Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Suara Sajak Sajak (Sebuah Kumpulan Puisi)

Cangkir menjadi lebih cepat kosong Kurasa kau tak suka pahit Mungkinkah karena manis yang kita bubuhkan? Ah, sudahlah! Malu, bintang mengerling genit pada ki ta      Penggalan untaian pikiran Widya Dewi di atas berjudul 'Teh Cinta'. Puisi itu membius saya dengan sederhana, lugas, dan romantis. Bagi saya Widya menyampaikan pesan cinta secara elegan. Dari situ saya ingat tulisan-tulisan Dee yang bagi saya sama sederhana cara penyampaiannya. Puisi ini menjadi pembuka yang mantap dalam buku kumpulan puisi  "Suara Sajak Sajak", meski tidak benar-benar membuka.       Antalogi yang lahir bulan Juni 2015 ini menambah hiasan dunia kesusastraan Indonesia. Terbit secara independen sih, tapi tidak melupakan kodratnya sebagai bayi-bayi yang perlu melahirkan generasi baru. Sempurna memang, sebab 21 penulis yang tergabung dalam komunitas menulis PEDAS—Penulis dan Sastra dengan sigap menggarap kata demi kata hingga utuh menjadi satu jiwa. Nonstop 30 hari       Kebetu

(Sebuah Film) Catatan Akhir Kuliah

     Menonton trailer film Catatan Akhir Kuliah (tonton di sini ), membuat saya kembali pada masa empat tahun silam. Tahun 2011—2012 adalah saat-saat saya berkutat dalam hiruk-pikuk penelitian akhir demi kelulusan. Ada banyak hal kocak dan kisah sedih saat menjadi mahasiswa semester akhir. Saya percaya jika setiap orang memiliki cerita masing-masing menjelang lulus sarjana.        Film ini sengaja diangkat dari sebuah novel berjudul sama karya Sam Maulana. Tokoh utama dalam film ini bernama Sam (Muhadkly Acho) . Kisah persahabatan bersama Sobari (Ajun Perwira) dan Ajeb (Abdur) disuguhkan dengan apik. Mereka bertiga adalah mahasiswa semester akhir yang berjuang dengan skripsinya. Pada suatu waktu mereka berjanji untuk menyelesaikan kuliah segera untuk wisuda bersama.      Berpuluh-puluh kali naskahnya harus direvisi. Ia tampak stress terlebih kedua sahabatnya telah tuntas menyerahkan skripsinya. Itu jelas-jelas mengingatkan saya saat sebagian besar teman-teman angkatan saya

Membakar Serasah Hasil Panen. Bolehkah?

     Sehektar lahan di Kecamatan Wringin Anom, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur, mendadak terbakar. Api-api melahap habis dedaunan kering yang bertumpukan. Asap-asap melambung ke udara menyisakan jelaga dan arang.      Pemilik memang sengaja membakar lahan itu, sebab tebu-tebu telah habis dipanen. Dua orang pekerja dengan lihai menumpuk serasah dan menyulut api. Beberapa saat kemudian... boom... api merambat cepat. Membakar serasah      Ternyata budaya membakar sisa hasil panen di sawah masih terjadi di kampung saya. Padahal, limbah panen merupakan bahan organik terbaik untuk pupuk. Saya mencoba menganalisa sedikit mengapa hal ini masih membudaya. Pertama, manusia ingin sesuatu yang serba cepat dan tidak merepotkan. Kedua, pengetahuan mengenai pemanfaatan serasan belum didapatkan dan gaptek. Ketiga, bisa jadi sudah mengerti tapi masa bodoh. Hehe..      Setelah mencari informasi, membakar sisa hasil panen sebaiknya dihindari. Banyak kerugian yang didapat petani. Pembakar

Gilang Masterchef 3 Kembali ke Kota Kelahiran

      "Saya rasa Jakarta bukan tempat yang cocok untuk anak manja, suka mengeluh, gampang bosan, dan tidak tangguh seperti saya," kata Gilang Masterchef 3 melalui surat elektronik. Saya mengenal Gilang cukup lama. Terhitung sejak tahun 2004, saat kami satu organisasi dalam ekstrakurikuler di salah satu sekolah terkemuka di Situbondo. Sosok bertubuh kecil, warna kulit sawo matang, dan suara cempreng membuatnya mudah dikenali. Awalnya saya tidak aware dengan keberadaannya, tapi tiba-tiba apa yang saya lihat berubah. Itu terjadi sejak dia berhasil menang juara tiga lomba puisi tingkat regional dan mewakili SMA Negeri 1 Situbondo sebagai siswa kebanggaan. Padahal waktu itu saya dan teman-teman lain juga berpartisipasi. Saya yang notabene 'suka menulis' merasa tertampar. Terlebih, puisi yang berhasil lolos dibukukan. Saya tidak termasuk dalam daftar salah satu penulis buku itu.      Gelombang iri selanjutnya datang saat mendengar kabar ia lolos dalam kontes memasak ter