini sudah tayang di bioskop kesayangan kita di seluruh Indonesia mulai tanggal 26 Juli 2018. Film ini mengisahkan Fei yang sedang mengerjakan tugas kampus tentang

22 Menit, Terinspirasi dari Bom Sarinah

Anas (Ence Bagus), office boy di sebuah perusahaan, berakhir dengan mati sia-sia. Teroris yang membabi buta di jalan raya di depan Sarinah, Jakarta, menembak kepala Anas. Anas terkapar dan meregang nyawa. Puluhan hingga ratusan orang panik setelah terjadi ledakan di sebuah kedai kopi dan pos polisi. Mereka berhamburan, ada yang berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi, ada juga yang berusaha menyelamatkan diri. Kira-kira begitu gambaran sebagian adegan dalam film 22 Menit. Terinspirasi dari aksi teror Bom Sarinah pada 2016 yang menghebohkan warga Jakarta secara khusus dan Indonesia pada umumnya. Film berdurasi 75 menit ini cukup membuat saya teralih permanen dan akhirnya mematikan smartphone . Film karya Eugene Panji dan Myrna Paramita dari Buttonijo Films dan Bank Rakyat Indonesia mengangkat tentang keberanian warga Jakarta dan betapa sigapnya anggota kepolisian dalam mengatasi serangan teroris yang terjadi di kawasan Thamrin dua tahun lalu. Bekerjasama dengan pen

Film Koki-Koki Cilik, Film Ringan Sarat Makna

Saya ingat betul beberapa tahun silam, saat melakukan daftar ulang masuk universitas, saya diantar Bapak menuju Kota Malang yang sejuk. Dengan membawa berkas-berkas lengkap, kami meminta bantuan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk meminta keringanan biaya daftar ulang. Kebetulan dana dari kantong Bapak tidak mampu menutupi biaya total yang harus saya bayar. Dengan bantuan mereka, saya dibimbing untuk antri di depan ruang Pembantu Dekan 3, yang mengurusi keuangan mahasiwa. Melalui proses panjang, ke sana ke mari, harus fotokopi ini itu, akhirnya saya diberi waktu perpanjangan untuk melunasinya. Artinya saya bisa menjadi mahasiswa di kampus ternama di Jawa Timur itu. kredit:  celebrity.okezone.com Tampaknya tak berbeda jauh, Sayangnya dalam film Koki-Koki Cilik pun beberapa potongan kisah seperti mengembalikan ingatan saya tentang mimpi yang harus dikejar. Bima (Farras Fatik) adalah anak kurang beruntung secara ekonomi yang punya ho

Kulari ke Pantai, Film Keluarga Sarat Makna

Promo film Kulari ke Pantai sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum jadwal tayang. Dari judul saja saya penasaran, “Kulari ke Pantai?” saya langsung terngiang-ngiang puisi yang dibacakan Cinta dalam film Ada Apa dengan Cinta. Sepertinya Mira Lesmana dan Riri Riza tidak ingin masyarakat juga flashback ke film karya-karya mereka yang sukses mendapatkan respon positif masyarakat. Secara tidak sadar, judul ingin akan memutar-mutar kenangan tentang film sebelumnya, meski jalan ceritanya jelas-jelas berbeda. Yang unik, ternyata Kulari ke Pantai adalah film untuk anak, seperti Petualangan Sherina (2000) dan Laskar Pelangi (2008). Tentu saja film-film ini tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga dewasa. Miles Films pun bekerjasama dengan Ideosource Entertainment, BASE, dan Go-Studio, kembali menghadirkan film anak, Kulari ke Pantai. Kulari ke Pantai akan hadir di bioskop-bioskop kesayangan kamu mulai tanggal 28 Juni 2018. Melalui film ini, Mira Lesmana dan Riri Riza merekrut pemai

Abhidhah, Potret Sederhana tentang Perbedaan

Bondowoso . Yang pertama kali terlintas saat mendengar kota itu disebut adalah daerah penghasil kayu. Selain itu, salah satu kota yang berada dalam wilayah tapal kuda itu memang jadi tempat singgah saat dalam perjalanan dari Situbondo ke Jember. Situbondo sangat dekat sekali dengan Bondowoso. Ya cukup naik motor dari pusat kota Situbondo, 15-30 menit sudah masuk ke wilayah Bondowoso. Untuk masuk ke kotanya sendiri butuh waktu lebih lama. Baca juga Desa wisata Lombok Kulon, Bondowoso Banyak potensi alam dan wisata sebenarnya di sana. Cuma saya ingin bercerita tentang sebagian kecil potensi sumber daya manusianya. Jadi sebenarnya saya dan teman-teman Komunitas Penulis Muda Situbondo (KPMS) juga Situbondo Photography Ponsel (Si Ponsel) diundang dalam screening film Abhidhah. Eits , jangan salah cara bacanya. Untuk bhi dibaca seperti huruf hijaiyah Ba ', tetapi huruf 'h'-nya tidak luruh dan dhah dibaca seperti huruf Dal dengan 'h' tidak luruh dan huruf &

Film Lights Out Seru

Yeay, nonton film horor? Kenapa tidak? Saya sudah terbiasa dengan yang horor-horor sih. Apalagi jiwa saya sudah horor. Wkwkw. Film Lights Out yang notabene juga seram saya libas. Seru. Film garapan asal Amerika yang digarap studio New Line Cinema dan Grey Matter Productions mengajak saya untuk terkejut-kejut dan ikut berteriak saat kaget. Sepertinya film horor bisa menjadi terapi galau. Sutradara kece, David F. Sandberg, cukup cerdas meramu plot dan drama film ini. Ya, lagipula siapa sih yang akan menilai buruk film Amerika yang sudah standar internasional ini? Hanya sedikit film barat yang tidak disukai. Kalau pun tidak disukai, film-film barat selalu digarap serius, mulai dari efek, bintang, dan soundtracknya. Kalau nilai seramnya sih buat saya lumayanlah. Saya kasih poin 7. Jadi ceritanya Rebecca, pemeran utama saat kecil dibayangi ketakutan dan akhirnya meninggalkan rumah. Martin, adik Rebecca yang masih tinggal bersama ibunya mengalami hal-hal menakutkan saat lampu padam.